Si Popeye Suka Makan Bayam

"I AM JUST A LITTLE GIRL WHO NEVER STOP DREAMING"

January 30, 2015

THE BEST LEADER

Tidak ada pertemuan yang abadi. Seperti pertemuan, tidak ada perpisahan yang abadi. 
–First Love, Sani.

Begitu banyak orang bisa mengawali sesuatu dengan kesetiaan. Tapi sangat sedikit yang berhasil mengakhirinya dengan kesetiaan juga,” itulah kalimat pertama yang diucapkannya ketika membuka sharing perpisahan kami sore itu.

Masih dengan haru birunya perpisahan dengan seorang pemimin, orang tua, sahabat dan juga penasehat yang luar biasa. Aku nggak tau kalau akan seharu ini melepaskan seseorang yang selama ini banyak sekali memberikan semangat saat aku sedang berada di dasar jurang maupun saat aku sedang ada di atas gunung. Yang berhasil mencuci otakku dengan paradikmanya tentang hidup menjadi pemimpin yang melayani.

Sesosok pribadi yang menggambarkan seorang bapa yang penuh kasih namun juga adil. Seorang pemimpin sekaligus hamba yang bijaksana. Dia bukan seorang yang bisa berpura-pura baik untuk mendapatakan perhatian orang. Dia bukan orang yang lemah lembut. Bahkan banyak orang yang tidak terlalu suka pada gayanya. Tapi dia adalah orang yang penuh kasih, bahkan kasihnya lebih jauh besar daripada setiap kedisiplinan yang dia terapkan. Dia adalah salah satu sosok yang otentik, tidak dibuat-buat, dan original.

Banyak hal yang aku pelajari dari orang tua ini. Setiap pengalamannya menginspirasi hidupku untuk menjadi lebih baik bahkan lebih dahsyat dari apa yang dia ajarkan. Darinya aku belajar life is simple, but it is not as easy as we think. “Apapun yang kamu kerjakan, kerjakanlah dengan ketaatan dan kesungguhan hati. Bukankah seorang hamba tidak peduli siapa yang mendapatkan kemuliaan? Dia hanya melakukan bagiannya untuk membuat tuan yang dilayaninya semakin diberkati,” katanya pada suatu ketika saat menasehatiku bagaimana menjadi seorang hamba yang benar.

Dari bapak inilah aku belajar untuk menghormati pemimpin, bahkan ketika pemimpinku salah. “Belajarlah tunduk kepada otoritasmu. Karena mereka adalah orang-orang yang dipakai Tuhan untuk membentukmu semakin luar biasa dan tahan uji. Karena kewajiban seorang hamba adalah menghormati pemimpinnya. Seperti Daud yang selalu menghormati Saul, orang yang akan membunuhnya,” jelasnya pada kami anak-anaknya pada suatu hari.

Dari pribadi yang suka melayani inilah aku belajar untuk menjadi orang yang memiliki api yang tidak pernah padam. “Ada 3 tipe orang di generasi ini. Pertama, dia dingin. Tidak mau tau dan tidak mau bergerak bahkan ketika orang-orang di sekelilingnya sedang berebut mencari apinya masing-masing. Kedua, dia suam-suam kuku. Dia bergerak mengikuti arus. Dia panas ketika dia berada di komunitas yang semangat. Tetapi suatu saat ketika tidak ada lagi kegerakan yang terjadi, maka apinya menjadi padam dan dia tidak berfungsi sama sekali. Ketiga, dia adalah orang yang panas. Dimanapun dia berada dia selalu membuat kegerakan. Ada saatnya dia berkumpul dengan komunitas yang semangat, api dalam dirinya berkobar. Namun ketika dia ada di suatu komunitas yang dingin tidak ada api sama sekali, dia tetap berkobar bahkan menularkan api yang ada pada dirinya sehingga dia menjadi sarana untuk membuat kegerakan. Orang yang manakah kamu?” ujarnya lai pada suatu ketika di sore hari saat kami sedang sharing.

Orang tua rohani yang bijaksana ini mengajariku untuk menjadi orang yang berani berbeda dari yang lainnya. “Saya sudah dua kali dalam hidup saya melakukan hal-hal yang freak, di luar zona yang seharusnya dipatuhi. Dan saya akan melakukannya lagi untuk yang ketiga kalinya. Jadilah orang-orang yang berani tampil beda, dalam arti membawa visinya Tuhan bahkan ketika orang lain memandangmu aneh. It’s ok,” ungkapnya pada kami sore tadi waktu kami berkumpul untuk menyalaminya pergi.

Masih banyak hal yang dia sampakan yang begitu memotivasi hidupku. Dia juga adalah orang yang berhasil mengubah cara pandangku terhadap dirinya, bahwa dia bukanlah seorang pemimpin yang kejam seperti yang sering kami anggap. Tetapi dia adalah sosok pemimpin yang mengasihi dan mau berkorban buat anak buahnya, meskipun sering kali hal itu tidak terekspos di media. Sebagian besar keputusan yang diambilnya terlihat seperti memberatkan, tetapi sejatinya dia adalah tipe orang yang selalu memikirkan kesejahteraan orang lain terlebih dahulu. Biarpun dalam bahasanya dia selalu bilang,”Saya tidak jahat. Tetapi saya sadis.”

Entah berapa banyak hal yang bapak itu sudah sharingkan sama kami. Entah berapa banyak orang yang diubahkan melalui nasehatnya. Tidak penting berapa banyak orang yang tidak menyukainya, tetapi dia adalah figur pemimpin yang luar biasa dimataku, dan aku mengucap syukur untuk hal itu. Dia manusia biasa yang penuh kekurangan, tapi dalam kekuranganna itulah aku melihat bahwa dia adalah anak Tuhan yang luar biasa. Aku mengucap syukur telah mengenalnya meski hanya dalam waktu yang singkat. Aku mengucap syukur untuk segala sesuatu teladan yang berhasil aku ambil darinya.

“Disini hanyalah tempat kalian untuk simulasi. Ini adalah Goa Adulam bagi kalian dimana kalian harus bertemu dan berkumpul dengan orang-orang yang tidak berpengharapan, sakit hati, kepahitan. Tapi jadilah seperti Daud yang berani beda dan bahkan menjadi seorang leader yang mampu mengubahkan hidup orang-orang tidak berpengharapan seperti itu menjadi pahlawan yan gagah berani. Jangan lari dari Goa Adulam, tapi takhlukkanlah itu. Sehingga saat kamu keluar dari dalamnya, kamu menjadi seorang history maker yang luar biasa,” ungkapnya yang menjadi penutup pertemuan kami hari ini.