Si Popeye Suka Makan Bayam

"I AM JUST A LITTLE GIRL WHO NEVER STOP DREAMING"

July 26, 2015

PEREMPUAN KACA DAN LAKI-LAKI MAYA

Sebuah pertemuan singkat yang bisa merubah suasana hati secara mendadak. Meski tanpa sapa dan tanpa bicara. Cukup puas bagiku melihatmu ada di sebelah sana. Ah…. Menyenangkan sekali meskipun hanya beberapa saat. Serasa ada ratusan kupu-kupu beterbangan dalam hati. Menggelitik sekaligus asik. Si perempuan kaca kembali terpesona dengan keindahan laki-laki maya dalam pantulan cerminnya sendiri.

Wah, relativitas waktu bekerja secara nyata saat aku melihatmu hari ini. Aku makhluk fana merasakan kekekalan sesaat ketika ada dirimu disekitarku. Entah bagaimana logikaku berjalan, sungguh aku tidak bisa menutupi kegiranganku. Bahkan mungkin kamu sudah bosan dengan tingkahku, tapi inilah aku yang tergila-gila padamu.

Seandainya saja hidup tidak berevolusi, seandainya saja sebuah momen dapat selamanya menjadi fosil, seandainya saja waktu mampu berhenti di satu titik, maka tanpa ragu aku akan memilih satu detik bersamamu untuk diabadikan. Cukup satu detik. Hanya satu detik, untuk mengendapkan kenangan-kenangan itu dan menjadikannya prasasti yang cukup pantas untuk dikenang.

Memang benar, aku bukan orang yang pandai merangkai kata. Apalagi seperti pujangga yang pandai melukiskan keindahan ke dalam bait-bait prosa. Yang kubisa hanya diam. Namun dalam diamku, aku mendengar banyak sekali suara. Diamku berkata-kata. Menceritakan tentang wajahmu, matamu, senyummu dan bahkan cara jalanmu yang hening seperti angin semilir. Aku diam bukan karena aku tidak ingin berbicara denganmu, tapi aku menyapamu dalam hatiku.

Aku tetap menginginkamu, tapi tidak lagi dengan keserakahanku. Karena lebih baik memandangmu dari jauh sebagai karya yang maha agung. Lebih indah. Lebih mewah. Meski tidak begitu memuaskan hati ini. Aku cukup tahu diri untuk menyadari bahwa aku pasti akan berhenti dengan semua ini pada satu titik suatu saat nanti. Maka, sebelum semua layak untuk dilupakan, akan lebih baik aku menceritakannya. Tentang perempuan kaca dan laki-laki maya yang sudah terputus tali penghubungnya. Supaya ketika aku lelah suatu hari nanti, aku bisa berhenti dan menoleh kembali bahwa pernah ada cerita tentang kita yang meniti jalan berbeda.

Ada dunia di sekelilingku. Ada kamu di sekitarku. Namun, aku mendamba rasa sendiri itu. Yah, semua hanya obsesi pribadiku.

_____________________________________________________________________________ .
NB: There is a song that I love. Actually two songs, but I'm not sure about the Korean song's meaning. I just love the video and of course it has a beautiful voice.... Just enjoy it. :D Happy Listening.....
https://www.youtube.com/watch?v=76WzNEkJvuA (Lilo&Stitch "Can't Help Falling In Love With You")
https://www.youtube.com/watch?v=RCYAncxTvfI (Davichi "Move Out")

July 20, 2015

VAMPIRE DAN 'TEMAN BENERANNYA'

Hari ini banyak banget hal yang terjadi yang bikin ngakak sampe terkencing-kencing di celana. Entah hari istimewa apa ini, cuma yang gue ingat ini adalah malam Selasa. Yang kata orang sih 'barang-barang begituan' biasa muncul nampakin diri.

Jadi ceritanya dimulai dari tadi siang yang gue isi dengan bermakeup ala cosplay vampire, setelah sejak pagi kerjanya cuma tiduran main game di hape yang nggak seberapa itu. Makeup yang gue pake cuma ala kadarnya aja sih kayak yang biasa gue pake, tapi berhasil juga bikin temen kamar sebelah teriak ngelihat penampakan gue siang bolong tadi.

Awalnya sih cuma karena pengen gambar-gambar sesuatu aja, tapi nggak mau di buku gambar. Malam sebelumnya gue udah gila aja mainan makeup di muka, coret-coretin kayak wayang gaul gitu. Eh, kepikiran gimana kalo bikin vampir aja. Lagian belum pernah juga makeup ekstrim kayak begini. Hehhm, habis sudah gue bikin muka gue nih! coret sana coret sini akhirnya jadi lah bentuk yang seperti ini....

Awalnya gue ngerasa kayak 'wah ini keren', tapi habis gue upload di sosial media gue jadi kayak 'nggak bener nih'. Jadi banyak yang komen. Gue malu sendiri, bukan karena makeup yang gue bikin jelek, masalahnya gue yang makin kelihatan jelek disitu. Hadeeeehhh..... Mau dihapus juga udah terlanjur, ya mendingan nungguin seminggu lagi aja, sampe orang lupa. 

Temen sebelah kamar gue yang tomboy abis bisa teriak juga rupanya pas dia lihat gue jalan di lorong. Padahal siang bolong tuh. Nggak nyalahin juga sih, soalnya gue juga ilfeel sendiri lihat tampang gue waktu itu. Agak bangga aja bisa bikin orang teriak ketakutan hahah.... Mission complete!! Yayy!!

Habis seneng ngerjain temen pake makeup gila itu, akhirnya anak gue yang bungsu (anak gue yang umurnya cuma beda setahun sama gue hahah) dan temennya ngajak jalan. Dia merdeka banget jalan sama gue kemana aja selama kakaknya, anak sulung gue (yang usianya lebih tua setahun dari gue) pulang ke kampung halamannya.

Habis mandi dan siap-siap dandan rapi, kami bertiga jalan ke salah satu tempat makan yang agak jauh dari rumah. Secara dari siang belum pada makan akhirnya kami cari tempat yang bisa makan puas pake ayam hahahah.... Setelah kenyang makan dan sharing, kami melanjutkan perjalanan ke salah satu mall yang nggak jauh dari tempat makan tadi.

Di mall itu kami cuma muter-muter aja, rencana mau beli diskonan ternyata nggak ada yang diskon. Akhirnya kami cuma lihat-lihat barang doang nggak beli. Terus kami berhenti di rak susu botol. Lagi asik kami ngobrol-ngobrol, datanglah anak kecil sama bapaknya. Anak itu cantik banget, cina-cina gitu. Dia malu-malu lihat kami sambil senyum-senyum. Entah kenapa dia kayak gitu, namanya juga anak kecil. Eaaahhh, pas lihat Papanya!! Waduh sodara! Ganteng banget papanya! Temen anak gue yang nggak biasa melongo kalo liat cowok pun jadi ikut-ikutan terpaku gara-gara papa si anak kecil cantik tadi! Udah tau punya anak pun, papa muda itu tadi juga salah tingkah di depan kami. Makin aneh lah kami rasa. Lucu.

Akhirnya dia ngajak anaknya pergi ke arah kanan, kami pergi ke arah kiri sambil masih nengok-nengok ke papa gaul itu tadi. Anak gue (emang dasar keturunan) heboh banget dibuatnya. Udah berapa kali kami balik-balik ke standnya susu kalo nggak ke snack cuma mau lihat si papa gaul doang. Udah keluar dari kasir pun, anak gue masih sempet cari-cari tuh papa gaul dari luar.

Emang dasar jodoh yang nggak bisa bersatu aja, akhirnya ketemu juga sama si papa gaul. Anak gue sama papa gaul bertemu mata. Si papa gaul salah tingkah, anak gue makin salah tingkah sampe lari entah ke arah mana. Sementara gue sama temen anak gue sama-sama bermata stereo (heh??) masih nggak lihat dimana sih papa gaul yang jelas-jelas ada di depan kami. Pas tau kalo ternyata si papa gaul ngelihatin kami sambil senyum-senyum salting gitu, baru lah kami malu sendiri lalu ikutan lari. Bego banget pokoknya kami bertiga tadi.

Masih nyeritain si papa gaul dan anaknya, kami foto-foto di air mancur depan sebuah gedung kosong 10 lantai. Padahal kami masih ketawa-ketawa eh temennya anak gue nyeletuk,"Ngerasa nggak sih kayak ada yang ngeliatin kita dari lantai sembilang gedung kosong itu?" Mulai parno deh anak gue. Pada dasarnya dia emang agak penakut. Gue sih cuek aja, soalnya gue nggak lihat apa-apa. Toh kalo beneran ada orang disana mata gue juga nggak bakal lihat. Itu salah satu keunggulan mata minus hahah. Suasananya agak bergeser menuju ke creepy gitu. Tapi gue masih belum ngerasa apa-apa. Gue masih santai aja, gue mah gitu orangnya. 

Tiba sampe di deket rumah besar yang halamannya luas, gelap dan banyak ditumbuhi pepohonan nggak jauh dari gedung kosong sepuluh lantai tadi, anak gue baru bilang kalo ada yang aneh sama anaknya papa gaul di mall tadi. "Ada yang ngerasa disenyumin anak kecil tadi nggak sih? Dia senyum sama siapa?" Kami sama-sama merasa nggak disenyumin anak itu, soalnya arah matanya nggak ke salah satu dari kami rupanya. Jadi dia senyum sama siapa? "Jangan-jangan dia memang nggak senyum sama salah satu dari antara kita lagi.... Jangan-jangan kita nggak bertiga, tapi berempat!" kata anak gue bercanda. Di waktu yang bersamaan terdengar tawa cewek yang mirip banget di film-film Susana jaman dulu. Tapi gue masih positif aja, soalnya di deket kami jalan ada bapak-bapak yang kaca mobilnya kebuka yang mungkin mereka cuma ganjen ngusilin kami aja. Biasa kalo om-om jablay godain cewek. Gue cuek aja. Tapi ternyata anak gue sama temennya nggak denger suara tadi. Ya udah lah pikirku nggak penting juga.

Nggak jauh dari rumah tadi ada halte yang sepi orang. Cuma ada dua orang duduk di kursi halte, dan seorang ibu duduk di trotoar pas di depan halte itu. Kami masih ngomongin hal-hal ganjil tentang anak tadi, tiba-tiba si ibu melambai tangan seperti orang menari tapi melambai ke arah kami sambil ketawa seperti suara Susana di film itu. Refleks anak gue langsung teriak dan lari sekencang-kencangnya. Sementara gue yang sedari tadi sudah memperhatikan si ibu dari jauh benar-benar shock dan sempet mematung selama tiga detik bertatap muka sama si ibu itu. Baru temen anak gue teriak, gue juga ikut teriak. Sialnya gue nggak bisa lagi lari soalnya perut udah mules banget karena shock tambah lagi jadi kebelit pipis tiba-tiba. Ah, udah lah kalo tertangkap sama si ibu gila itu ya udah pikirku.

Gue sempet nengok ke arah dua orang yang duduk di halte tadi. Anehnya mereka nggak ngelihat ke ibu tadi, malah mereka aneh melihat kami. "Ngopo lho bocah-bocah kuwi?" kata salah satu dari mereka. Gue nengok lagi ke arah ibu tadi, dia mematung tanpa ekspresi ke arah kami yang udah berlarian kayak semut buyar. Baru gue sadar gimana muka si ibu itu dengan jelas. Dia pake baju putih entah kemeja entah kaos, yang pasti warna kulitnya sama dengan warna bajunya, putih. makeupnya natural aja alisnya naik ke atas. Tapi mukanya nggak berekspresi sama sekali. Kalo dia niat ngerjain kami pasti dia ketawa setelah lihat kami ketakutan sampe lari begitu, tapi ini dia cuma diam beku menatap kami bertiga yang berlari-lari ketautan. Berarti dia nggak ada niat sama sekali ngerjain kami. Tapi kenapa??

Aigoo.... Setelah jauh dari tempat itu lah baru kami berhenti berlari dan baru gue sadar juga kalo gue ngompol! Astaga!! Seumur-umur nggak pernah gue ngompol karena hal begituan. Tapi kali ini beda banget. Baru lah gue ingat timing ibu tadi ketawa sama suasana kami saat menceritakan hal-hal horor sangat tepat. Padahal kami yakin ibu itu nggak denger apa yang kami bilang. Lalu ekspresinya itu yang nggak bisa gue lupain. Kayak batu pualam. Putih, dingin nggak berekspresi. Gue juga baru ingat, ternyata yang tertawa waktu kami di depan rumah besar itu tadi ya si ibu itu.

Gue jadi mikir aneh. Soalnya gue lihat langsung ke mukanya. Auranya beda. Gue nggak lihat jelas apa itu orang ato bukan, apa dia punya bayangan ato nyentuh tanah. Positif yang masih bisa gue pikirkan adalah ibu tadi gila. Tapi semua buyar setelah ingat dua orang duduk di haltet tadi. Mereka nggak merasa aneh dengan ibu tadi, tapi malah aneh sama kami. Aturannya ibu tadi malah lebih aneh, dan wajar kita teriak dan lari dari sana. Seakan mereka nggak lihat si ibu gila itu. Kami bertanya-tanya, "Apakah cuma kami yang lihat ibu tadi, sementara mereka nggak?" Kalo mereka nggak lihat dan nggak denger ibu tadi berarti ibu tadi memang ada yang salah. Berarti ibu tadi bukan orang. Sial!!

Hal ini masih misteri.


July 17, 2015

IF YOU

Freak banget sih tu cewek. Malu-maluin aja,” gerutu Reza pada seorang cewek yang duduk di seberang bangkunya.

“Kenapa sih lu, Bro? Segitunya banget. Lagian kalo diperhatikan dia manis juga tau,” sahut Romi, salah satu temennya yang duduk sama dia. Jadi mereka itu punya band yang namanya ‘The Unknown’, suka manggung di kafe-kafe gitu. Lumayan elit lah. Kadang-kadang juga manggung di acara kampus.

Annoying aja gitu,” jawab Reza sambil memutar matanya.

“Hati-hati lho, dari benci ntar jadi suka,” sahut Johan, teman Reza yang lainnya.

Mereka lagi ngomongin cewek yang ngefans berat sama band mereka, terutama vokalisnya yang nggak lain adalah si Reza. Kata Reza cewek itu freak banget. Suka sih wajar aja, tapi kalo ketemu cewek itu bawaannya ada suasana horror yang tiba-tiba mencekam sekelilingnya. Lebay. Nama cewek itu Siska, mahasiswa fakultas seni. Beberapa kali Siska membuat karikatur dan lukisan Reza. Gara-gara hal itu lah beredar rumor kalo si Siska itu naksir berat sama si Reza. Secara Reza lumayan terkenal juga di kampus, semua orang jadi tau kalo dia punya fans berat dari fakultas seni. Itu yang bikin Reza nggak suka, soalnya dia nggak tertarik sama cewek aneh itu.

Suatu hari ada event kampus dimana band The Unknown tampil menjadi salah satu guest star-nya. Bisa ditebak Siska juga ikut datang ke acara itu. Tapi kali ini dia lebih memilih bangku penonton yang jauh dari panggung.

“Siska, ayo kita ke depan aja. Nggak kelihatan orangnya kalo disini,” ajak Anna temen dekatnya.

“Nggak ah. Disini aja. Lagian kan kelihatan juga dari big screen tuh,” jawab Siska pelang sambil nunjuk screen yang ada disisi kiri dan kanan panggung. Screen-nya memang lumayan gedhe, mungkin bulu hidungnya si MC pun bakal kelihatan kalo di-zoom in haha….

“Udah nggak ngefans lagi lu sama mereka? Tumben banget, biasanya juga milih di tempat paling mencolok biar bisa dilihat sama Reza?”

“Ah, males aja gue kedepan. Panas banget gini. Lagian kayaknya Reza nggak suka deh kalo aku deket-deket dia. Yah, daripada bikin dia ilfeel mendingan gue aja yang ngasih jarak. Udah puas gue lihat dia dari screen doang hehe,” jawab Siska lalu tertawa terkekeh.

“Akhirnya setelah hampir empat tahun loe buang juga si Reza haha. Ya udah deh, kalo gitu gue aja yang ke depan. Loe serius nggak mau ikut?”

“Nggak. Udah sana deh, keburu penuh bangku depan,” kata Siska memersilahkan.

Hampir satu jam nunggu akhirnya giliran The Unknown muncul juga. Hati Siska masih bergetar menyaksikan penampilan mereka. Memang selalu begitu dari sejak pertama kali dia melihat penampilan The Unknown di salah satu kafe yang pernah dia kunjungi. Hanya saja ada sedikit penyesalan dia nggak bisa deket-deket lagi sama mereka. Siska mendengar dari beberapa orang kalo kehadirannya mengganggu Reza banget. Cowok itu nggak suka kalo diejekin sama Siska. Alhasil si Siska mengundurkan diri lah.

Setelah acara selesai Siska dan Anna pergi makan siang di kafetaria kampus. Mereka memesan es teh dan nasi rames seperti biasa. Anak kos kalo tanggal-tangal tengah begini memang duitnya cuma cukup buat makan beginian.

“Sis, loe kenapa sih akhir-akhir ini agak aneh kalo ketemu The Unknown? Ada masalah?” tanya Anna masih penasaran dengan perubahan sikap Siska yang tiba-tiba.

“Tau aja loe kalo gue sumber masalah. Gue mah gitu orangnya,” ujar Siska sekenanya.

“Serius nih. Loe orangnya bercandaan mulu gitu sih. Kalo ada masalah bilang dong, kayak sama siapa aja loe sama gue.”

“Logika lah, gimana bisa ada masalah sama mereka kalo gue aja nggak deket-deket amat sama sekumpulan orang-orang itu? Gue nggak ada masalah. Cuma memang nggak nyaman aja sekarang kalo terlalu deket sama mereka.”

“Ya udah deh kalo gitu. Tapi kayaknya loe menjauh gara-gara ada omongan orang yang baru-baru ini beredar deh kalo Reza nggak suka dimata-matain sama loe.”

“Nah, itu tau. Ngapain tanya!” jawab Siska dengan jengkel. “Kalo memang beneran gitu ya mendingan gue nggak usah deket-deket dia dari dulu. Emang kelihatan banget ya kalo gue terlalu memperhatikan dia?” tanya Siska tiba-tiba nadanya berubah menjadi memelas.

“Wah, nggak usah nangis juga kali. Kayak cuma dia aja cowok di kampus sini. Move on lah. Lagian loe keliatan banget sih kalo suka sama orang. Pelajaran tuh lain kali,” kata Anna mencoba menenangkan Siska.

Beberapa bulan terakhir Siska nggak kelihatan di sekitar The Unknown lagi. mungkin dia beneran patah hati atau gimana. Kayaknya dia nggak pengen lihat lagi orang-orang The Unknown terutama vokalisnya. Yang aneh si Reza malah agak kepikiran kok si freak Siska nggak kelihatan nongol di depan mereka. Reza merasa free sih, tapi kayak ada yang nggak biasanya.

Hari Rabu jam makan siang, Reza dkk memutuskan untuk makan siang di kafe sebelah kampus yang biasa mereka nampil disana. Soalnya udah kenal sama manajernya, jadi biasa dikasih harga special. Pas udah sampe ternyata Siska lagi ngopi disana juga. Reza agak terkejut ketemu sama Siska disini. Sebenarnya Reza mau menyapa, cuma gengsi aja kalo dilihat sama temn-temennya, ntar dikira suka juga sama si freak itu.

Akhirnya Reza melewatinya begitu aja. mereka duduk di ujung kafe dekat jendela. Reza sengaja memilihkan tempat itu supaya dia bisa sesekali melirik Siska yang lagi coret-coret bikin sketsa di ujung kafe yang lainnya. Kayaknya dia belum sadar kalo Reza dkk datang di kafe itu juga.

“Wei, lu kenapa, Bro? Diajakin ngobrol malah bengong aja. Kurang lucu ya gue ngebanyol?” tanya Romi.

“Eh, gimana? Sorry, gue lagi blank,” respon Reza gelagapan.

“Halah, tau deh gue lu lagi ngeliatin siapa. Tuh cewek yang lu bilang freak kan? Haha udah melihat sisi lain dari ke-freak-annya?” ejek Johan yang sedari tadi sudah menyadari arah pandangan Reza.

“Apaan sih lu. Gue aja baru liat dia duduk di sana kok,” gerutu Reza dengan sebal.

Rupaya suara Reza terlalu jelas terdengar oleh Siska. Dia yang baru menyadari anak-anak The Unknown juga makan siang disana, akhirnya dengan buru-buru dia merapikan semua peralatannya dan mencoba setenang mungkin pergi keluar kafe. Reza yang melihat hal itu, menjadi aneh karena nggak biasanya Siska kayak gitu. Jangan-jangan Siska udah nggak tertarik lagi sama dia. Banyak pertanyaan yang muncul di otaknya sekarang.

“Haha menyesal kan lu berkurang fans lu,” ejek Romi lagi.

“Apaan sih? Emangnya cuma dia fans gue?” jawab Reza jengkel.

“Gue? Iya deh elu. Yang sabar yah….” ujar Johan lagi-lagi ikut mengejek yang hanya ditanggapi lirikan sinis oleh Reza.

“Eh, gue jadi punya ide buat bikin lagu nih! Judulnya ‘kembalilah’. Jadi ceritanya tentang penyesalan seorang cowok yang menyesal telah mengabaikan cewek yang menyukainya. Dia merasa kehilangan cewek itu setelah dia menyadari bahwa cewek itu pergi gara-gara selama mereka dekat, si cowok nggak pernah memerlakukan istimewa perasaan si cewek. Gimana?” kata Romi menjelaskan panjang lebar imajinasinya.

“Ah, itu sih kamu ngikutin single-nya Bigbang yang If You. Dasar penjiplak,” gurau Johan.

Sementara kedua temannya asik bergurau, Reza masih kepikiran dengan sikap aneh Siska. Apa yang salah dengan dia? Atau malah ada yang aneh dengan Reza sendiri? Reza masih belum percaya, pikirnya mungkin Siska memang freak, jadi semua yang dia lakukan adalah hal-hal yang freak juga. Wajar aja.

Bulan-bulan berikutnya Siska bener-bener seperti nggak kenal sama The Unknown. Kalo pun sempat ketemu dijalan, dia hanya say hello lalu langsung pergi gitu aja. Nggak ada lagi gosip-gosip aneh yang bilang kalo cewek fakultas seni ngejar-ngejar vokalisnya The Unknown. Siska sendiri mulai belajar melupakan The Unknown, terutama si Reza. Makanya dia nggak mau menunjukkan diri di depan mereka secara sengaja, kalo bisa pun malah nggak usah ketemu lagi biar nggak aneh begini suasananya. Mereka jadi kelihatan kayak musuhan, padahal nggak ada perang apapun. Akhir-akhir ini Siska lebih menyukai boy band Korea-Korea gitu. Alasan aja supaya dia cepet lupa sama lagu-lagu The Unknown, meski kadang-kadang masih sempet ternyanyikan secara nggak sengaja juga.

Suatu siang seusai kuliah, Siska cepat-cepat keluar dari kampus karena ada proyek yang harus dia kerjakan siang itu juga. Di tangannya penuh dengan setumpuk berkas-berkas contoh desain yang akan dia presentasikan. Siska harus ketemu salah satu manajer dari suatu kafe yang memintanya untuk membuat ilustrasi-ilustrasi desain di kafenya. Jadi Siska bener-bener terburu-buru siang itu, udah nggak sempet lagi makan siang pikirnya.

Sampai di persimpangan jalan tiba-tiba ada kecelakaan yang terjadi. Seketika tubuh Siska gemetaran. Rasanya petir menyambar dirinya di siang bolong. Dia berteriak sekencang-kencangnya saat melihat tubuh cowok yang tergeletak bersimbah darah di depan matanya. Tanpa berpikir panjang dia melemparkan berkas-berkas yang ada di tangannya dan berlari menuju ke arah cowok itu. Siska nggak peduli lalu lalang kendaraan dan bunyi klakson-klakson di sekitarnya. Dia menerjang keramaian jalan untuk menjangkau cowok itu dengan susah payah. Reza! Tubuhnya tidak bergerak terkapar di tengah jalan. Orang-orang hanya berteriak melihat kejadian itu.

Siska memastikan keadaan Reza sambil menangis tersedu-sedu. Reza nggak sadarkan diri, tapi jantungnya masih berdetak lemah. Semua orang yang ada di sana hanya melihat tanpa ada yang berani menyentuh cowok itu. Karena mereka pikir dia pasti sudah mati. Tapi Siska mencoba melakukan pertolongan pertama pada cowok itu sambil terus memanggil-manggil namanya. Belum ada respon. Akhirnya dia melakukan CPR tanpa berpikir tentang sekelilingnya. Yang dia pikirkan hanya bagaimana  Reza bisa kembali sadar.

Usahanya sedikit berhasil. Tiba-tiba Reza terbatuk-batuk meskipun dia belum membuka matanya. Nafasnya kembali. Dengan lemas Siska melepaskan pelukannya dari cowok itu. Ketika tubuhnya sendiri masih gemetaran, dia meminta seseorang yang ada di dekatnya untuk segera menelpon ambulans. Dia sendiri sebenarnya sangat ingin datang dan memastikan bahwa Reza akan baik-baik saja. Tapi tidak ada rasa percaya diri untuk menunjukkan mukanya di depan cowok yang dia sukai itu.

Orang-orang segera membawa Reza ke rumah sakit segera setelah ambulans datang. Siska hanya memandangi ambulans itu pergi menerjang keramaian. Dia hanya berharap Reza akan baik-baik saja.

Setelah beberapa hari Reza dirawat di rumah sakit, akhirnya dia sadar juga. Dia tidak ingat sama sekali apa  yang terjadi pada dirinya. Dia hanya ingat kalau dia sedang menyeberang jalan sebelum akhirnya ada sebuah mobil box yang melaju kencang kearahnya. Dia bertanya bagaimana dia masih bisa hidup.

“Cewek yang suka sama lu itu yang nyelametin lu, Bro,” jawab Romi sambil mengupas buah apel di tangannya.

“Maksudnya?” tanya Reza masih belum paham

“Siska,” jawab Romi berhenti sejenak menatap temannya yang masih terbaring lemah itu. “Dia melakukan pertolongan pertama buat lu yang nggak kepikir sama kami. Bahkan mungkin orang-orang di skitar yang ada di TKP pun belum tentu bisa ngelakuinnya. Keren banget deh pokoknya, Bro. Lu harus berterimakasih banget sama dia.”

“Oh ya? Masak sih? Gimana dia nyalemtin gue?” tanya Reza masih penasaran.

CPR. Lu tau kan?” ujar Romi hati-hati.

What?!” seru Reza kaget banget.

“Santai, Bro. Lu masih dalam perawatan intensif nih. Jangan banyak gerak,” tegur Romi menenangkan Reza, dia udah tau reaksinya bakal kayak gitu. “Kalo nggak gara-gara dia ngelakuin CPR sama lu, udah deh nggak tau lagi lu masih ada disini atau nggak. Dia kelihatan paling panik lho pas kejadian itu.”

“Masak sih?”

“Sampe dia nggak memperhatikan banyak kendaraan yang lewat depan dia, yang dia lihat cuma lu. Denger-denger juga gara-gara nolongin lu siang itu, proyeknya gagal total. Kasian banget deh tu cewek,” sambung Romi mengingat kejadian yang masih terasa ngeri di benaknya itu.

Reza jadi mikir, bener juga kalo nggak karena Siska itu pasti dia udah mati mungkin. Tapi masalahnya Reza nggak suka sama cewek itu. Bukan karena dia nggak tertarik, tapi baginya Siska itu freak banget. Terlalu jelas banget kalo Siska suka sama Reza. Dan hal itu bener-bener mengganggunya. Terus ini dia ngelakuin CPR? Oh my God! Harus gimana?

Akhirnya setelah sembuh dari pemulihannya dari rumah sakit, Reza memutuskan menemui si cewek freak yang udah nyelametin hidupnya itu. Dia menemukan Siska di perustakaan lagi asik baca buku.

“Siska,” sapa Reza canggung.

Mereka terdiam sejenak berpandangan. Reza merasa aneh menyapa duluan si Siska yang selama ini dia anggap sebagai the most annoying person. Sedangkan Siska terkejut dan bingung bagaimana cara menghindari Reza yang tiba-tiba ada di depannya. Nggak lucu kan kalo dia tiba-tiba lari gitu aja.

Sorry, waktu itu kamu yang nyelametin aku ya?” kata Reza grogi.

Siska Cuma diam aja, nggak tau mau gimana. Mau jawab atau nggak, mau lari atau diam aja kayak gitu.

“Hey, aku makasih banget udah nyelametin aku,” ucap Reza yang tiba-tiba merasa aneh ketika menyebut dirinya sendiri ‘aku’. “Tapi masalah CPR itu, aku sedikit terganggu. Gimana ya, maksudnya.... Aku makasih banget masih hidup begini, tapi kamu lupain aja masalah CPR itu.”

“Lalu?” ujar Siska sedikit terkejut dengan perkataan Reza yng segitunya.

“Lalu? Lalu.... Ya lupain aja,” kata Reza semakin salah tingkah. Karena dia sadar kalau dia salah ngomong. Nggak seharusnya dia bilang begitu. Tapi ya sudah lah, udah terlanjur juga.

Straight to the point aja deh. Kamu merasa rugi aku kasih CPR sama kamu?”

Reza terkejut dengan ucapan Siska. Dia hampir aja tersedak mendengarnya. Aduh! Beneran salah ngomong deh. Reza nggak bisa menjawab sepatah katapun.

“Lalu mau kamu apa? Kamu mau aku kembaliin nafas buatan yang aku kasih ke kamu itu lagi? Kamu mau ciuman sekali lagi?” tantang Siska sedikit tersinggung.

“Apa?” kata Reza semakin terkejut dan semakin canggung dibuatnya.

“Hey, Kawan. Bukan cuma kamu yang rugi. Aku juga rugi udah kasih kamu CPR. Tanpa kamu minta pun aku udah lupain masalah-masalah CPR itu. Lagi pula, sepertinya kamu yang berniat nggak mau ngelupain masalah CPR itu,” ujar Siska lagi tanpa segan-segan.

Dia terpaksa mengungkapkan kekesalan hatinya yang selama ini dia simpan sendiri. sekali lagi Reza menjadi kebingungan sendiri dengan perkataan Siska. Anehnya dia nggak merasa marah atau kecewa mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Siska. Dia malah merasa menyesal dengan semuanya.

“Maaf kalo selama ini aku udah mengganggu kamu. Tapi aku janji cukup sampai hari ini aja aku kenal sama kamu. Selanjutnya aku akan menganggap kalo aku nggak pernah kenal sama kamu. Dan maaf soal CPR itu,” kata Siska langsung pergi.

“Siska! Nggak begitu maksudku!” seru Reza sehingga semua orang menoleh ke arahnya dan menyuruhnya menjaga suara di ruang perustakaan.

Sampe di rumah Reza marah-marah sendiri. karena dia nggak tau harus ngapain lagi. Dia merasa kalo apa yang dikatakan Siska itu bener juga, tapi sebagai cowok dia nggak mau ngalah gitu aja. Tapi dia jadi kepikiran kalo Siska beneran bakalan ga kenal sama dia lagi. Bikin bad mood banget!

“Kenapa lu, Bro?” tanya Johan.

“Gila, tengil banget cewek itu tau!”

“Cewek? Maksud lu Siska?”

“Ya itulah. Masak dia bilang gue nggak berniat neglupain masalah CPR itu sih?! Songong banget deh. Baru kali ini ada cewek ngomong gitu sama gue.”

“Tapi kayaknya iya deh....” ujar Johan sambil lalu.

“Maksud lu apa?!”

“Lagian, ngapain juga lu datang ke dia ngungkit-ngungkit masalah CPR. Cukup bilang makasih aja beres. Kalo lu ngungkit-ungkit masalah CPR ya jelas kelihatan banget lu nggak bisa lupain ciuman cewek itu tau! Jangan-jangan kamu mulai suka nih sama dia?”

“Apaan sih?!” Reza jadi bingung sendiri.

“Bro, jangan nyesel aja kalo tiba-tiba Siska pergi gitu aja dari lu. Nggak usah gengsi suka sama cewek freak. Lu juga freak kok orangnya,” kata Romi dari belakang menepuk punggung Reza yang diikuti anggukan oleh Johan tanda setuju.

Lalu??

---END---

NB: Sebenernya judul sama isi nggak nyambung heheh.... Gue cuma terinspirasi sama IF YOU, single terbarunya Bigbang aja hahah.... Mianhaeyooo.... :D 
Please check the link below to hear the song>>>
https://www.youtube.com/watch?v=p84KzuffsC8