Hari-hari yang panas dan melelahkan. Bukan hanya soal cuacanya, tapi suasana diri juga sedang panas. Terjadi percekcokan dalam diri seorang manusia. Ia merasakan kadang kala mempercayai Tuhan itu sulit, meskipun tidak sesulit mempercayai manusia. Sampai satu titik ia benar-benar menyerah. Hanya bisa diam mendengarkan otaknya menyumpahi diri sendiri. Logikanya menghakimi diri seenaknya sampai puas.
Si Otak berseru,"Kesalahan ini ada padamu! Dari awal sudah tidak ada yang beres! Pertolongan Tuhan pun nggak sampai-sampai. Mana?"
Si Logika menambahi,"Kalaupun ditolong, pasti sudah salah kaprah. Lihat bagaimana pandangan orang padamu saat ini?!"
Mereka berdebat masing-masing, saling menyalahkan, saling menuduh. Di sisi netral, ada sebuah hati yang dari tadi hanya memperhatikan tanpa ikut angkat suara. Ia merasa kasihan pada si Logika dan si Otak. Mereka adalah satu, tapi bagaimana mungkin mereka berbeda keyakinan. Mempertanyakan dimana kesetiaan dan kuasa Tuhan.
Saat sudah tidak ada lagi kata-kata umpatan dan penghakiman yang terucap, si Hati mulai berpendapat,"Tidak ada orang lain yang membuat kesalahan ini. Semua salah kita sendiri dan sudah terjadi. Tapi apa gunanya menyalahkan diri saat ini? Apa juga gunanya meragukan otoritas Tuhan sekarang? Toh tidak ada orang lain lagi yang mampu menolong."
Si Logika membela diri,"Tapi gengsi dong ngaku sama Tuhan kalo kita yang salah."
Si Otak ikut menambahi,"Lagi pula sudah sejak awal kita sok pintar tidak mengikutsertakan Tuhan dalam urusan ini. Terus tiba-tiba setelah urusannya runyam begini, kita mau merengek sama Tuhan? Mau ditaruh mana muka kita?!"
Si Hati hanya tersenyum. Dia pun mengerti memang malu mengakuinya. Tapi dengan bijak dia berkata,"Memang wajar kita malu. But it is okay to apologize first. He knows us well. Tidak ada yang lebih mengenal pribadi kita selain Tuhan kok. Apa menurutmu Tuhan tidak tau masalh ini kalau kita tidak bilang?"
Si Otak dan si Logika serempak menjawab,"Ya pasti tau sih."
"Apa menurutmu Tuhan akan menghakimi dan menghukum kita kalau kita salah? Never! Seharusnya Dia sudah menghajar kita sejak pertama kita berbuat salah. Dia kan maha tau. Tapi kenyataannya tidak. Dia menunggu sampai kita datang mengaku. Merendahkan diri."
Semua terdiam.
"Kawan, Tuhan pun tau kalau kita gengsi mengakui kesalahan kita. Apapun yang tersembunyi, yang kita rasakan, Tuhan mengerti semua. Apa kita masih mau berbohong di depan orang yang sudah tau semua? Jangan menganggap diri kita pandai. Dia lebih tau cara apa yang harus dipakai. Kita ikut saja," lanjut si Hati menasehati.
"Lalu bagaimana memulainya? Kita semua punya masalah untuk memulai sesuatu. Apalagi untuk mengaku sama Tuhan," kata Otak.
Si Hati tersenyum dan menjawab dengan lembut,"Gampang. Tinggal bilang saja 'Tuhan aku salah. Tidak usah kuceritakan pun Tuhan pasti sudah tau. Tapi kalau boleh aku mau curhat begini dan begitu. Aku sudah lakukan caraku tapi semuanya gagal. Sekarang aku tidak tau lagi harus berbuat apa selain berseru kepada-Mu'. Sudah cerita gitu aja sama Tuhan. Dia pasti dengarkan dan kasih solusi."
Logika dengan cemberut berkata,"Segampang itu? Lalu bagaimana kalau Dia tidak membantu?"
"Tidak mungkin Dia tidak membantu. Bahkan dalam keadaanmu yang paling berdosa pun, tangan Tuhan itu tidak pernah melepaskanmu. Dia hanya menunggu sampai kita menyerah bertumpu pada usaha sia-sia kita sendiri."
Logika dan Otak menundukkan kepala mereka. Memang benar juga apa yang dikatakan oleh Hati itu.
"Bahkan ketika Tuhan kelihatan diam dan tidak melakukan apa-apa, Dia sedang melakukan rencana yang peling indah untuk kita. Hanya sejauh mana kita bisa mempercayai kesetiaan Tuhan dalam hidup ini."
Si Logika bertanya,"Darimana kamu tau?"
"Aku mengenal Dia dengan baik. Dia selalu menolong dan memberikan jalan keluar yang terbaik. Kalaupun tidak ada jalan keluar, itu tetap yang terbaik. Karena Dia tidak akan meninggalkan kita dalam keadaan kita yang terburuk pun. Dalam kesesakan yang paling parah pun Dia ada disana untuk kita. Rencana-Nya adalah rencana damai sejahtera," ungkap si Hati.
Akhirnya mereka semua menyadari bahwa tidak ada satu hal pun yang tersembunyi dari pandangan Tuhan. Mau sepandai apapun kita menyembunyikannya. Kadang Tuhan membiarkan kita melakukan kesalahan untuk membuat kita sadar bahwa kita ini tidak sempurna. Kita selalu memerlukan anugerah Tuhan setiap mili detik dalam hidup ini.
Saat kita melakukan kesalahan, Tuhan tau. Saat kita jatuh tersungkur, Tuhan lihat. Saat kita menjauh dari-Nya karena kita malu mengekui kesalahan kita, Dia mengerti. Yang terkadang tidak kita pahami adalah Tuhan itu selalu ada di dekatmu bahkan dalam keadaanmu yang paling kotor sekalipun. Yang paling parahnya, kita bisa mempercayai manusia untuk menyelesaikan masalah kita, tapi kita tidak mempercayai Tuhan sanggup memulihkan keadaan kita.
Masalah kita terkadang membuat kita lupa bahwa kesetiaan Tuhan itu tidak pernah putus. Pikiran negatif kita mulai meracuni dengan asumsi-asumsi bahwa kesalahan kita terlalu besar, Tuhan tidak akan menolongmu. Atau logikamu yang terlalu gengsi untuk datang kembali sama Tuhan, minta Tuhan yang kembali sama kita. Lho? Tuhan itu selalu datang sama kita, tapi kita yang selalu menolak.
Tidak ada tempat paling aman untuk berbagi cerita selain sama Tuhan. Orang lain mungkin bisa memberi solusi, tapi mereka tidak akan pernah bisa mengembalikan keadaanmu seperti semula. Hanya Tuhan yang bisa. Kalau kita saja bisa mempercayai manusia, kenapa kita tidak bisa lebih mempercayai Tuhan yang sudah menebus hidup ini?
Oke, ini hanya basa-basi. Tapi intinya bukan basa-basi. Masalahmu tidak akan pernah membuat Tuhan Yesus menjauh darimu. Dia ada di sampingmu selalu. Kita hanya perlu memandang keatas melihat kepada kasih karunia-Nya dan semua akan beres.
God is good all the time and all the time God is good.