Si Popeye Suka Makan Bayam

"I AM JUST A LITTLE GIRL WHO NEVER STOP DREAMING"

November 09, 2014

I OFFER MY LIFE

Alright, back with me in this blog. This time, I wanna talk about OFFERING THE LIFE. Okay, balik lagi pakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Menawarkan hidup.... Apa itu menawarkan hidup? Kepada siapa kita menawarkan hidup? Dan bagaimana kita menawarkan hidup? That's the simple questions, but it's a little bit difficult to give an answer, right?

Menawarkan hidup berarti kita menyerahkan, membaktikan dan merelakan hidup yang kita miliki saat ini kepada suatu otoritas. Saat kita merelakan hidup kita itu berarti kita tidak lagi memiliki hak atas hidup kita. Yang kita kerjakan bukanlah untuk menyenangkan diri kita sendiri lagi, tapi untuk kepentingan dan kemuliaan seseorang yang kita layani.

Lalu kepada siapakah kita harus menawarkan hidup kita? Kepada seseorang yang layak atas hidupmu. Bapa! Lho kok begitu? Bukankah hidup yang Dia berikan itu memang seharusnya jadi hak milik kita? Salah. Saat memikirkan kembali semua anugerah  yang Bapa sudah berikan kepada saya, saya teringat satu hal. Hidup yang saya jalani selama ini, hidup yang saya 'akui' sebagai kepunyaan saya, ternyata bukanlah milik saya. Segala sesuatu yang saya miliki adalah milik Dia yang rela menyerahkan segalanya demi saya (dan bagi Anda).

Saat kita menawarkan hidup kita sebagai milik kepunyaan Bapa, itu artinya kita tidak memiliki hak apapun dalam hidup ini. Tidak ada hal sekecil apapun yang bisa kita pertahankan dalam diri kita. Ibaratnya, kita berkata rela memberikan yang terbaik bagi-Nya, seluruh hatimu, jiwa dan kekuatanmu. Tapi ada satu hal yang kamu ikat dalam hatimu yang tidak rela kamu berikan kepada Tuhan, ya sama saja bohong. Mungkin masa depanmu, mungkin pasanganmu, pekerjaanmu, dan lain sebagainya. Rela memberikan segalanya berarti tidak ada yang kita ikat.

Ada salah satu lagu favorit saya yang berkata, "Sbab aku ini milik-Mu, tak ku pertahankan hidupku. Biar kehendak-Mu kerjakanlah dalam ku." Kehendak Tuhanlah yang jadi atas hidup kita. Bukan kehendak kita lagi.

Lalu bagaimana caranya menyerahkan diri kita sebagai persembahan bagi Tuhan? Ingat, Bapa tidak meminta segala-galanya dari hidupmu. Dia hanya meminta KERELAAN HATIMU untuk memberikan segala-galanya bagi-Nya.

Pernah dengar lagu yang berkata, "B'rikan ku tangan-Mu tuk melakukan tugasku. B'ri kan ku kaki-Mu melangkah dalam rencana-Mu. B'rikan ku.... B'rikan ku.... B'rikan ku hati-Mu." Pernah terpikir olehmu ketika menyanyikan lagu tersebut, tiba-tiba kamu menyadari, "Oh, iya. Nggak cuma tangan dan kaki saja yang harus aku serahkan sama Tuhan. Tapi juga hatiku biar digantikan sama hatinya Tuhan." Artinya apa? Saat Tuhan meminta hatimu, itu berarti seluruh hidupmu tidak boleh ada yang tersisa. You belong to Him!

Lagu tersebut juga mengungkapkan bahwa kita rela visi kita digantikan sama visinya Tuhan. Kita rela saat mimpi-mimpi kita digantikan sama mimpi-mimpinya Tuhan. Kita rela saat apa yang kita miliki, semua diminta sama Tuhan. "Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku. Tetaplah Allah selama-lamanya." Sampai tidak ada lagi yang bisa kamu andalkan, sampai habis kekuatan yang kamu miliki dan sampai tidak tersisa satu hal pun yang bisa kamu pegang kecuali Tuhan. Sampai seperti itulah kamu rela menyerahkan hidupmu as an offering for His glory! (Masih ingat postingan 26 Oktober 2014, http://olviengelindur.blogspot.com/2014/10/sampai-hanya-tersisa-aku-dan-engkau.html).

Raja Daud, ia adalah salah satu contoh yang rela memberikan segalanya untuk menjadi seorang 'pemimpin sekaligus hamba yang berkenan di hati Allah'. Apa yang dia serahkan? Mungkin Anda tidak akan percaya kecuali Anda mau baca sendiri kisahnya (dan memang harus baca). Apa saja yang Tuhan minta dari hidupnya?

1) Pertama, yang Tuhan ingin ia relakan adalah keluarganya. Bahkan Daud pun sampai dilupakan oleh Isai, Ayahnya sendiri saat Samuel datang ke rumahnya (1 Samuel 16:11-12).

2) Kedua, posisi yang nyaman dalam kerajaan Saul. Bukankah dia menjadi pahlawan dan telah memiliki pasukan sendiri. Namun Tuhan juga meminta zona nyaman dalam pekerjaannya itu, saat Saul ingin menancapkan kepalanya di dinding dengan tombak. Pasti Daud tidak akan pernah ikut berperang dalam pasukan Israel lagi.

3) Ketiga, Tuhan meminta cintanya terhadap Mikhal, istrinya. Hohoho, ini adalah bagian yang menarik. Seorang yang sedang jatuh cinta, tiba-tiba dia harus melepaskan cintanya itu dan kabur menjadi buronan kerajaan. Bahkan Mikhal pun jelas-jelas mengkhianatinya secara tidak langsung (1 Samuel 19:11-17). Bayangkan bagaimana perasaannya! 

4) Keempat, Tuhan mau Daud melepaskan sahabat terkaribnya, Yonathan. Dalam cerita Alkitab, perpisahan Daud dan Yonathan merupakan sebuah drama yang paling mengharukan menurut saya. Saat Daud pergi ke arah yang satu dan Yonathan pergi ke arah yang satunya lagi (1 Samuel 20:41-43). Sejak saat itu mereka tidak akan pernah bertemu lagi. Betapa hancurnya hati Daud saat itu. Setelah putus cinta, dia juga harus meninggalkan sahabatnya.

5) Kelima, Daud juga harus merelakan Orang Tua Rohaninya, Samuel. Orang yang selama ini menasihatinya dengan bijaksana dan mendoakan Daud setiap harinya. Benteng pertahanan terakhir dimana Daud meminta pertolongan. Tapi ternyata Tuhan juga meminta itu dari Daud. Nah! Daud benar-benar sendiri sekarang! Tidak ada orang yang bisa dia mintai tolong, tidak ada orang yang bisa dia ajak sharing. Tidak ada orang yang bisa menguatkan dia. Daud benar-benar sendiri!

6) Terakhir, hanya tinggal satu hal yang Daud miliki yaitu HARGA DIRI. Lalu apa yang terjadi? Bapa juga meminta harga diri Daud untuk dilepaskan! Daud tidak diterima di negerinya sendiri, dan Daud juga ditolak di negeri musuhnya! Apa pendapatmu saat melihat seorang Ksatria pemberani tiba-tiba berpura-pura gila di hadapan musuh yang dulu pernah dikalahkannya? Daud yang membunuh Goliat dengan percaya diri, sekarang jadi orang gila di tanah kelahiran si Goliat! (1 Samuel 21:11-15). Habis sudah seluruh pertahanan Daud. Bahkan harga diri pun sekarang tidak ia miliki lagi!

Setelah semua habis tidak tersisa, barulah Daud benar-benar berpaut sama Tuhan. Tidak ada lagi yang bisa dia andalkan kecuali Bapanya yang di sorga. Begitu juga kita. Kita baru akan bisa mengandalkan Tuhan sepenuhnya saat semua yang kita miliki telah kita relakan bagi-Nya.

"Tapi bagaimana dengan masa depanku jika aku merelakan segalanya untuk Tuhan?" Itu kalimat pertama yang muncul dalam benak saya saat pertama kali saya memutuskan untuk menyerahkan segalanya bagi Dia. Jawabannya simpel. "Tidak seharusnya aku meragukan jika Tuhan yang berdaulat atas hidupku." Dan terkadang apa yang kita pertahankan saat ini, sejujurnya adalah hal yang tidak kita perlukan sama sekali.

Yang kita relakan bukanlah bentuk dari BAYAR HARGA. Apa yang mau kita bayar kalau semua yang ada pada kita itu bukan milik kita? Tidak perlu sok kaya mau membayar harga. Bukan bayar harga, tapi kembalikan segala sesuatu yang sudah seharusnya menjadi milik Bapa. Just it!

Kenapa kita menyerahkan hidup kita bagi Dia? Karena Dia terlebih dahulu telah menyerahkan hidupnya untuk kita!!

May this video will open our mind why God wants us to give our all. His plans for us are always better than we can imagine! Happy watching! ^_^



November 02, 2014

SCANDAL at MANDIRI BANK

Malam itu, entah hari apa (aku lupa), kami jalan-jalan ke Tugu Muda. Rencana sih mau nonton ada pawai teman-teman kampus kami yang ikut ngeramein hari sumpah pemuda. Eh, ternyata nggak ada. Udah capek-capek jalan bermil-mil jauhnya dari asrama sampe ke Tugu Muda hahahahaha, mendaki gunung dan melewati lembah cuma buang tenaga, duit dan sandal aja wkwkwkwkwk.....

Eh ya, kami itu siapa? Kami ya kami! Petra, Juli, Raffi, Oneng, sama aku si Anton a.k.a si Toin a.k.a si Olaf (nama beken kami neee). Kerjaan kami ngapain jadinya? Ya itu tadi cekakakan di jalan kayak anak-anak yg baru keluar dari kandang. Maklum lah anak asrama yang baru bisa keluar
jalan-jalan hahaha.... Apa lagi bapak asrama lagi nggak ada di tempat. Semakin keluar tanduknya!

Yang jelas kami nggak menyia-nyiakan malam pembebasan kami dah.... Hari kemerdekaan neee! Nggak ada pawai, akhirnya kami bikin pawai kami sendiri. Kebetulan si Petra sandalnya putus. Nyeker lah dia. Emang dasar anak nggak mau sengsara sendiri dia tuh, ngajakin kami buat nyeker rame-rame. Yang lain nggak ada yang mau. Katanya kaki mereka udah steril. Terpaksa deh sebagai teman yang baik hati, tidak sombong dan suka menolong akhirnya aku copot juga swallow aku.

Di depan Novotel ada supir taksi nyamperin. Gini katanya, "Mbak, Tugu Muda tadi banjir ya?" 

Aku jawab, "Nggak kok, Mas. Emang kenapa?" 

"Lha Mbak-nya kok nyeker?" Haiiikhh?? Kepo nih orang.... 

"Gerah kaki saya, Mas," sahutku jutek. Males juga ngeladenin supir taksi. 

Eh rupanya dia masih nyeletuk lagi, "Ah, bilang aja sandalnya ndak pernah dicuci!"

Wah, parah nih orang.... Emang bener belum aku cuci swallow aku ya. Tapi harus ya disebutin gitu? Sakitnya tuh disini! (nunjuk gigi). Cuma dasarnya aku dodong aja. Biarlah kafilah menggonggong, anjing berlalu. Lho?

Udah jalan jauh begitu, ternyata tubuh jasmani kami lapar juga. Hepeng lagi kritis-kritisnya, nih orang-orang minta makan di rumah makan yang kayaknya sih lumayan mahal juga. Masing-masing kami cuma bawa 20.000 IDR. Dari pada main masuk aja, medingan tanya dulu berapaan harganya seporsi (memang muka-muka orang ini!). Si Raffi tanya sama tukang parkirnya, "Pak, kalo makan di sini seporsi berapaan ya, Pak?" Whealaaaaaaah.... Serius nih bocah ditanya bener! Kata bapaknya cuma 15.000 IDR aja (belum minumnya). Ya udah, kayaknya budget mencukupi nih. Makanlah kami disitu sambil berhaha-hihi. Awalnya tuh rumah makan adem ayem aja, pas kami datang langsung ribut. Makan cuma pake nasi goreng doang, permintaanya macem-macem banget. Yang pedes banget lah, yang tambah garamlah. Sampe stres masnya ngelihat kami ahahhaa....

Habis makan kami jalan ke Paragon. Si Oneng mau traktir kami donat di J-Co. Ternyata udah habis. Soalnya kami datang udah kemaleman sih. Ga dapat donat, eh kami malah ketemu Momo Geisha. Bukan aku yang lihat (soalnya mata aku stereo hahaha), mereka yang lihat sambil goyang-goyang kegelian sendiri gitu. Sayang sekali kami nggak ada yang berani minta foto sama dia hahaha.... Sumpah deh, waktu itu gaya kami kayak orang kampung yang nggak pernah main ke mall. Entah apa yang salah dengan jiwa kami saat itu huahahahaha....

Udah lah, kami meneruskan perjalanan kembali ke sorga (maksudnya asrama). Si Oneng ini nggak tahan buat nahan pipis dia tuh. Nggak ada toilet di pinggir jalan raya kayak begini. "Di Bank Mandiri ada nggak ya?" tanyanya.

"Tanya sama Pak Satpam itu aja kalo berani," jawab Raffi.

Ternyata si Oneng serius tanya sama security itu. Si security ngasih lihat jalannya ke toilet ada di parkiran belakang  Bank Mandiri. Kami bergegas kesana. Waktu si Oneng di dalam toilet aku lihat-lihat bengunan sebelah. Kebetulan di area situ ada gedung gereja yang besar, "Eh, itu kah gereja tadi?"

Spontan mereka tertawa kenceng sambil nunjuk-nunjuk hidung aku. "Hei! Matamu stereo, In!" seru si Juli puas banget ngetawain aku. "Tulisan Bank Mandiri segede gitu masih kamu bilang gereja?!"

"Wah, parah nih cewek. Kamu nggak bisa bedain gereja sama bank ya?" lanjut si Petra masih dengan ketawanya yang lebar.

"Yah, kan nggak kelihatan tadi tulisan Mandiri disitu. Puas kali kalan ketawain aku. Dosa lho.... Lagian sama aja. Bank Mandiri nyimpen duit rakyat, gereja di sebelah juga nyimpen jiwa-jiwa hahahaha...." sahutku pede aja.

GUBRAAAKKK!!

Si Oneng keluar. Giliran si Petra yang masuk toilet. Maksud hati mau ngerjain dia, eh malah kami yang terjebak sama jebakan batman hahahaha....

"Matikan lampunya!" kata si Raffi. Ini anak dodong juga, mau ngerjain orang pake teriak. Ya dengerlah orangnya. Si Oneng juga sama, bukannya matiin lampu malah menghidupkan lampu pos yang terang benderang. Susah juga mau critain lucunya dimana. Soalnya tayangan live-nya lebih keren wahahahaha....

Si Juli punya ide buat ngumpet. Dia buru-buru lari ke belakang toilet yang padahal sebenernya badan aku aja yang cukup masuk ke situ. Dia paksain tuh sambil berjinjit diatas parit-parit. Kami tiga (aku, Raffi sama Oneng) udah nggak keburu lagi mau ngumpet sama Juli. Akhirnya Raffi berteriak, "Ayo, cepat lariiiii.....!!!"

Si Oneng refleks langsung cabut gitu aja ambil langkah seribu. Sementara aku yang tadi udah mau jongkok sambil masang swallow jadi kelabakan mau ngikut siapa. "Antoooooon, ayo cepat sembunyi!" seru si Oneng jauh di depanku.

Aku ikut lari gitu aja, sampe nggak sadar kalo sandal yang aku pake baru sebelah. Sebelahnya lagi tinggal di belakang. Aku balik lagi ambil sandal, eh si Petra udah keburu keluar dari toilet sambil berkacak pinggang siap-siap mengejar kami, "MAU LARI KEMANA KALIAN?!!"

Udah deh, seadanya aja aku lari sambil sandalku terlempar kesana kemari. Sampe kayak orang pincang aku jalan. Padahal yang baru jatuh itu si Raffi, tapi gara-gara si swallow jadi aku yang pincang. Si security ngelihatin kami kayak orang baru dikejar-kejar polisi gara-gara ngerampok bank.

Si Juli tertinggal di belakang, kejepit, susah payah keluar dari belakang toilet. "Toin.... Toin.... Kamu ini kayak orang autis kulihat dari belakang. Buang aja swallow-mu itu. Bikin ribet aja deh ah. Anak kuliahan semester 7 belum bisa pake sandal," celetuknya sambil ketawa keras diikuti sama yang lainnya.


Emang aku itu orang yang suka mereka bully. Setiap detik kalo ada waktu luang, ya itu tadi kerjaan mereka mem-bully aku. Udah jadi motto hidup mereka kayaknya mem-bully diriku. Kalo boleh tambah nama nih udah ku kasih nama tengahku jadi Bully wkwkwkwkwkwk.......

Ah sudah lah. Hidup ini memang keras. Ini gila dan kami masih merencanakan kegilaan yang lainnya next mission di KFC hahaha.... Entah apa lagi yang akan kami buat. Mungkin mem-bully pelayan KFC-nya hahahaha.... Semoga kami cepat bertobat!