Alright, back with me in this blog. This time, I wanna talk about OFFERING THE LIFE. Okay, balik lagi pakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Menawarkan hidup.... Apa itu menawarkan hidup? Kepada siapa kita menawarkan hidup? Dan bagaimana kita menawarkan hidup? That's the simple questions, but it's a little bit difficult to give an answer, right?
Menawarkan hidup berarti kita menyerahkan, membaktikan dan merelakan hidup yang kita miliki saat ini kepada suatu otoritas. Saat kita merelakan hidup kita itu berarti kita tidak lagi memiliki hak atas hidup kita. Yang kita kerjakan bukanlah untuk menyenangkan diri kita sendiri lagi, tapi untuk kepentingan dan kemuliaan seseorang yang kita layani.
Lalu kepada siapakah kita harus menawarkan hidup kita? Kepada seseorang yang layak atas hidupmu. Bapa! Lho kok begitu? Bukankah hidup yang Dia berikan itu memang seharusnya jadi hak milik kita? Salah. Saat memikirkan kembali semua anugerah yang Bapa sudah berikan kepada saya, saya teringat satu hal. Hidup yang saya jalani selama ini, hidup yang saya 'akui' sebagai kepunyaan saya, ternyata bukanlah milik saya. Segala sesuatu yang saya miliki adalah milik Dia yang rela menyerahkan segalanya demi saya (dan bagi Anda).
Saat kita menawarkan hidup kita sebagai milik kepunyaan Bapa, itu artinya kita tidak memiliki hak apapun dalam hidup ini. Tidak ada hal sekecil apapun yang bisa kita pertahankan dalam diri kita. Ibaratnya, kita berkata rela memberikan yang terbaik bagi-Nya, seluruh hatimu, jiwa dan kekuatanmu. Tapi ada satu hal yang kamu ikat dalam hatimu yang tidak rela kamu berikan kepada Tuhan, ya sama saja bohong. Mungkin masa depanmu, mungkin pasanganmu, pekerjaanmu, dan lain sebagainya. Rela memberikan segalanya berarti tidak ada yang kita ikat.
Ada salah satu lagu favorit saya yang berkata, "Sbab aku ini milik-Mu, tak ku pertahankan hidupku. Biar kehendak-Mu kerjakanlah dalam ku." Kehendak Tuhanlah yang jadi atas hidup kita. Bukan kehendak kita lagi.
Lalu bagaimana caranya menyerahkan diri kita sebagai persembahan bagi Tuhan? Ingat, Bapa tidak meminta segala-galanya dari hidupmu. Dia hanya meminta KERELAAN HATIMU untuk memberikan segala-galanya bagi-Nya.
Pernah dengar lagu yang berkata, "B'rikan ku tangan-Mu tuk melakukan tugasku. B'ri kan ku kaki-Mu melangkah dalam rencana-Mu. B'rikan ku.... B'rikan ku.... B'rikan ku hati-Mu." Pernah terpikir olehmu ketika menyanyikan lagu tersebut, tiba-tiba kamu menyadari, "Oh, iya. Nggak cuma tangan dan kaki saja yang harus aku serahkan sama Tuhan. Tapi juga hatiku biar digantikan sama hatinya Tuhan." Artinya apa? Saat Tuhan meminta hatimu, itu berarti seluruh hidupmu tidak boleh ada yang tersisa. You belong to Him!
Lagu tersebut juga mengungkapkan bahwa kita rela visi kita digantikan sama visinya Tuhan. Kita rela saat mimpi-mimpi kita digantikan sama mimpi-mimpinya Tuhan. Kita rela saat apa yang kita miliki, semua diminta sama Tuhan. "Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku. Tetaplah Allah selama-lamanya." Sampai tidak ada lagi yang bisa kamu andalkan, sampai habis kekuatan yang kamu miliki dan sampai tidak tersisa satu hal pun yang bisa kamu pegang kecuali Tuhan. Sampai seperti itulah kamu rela menyerahkan hidupmu as an offering for His glory! (Masih ingat postingan 26 Oktober 2014, http://olviengelindur.blogspot.com/2014/10/sampai-hanya-tersisa-aku-dan-engkau.html).
Raja Daud, ia adalah salah satu contoh yang rela memberikan segalanya untuk menjadi seorang 'pemimpin sekaligus hamba yang berkenan di hati Allah'. Apa yang dia serahkan? Mungkin Anda tidak akan percaya kecuali Anda mau baca sendiri kisahnya (dan memang harus baca). Apa saja yang Tuhan minta dari hidupnya?
1) Pertama, yang Tuhan ingin ia relakan adalah keluarganya. Bahkan Daud pun sampai dilupakan oleh Isai, Ayahnya sendiri saat Samuel datang ke rumahnya (1 Samuel 16:11-12).
2) Kedua, posisi yang nyaman dalam kerajaan Saul. Bukankah dia menjadi pahlawan dan telah memiliki pasukan sendiri. Namun Tuhan juga meminta zona nyaman dalam pekerjaannya itu, saat Saul ingin menancapkan kepalanya di dinding dengan tombak. Pasti Daud tidak akan pernah ikut berperang dalam pasukan Israel lagi.
3) Ketiga, Tuhan meminta cintanya terhadap Mikhal, istrinya. Hohoho, ini adalah bagian yang menarik. Seorang yang sedang jatuh cinta, tiba-tiba dia harus melepaskan cintanya itu dan kabur menjadi buronan kerajaan. Bahkan Mikhal pun jelas-jelas mengkhianatinya secara tidak langsung (1 Samuel 19:11-17). Bayangkan bagaimana perasaannya!
4) Keempat, Tuhan mau Daud melepaskan sahabat terkaribnya, Yonathan. Dalam cerita Alkitab, perpisahan Daud dan Yonathan merupakan sebuah drama yang paling mengharukan menurut saya. Saat Daud pergi ke arah yang satu dan Yonathan pergi ke arah yang satunya lagi (1 Samuel 20:41-43). Sejak saat itu mereka tidak akan pernah bertemu lagi. Betapa hancurnya hati Daud saat itu. Setelah putus cinta, dia juga harus meninggalkan sahabatnya.
5) Kelima, Daud juga harus merelakan Orang Tua Rohaninya, Samuel. Orang yang selama ini menasihatinya dengan bijaksana dan mendoakan Daud setiap harinya. Benteng pertahanan terakhir dimana Daud meminta pertolongan. Tapi ternyata Tuhan juga meminta itu dari Daud. Nah! Daud benar-benar sendiri sekarang! Tidak ada orang yang bisa dia mintai tolong, tidak ada orang yang bisa dia ajak sharing. Tidak ada orang yang bisa menguatkan dia. Daud benar-benar sendiri!
6) Terakhir, hanya tinggal satu hal yang Daud miliki yaitu HARGA DIRI. Lalu apa yang terjadi? Bapa juga meminta harga diri Daud untuk dilepaskan! Daud tidak diterima di negerinya sendiri, dan Daud juga ditolak di negeri musuhnya! Apa pendapatmu saat melihat seorang Ksatria pemberani tiba-tiba berpura-pura gila di hadapan musuh yang dulu pernah dikalahkannya? Daud yang membunuh Goliat dengan percaya diri, sekarang jadi orang gila di tanah kelahiran si Goliat! (1 Samuel 21:11-15). Habis sudah seluruh pertahanan Daud. Bahkan harga diri pun sekarang tidak ia miliki lagi!
Setelah semua habis tidak tersisa, barulah Daud benar-benar berpaut sama Tuhan. Tidak ada lagi yang bisa dia andalkan kecuali Bapanya yang di sorga. Begitu juga kita. Kita baru akan bisa mengandalkan Tuhan sepenuhnya saat semua yang kita miliki telah kita relakan bagi-Nya.
"Tapi bagaimana dengan masa depanku jika aku merelakan segalanya untuk Tuhan?" Itu kalimat pertama yang muncul dalam benak saya saat pertama kali saya memutuskan untuk menyerahkan segalanya bagi Dia. Jawabannya simpel. "Tidak seharusnya aku meragukan jika Tuhan yang berdaulat atas hidupku." Dan terkadang apa yang kita pertahankan saat ini, sejujurnya adalah hal yang tidak kita perlukan sama sekali.
Yang kita relakan bukanlah bentuk dari BAYAR HARGA. Apa yang mau kita bayar kalau semua yang ada pada kita itu bukan milik kita? Tidak perlu sok kaya mau membayar harga. Bukan bayar harga, tapi kembalikan segala sesuatu yang sudah seharusnya menjadi milik Bapa. Just it!
Kenapa kita menyerahkan hidup kita bagi Dia? Karena Dia terlebih dahulu telah menyerahkan hidupnya untuk kita!!
May this video will open our mind why God wants us to give our all. His plans for us are always better than we can imagine! Happy watching! ^_^