Si Popeye Suka Makan Bayam

"I AM JUST A LITTLE GIRL WHO NEVER STOP DREAMING"

July 15, 2013

Lucunya Dunia Ini…..

Mengapa manusia suka membuat cerita menurut menurut versi dan keinginannya sendiri? Secara akal kebaikan akan selalu menang melawan kejahatan. Tapi apa akan selalu begitu dalam dunia nyatanya?

Berpikir bahwa sifat jahat akan selalu kalah oleh sifat baik memang bagus. Tetapi apakah harus selamanya yang dinilai jahat selalu menjadi kaum yang dikambinghitamkan? Salah satu contohnya, mengapa rakyat Indonesia selalu menganggap Pandawa sebagai tokoh yang protagonis, religius, baik hati, tidak sombong dan rajin menabung?(lho??). Sebaliknya mereka terpatri oleh kelakuan Kurawa yang urakan sebagai ciri khas antagonis, jahat, bengis dan sama sekali tidak doyan humor (ciiiyyuzzz?? Miapahh?). Sudah menjadi ciri khas bangsa manusia yang suka memuja-muja manusia lain yang dianggapnya baik dan bisa diharapkan (terutama dalam hal duit atau ngutang hehehe…). Padahal ada pepatah mengatakan bahwa “do not judge a book by its cover”. Karena bisa saja sampulnya terlihat bagus dan rapi tetapi isinya hanya cerita anak-anak yang tidak penting untuk mahasiswa S2. Betul??

Sekali-sekali harusnya kita bikin ceritanya jadi complicated. Yang namanya complicatedatau rumit atau acak adut atau semrawut atau ora karuhan ya terserah kita mau bikin model gimana (emang masalah buat loe???). Katakanlah kita menggambarkan yang namanya Pandawa itu  adalah para koruptor yang kerjaannya ongkang-ongkang kaki, slengekansana-sini dan beradegan seperti kompeni. Kemudian di pihak oposisi ada Kurawa yang berhati lembut, penurut dan suka memperhatikan kepentingan rakyat. Pasti pandangan kita yang selama ini terhadap Pandawa yang santun, terpuji, kesatria akan luntur seketika. Manusia memang mudah tertipu dan menipu di bagian luarnya. Seperti iklan televisi yang tidak betanggung jawab, “Kesan pertama begitu menggoda, kesan selanjutnya terserah Anda.” (what the h**l is it??).

Banyak orang yang menganggap orang bertattoo itu preman. Identik dengan kekerasan, pelanggaran dan pemberontakkan. Bagaimana ceritanya tentang preman yang bertobat? Hehehe pasti akan ada orang bertattoo yang tersinggung jika kita menganggap semua orang sama hanya karena kebiasaan atau style-nya sama. Let’s say lah  di cerita pewayangan Jawa ada tokoh yang disebut Wisanggeni, anak dari Arjuna dan Drestanala. Dia adalah salah satu tokoh pewayangan favorit saya. Wayangnya berukuran kecil kerempeng sama seperti saya hehehe. Dia berwatak keras, penthalitan ga ngerti tata krama, tidak pernah berbahasa kromo (bahasa jawa halus) kepada siapa saja kecuali kepada Sang Hyang Wenang (tuhannya di pewayangan). Bahkan para dewa pun dibuatgeger kacau balau dengan tingkah polahnya. Itu tampilan luarnya, sejatinya dia adalah kesatria yang berani mati membela keadilan dan apa adanya opo eneke. Kalau dia bilang A ya A, bukan B, C apalagi Z. Wisanggeni itu bukan tokoh yang sifatnya basa-basi ngumbar lambe (ngomong doang). Jarang ada orang yang berani seperti dia ini. Kebanyakan manusia itu renyah di luar tapi alot di dalam hahahaha… Ada salah satu teman mendeskripsikan yang namanya teman itu jarang menusuk dari belakang tetapi lebih modern menusuk dari depan (wealhahdalah…). Ada yang kelihatannya manis di luar tetapi begitu bringasan di dalam, yang pendiam tapi pethakilan di dalam. Ya bisa saja. Berarti tidak cuma di pewayangan saja ada yang namanya tokoh Dasamuka (bermuka sepuluh. Disebut juga Rahwana). Ada yang dwimuka, dasamuka bahkan multi rai (mirip-miripmultilevel marketting. Multi= banyak. Rai=muka).

Tidak semua orang baik itu selalu berkelakuan sebaik tingkah polahnya. For example, Puntadewa, anak pertama dari lima bersaudara Pandawa. Bisa dibilang dia adalah kakak teladan bagi adik-adiknya. Pendiam, santun dan panjang sabar jarang sekali marah. Tapi tetap saja ada jeleknya, suka berjudi sampai istrinya sendiri yang jadi taruhan. Nah bayangkan kalau pejabat jaman sekarang suka berjudi. Atau mari kita lihat Arjuna, pria berkharisma pujaan para wanita, lelananging jagad (prianya dunia) yang namanya selalu tercatat dalam TOP 10 The Men of the Year!. Namanya juga pujaan wanita ya dimana-mana istrinya ada. Mau yang model bagaimana? Kalem, lembut, sampai yang tomboi pun ada koleksinya. Jadi ya jangan heran kalau Eyang Subur beristri sembilan. Baru juga sembilan gitu looohh…..

Kita juga harus belajar dari tokoh antagonis seperti Kurawa. Mengapa? Sekarang bayangkan saja bagaimana mengurus anak yang jumlahnya 100? Sepertinya KB jaman dulu dan KB jangan sekarang berbeda. Kalau jaman sekarang program KB artinya “Keluarga Berencana”, kalau KB jaman dulu artinya “Keluarga Besar”. Nah, orang tua punya anak kembar dua saja sudah kewalahan mengaturnya apalagi yang 100? Bayangkan Prabu Destarasta mengurusi keseratus anaknya sendiri tanpa menyewa baby sitter. Yang satu sedang dimandikan, yang satu minta susu, yang satu lagi bikin ulah. Apa tidak mumettujuh keliling? Kadang-kadang tiga bersaudara dalam satu rumah saja suka bertengkar, tapi Kurawa yang 100 bersaudara rukun ayem tentrem damai sejahtera. Bukankah mereka adalah keluarga yang sukses menerapkan hukum kasih sesama saudara? Saling melindungi dan mengasihi saudara.

Hahahaha kita boleh terkekeh membaca artikel singkat ini. Tapi dibalik terkekeh itu ada suatu realita yang harus kita cermati. We are not alone in this world lho Mbak, Mas, Kakak, Abang, Om dan Tante sekalian. Banyak sekali manusia-manusia lain yang berkeliaran di sekitar  kita dengan berbagai watak dan tingkah polah yang berbeda. Sejatinya semua orang itu memiliki sisi hitam dan sisi putihnya masing-masing. Kertas putih pun tidak bernilai seni jika tidak ada tinta hitam yang tergores diatasnya. Begitu pula hitamnya gelap malam tidak akan indah jika tidak ada titik-titik terang para bintang yang menghiasi polosnya jagad malam. Baik dan buruk itu tidak mungkin dipisahkan seperti dua sisi mata uang. Tapi kita tidak sedang berbicara mana yang baik dan mana yang buruk. Kita berbicara tentang kehidupan yang seirama bersenandung dalam balutan dua sisi manusiawi yang berbeda. Karena baik dan buruk itu memiliki relativitasnya masing-masing.

Just think different, do different.

By. OLvie Sipota.
The cutest one… :)