Si Popeye Suka Makan Bayam

"I AM JUST A LITTLE GIRL WHO NEVER STOP DREAMING"

July 17, 2015

IF YOU

Freak banget sih tu cewek. Malu-maluin aja,” gerutu Reza pada seorang cewek yang duduk di seberang bangkunya.

“Kenapa sih lu, Bro? Segitunya banget. Lagian kalo diperhatikan dia manis juga tau,” sahut Romi, salah satu temennya yang duduk sama dia. Jadi mereka itu punya band yang namanya ‘The Unknown’, suka manggung di kafe-kafe gitu. Lumayan elit lah. Kadang-kadang juga manggung di acara kampus.

Annoying aja gitu,” jawab Reza sambil memutar matanya.

“Hati-hati lho, dari benci ntar jadi suka,” sahut Johan, teman Reza yang lainnya.

Mereka lagi ngomongin cewek yang ngefans berat sama band mereka, terutama vokalisnya yang nggak lain adalah si Reza. Kata Reza cewek itu freak banget. Suka sih wajar aja, tapi kalo ketemu cewek itu bawaannya ada suasana horror yang tiba-tiba mencekam sekelilingnya. Lebay. Nama cewek itu Siska, mahasiswa fakultas seni. Beberapa kali Siska membuat karikatur dan lukisan Reza. Gara-gara hal itu lah beredar rumor kalo si Siska itu naksir berat sama si Reza. Secara Reza lumayan terkenal juga di kampus, semua orang jadi tau kalo dia punya fans berat dari fakultas seni. Itu yang bikin Reza nggak suka, soalnya dia nggak tertarik sama cewek aneh itu.

Suatu hari ada event kampus dimana band The Unknown tampil menjadi salah satu guest star-nya. Bisa ditebak Siska juga ikut datang ke acara itu. Tapi kali ini dia lebih memilih bangku penonton yang jauh dari panggung.

“Siska, ayo kita ke depan aja. Nggak kelihatan orangnya kalo disini,” ajak Anna temen dekatnya.

“Nggak ah. Disini aja. Lagian kan kelihatan juga dari big screen tuh,” jawab Siska pelang sambil nunjuk screen yang ada disisi kiri dan kanan panggung. Screen-nya memang lumayan gedhe, mungkin bulu hidungnya si MC pun bakal kelihatan kalo di-zoom in haha….

“Udah nggak ngefans lagi lu sama mereka? Tumben banget, biasanya juga milih di tempat paling mencolok biar bisa dilihat sama Reza?”

“Ah, males aja gue kedepan. Panas banget gini. Lagian kayaknya Reza nggak suka deh kalo aku deket-deket dia. Yah, daripada bikin dia ilfeel mendingan gue aja yang ngasih jarak. Udah puas gue lihat dia dari screen doang hehe,” jawab Siska lalu tertawa terkekeh.

“Akhirnya setelah hampir empat tahun loe buang juga si Reza haha. Ya udah deh, kalo gitu gue aja yang ke depan. Loe serius nggak mau ikut?”

“Nggak. Udah sana deh, keburu penuh bangku depan,” kata Siska memersilahkan.

Hampir satu jam nunggu akhirnya giliran The Unknown muncul juga. Hati Siska masih bergetar menyaksikan penampilan mereka. Memang selalu begitu dari sejak pertama kali dia melihat penampilan The Unknown di salah satu kafe yang pernah dia kunjungi. Hanya saja ada sedikit penyesalan dia nggak bisa deket-deket lagi sama mereka. Siska mendengar dari beberapa orang kalo kehadirannya mengganggu Reza banget. Cowok itu nggak suka kalo diejekin sama Siska. Alhasil si Siska mengundurkan diri lah.

Setelah acara selesai Siska dan Anna pergi makan siang di kafetaria kampus. Mereka memesan es teh dan nasi rames seperti biasa. Anak kos kalo tanggal-tangal tengah begini memang duitnya cuma cukup buat makan beginian.

“Sis, loe kenapa sih akhir-akhir ini agak aneh kalo ketemu The Unknown? Ada masalah?” tanya Anna masih penasaran dengan perubahan sikap Siska yang tiba-tiba.

“Tau aja loe kalo gue sumber masalah. Gue mah gitu orangnya,” ujar Siska sekenanya.

“Serius nih. Loe orangnya bercandaan mulu gitu sih. Kalo ada masalah bilang dong, kayak sama siapa aja loe sama gue.”

“Logika lah, gimana bisa ada masalah sama mereka kalo gue aja nggak deket-deket amat sama sekumpulan orang-orang itu? Gue nggak ada masalah. Cuma memang nggak nyaman aja sekarang kalo terlalu deket sama mereka.”

“Ya udah deh kalo gitu. Tapi kayaknya loe menjauh gara-gara ada omongan orang yang baru-baru ini beredar deh kalo Reza nggak suka dimata-matain sama loe.”

“Nah, itu tau. Ngapain tanya!” jawab Siska dengan jengkel. “Kalo memang beneran gitu ya mendingan gue nggak usah deket-deket dia dari dulu. Emang kelihatan banget ya kalo gue terlalu memperhatikan dia?” tanya Siska tiba-tiba nadanya berubah menjadi memelas.

“Wah, nggak usah nangis juga kali. Kayak cuma dia aja cowok di kampus sini. Move on lah. Lagian loe keliatan banget sih kalo suka sama orang. Pelajaran tuh lain kali,” kata Anna mencoba menenangkan Siska.

Beberapa bulan terakhir Siska nggak kelihatan di sekitar The Unknown lagi. mungkin dia beneran patah hati atau gimana. Kayaknya dia nggak pengen lihat lagi orang-orang The Unknown terutama vokalisnya. Yang aneh si Reza malah agak kepikiran kok si freak Siska nggak kelihatan nongol di depan mereka. Reza merasa free sih, tapi kayak ada yang nggak biasanya.

Hari Rabu jam makan siang, Reza dkk memutuskan untuk makan siang di kafe sebelah kampus yang biasa mereka nampil disana. Soalnya udah kenal sama manajernya, jadi biasa dikasih harga special. Pas udah sampe ternyata Siska lagi ngopi disana juga. Reza agak terkejut ketemu sama Siska disini. Sebenarnya Reza mau menyapa, cuma gengsi aja kalo dilihat sama temn-temennya, ntar dikira suka juga sama si freak itu.

Akhirnya Reza melewatinya begitu aja. mereka duduk di ujung kafe dekat jendela. Reza sengaja memilihkan tempat itu supaya dia bisa sesekali melirik Siska yang lagi coret-coret bikin sketsa di ujung kafe yang lainnya. Kayaknya dia belum sadar kalo Reza dkk datang di kafe itu juga.

“Wei, lu kenapa, Bro? Diajakin ngobrol malah bengong aja. Kurang lucu ya gue ngebanyol?” tanya Romi.

“Eh, gimana? Sorry, gue lagi blank,” respon Reza gelagapan.

“Halah, tau deh gue lu lagi ngeliatin siapa. Tuh cewek yang lu bilang freak kan? Haha udah melihat sisi lain dari ke-freak-annya?” ejek Johan yang sedari tadi sudah menyadari arah pandangan Reza.

“Apaan sih lu. Gue aja baru liat dia duduk di sana kok,” gerutu Reza dengan sebal.

Rupaya suara Reza terlalu jelas terdengar oleh Siska. Dia yang baru menyadari anak-anak The Unknown juga makan siang disana, akhirnya dengan buru-buru dia merapikan semua peralatannya dan mencoba setenang mungkin pergi keluar kafe. Reza yang melihat hal itu, menjadi aneh karena nggak biasanya Siska kayak gitu. Jangan-jangan Siska udah nggak tertarik lagi sama dia. Banyak pertanyaan yang muncul di otaknya sekarang.

“Haha menyesal kan lu berkurang fans lu,” ejek Romi lagi.

“Apaan sih? Emangnya cuma dia fans gue?” jawab Reza jengkel.

“Gue? Iya deh elu. Yang sabar yah….” ujar Johan lagi-lagi ikut mengejek yang hanya ditanggapi lirikan sinis oleh Reza.

“Eh, gue jadi punya ide buat bikin lagu nih! Judulnya ‘kembalilah’. Jadi ceritanya tentang penyesalan seorang cowok yang menyesal telah mengabaikan cewek yang menyukainya. Dia merasa kehilangan cewek itu setelah dia menyadari bahwa cewek itu pergi gara-gara selama mereka dekat, si cowok nggak pernah memerlakukan istimewa perasaan si cewek. Gimana?” kata Romi menjelaskan panjang lebar imajinasinya.

“Ah, itu sih kamu ngikutin single-nya Bigbang yang If You. Dasar penjiplak,” gurau Johan.

Sementara kedua temannya asik bergurau, Reza masih kepikiran dengan sikap aneh Siska. Apa yang salah dengan dia? Atau malah ada yang aneh dengan Reza sendiri? Reza masih belum percaya, pikirnya mungkin Siska memang freak, jadi semua yang dia lakukan adalah hal-hal yang freak juga. Wajar aja.

Bulan-bulan berikutnya Siska bener-bener seperti nggak kenal sama The Unknown. Kalo pun sempat ketemu dijalan, dia hanya say hello lalu langsung pergi gitu aja. Nggak ada lagi gosip-gosip aneh yang bilang kalo cewek fakultas seni ngejar-ngejar vokalisnya The Unknown. Siska sendiri mulai belajar melupakan The Unknown, terutama si Reza. Makanya dia nggak mau menunjukkan diri di depan mereka secara sengaja, kalo bisa pun malah nggak usah ketemu lagi biar nggak aneh begini suasananya. Mereka jadi kelihatan kayak musuhan, padahal nggak ada perang apapun. Akhir-akhir ini Siska lebih menyukai boy band Korea-Korea gitu. Alasan aja supaya dia cepet lupa sama lagu-lagu The Unknown, meski kadang-kadang masih sempet ternyanyikan secara nggak sengaja juga.

Suatu siang seusai kuliah, Siska cepat-cepat keluar dari kampus karena ada proyek yang harus dia kerjakan siang itu juga. Di tangannya penuh dengan setumpuk berkas-berkas contoh desain yang akan dia presentasikan. Siska harus ketemu salah satu manajer dari suatu kafe yang memintanya untuk membuat ilustrasi-ilustrasi desain di kafenya. Jadi Siska bener-bener terburu-buru siang itu, udah nggak sempet lagi makan siang pikirnya.

Sampai di persimpangan jalan tiba-tiba ada kecelakaan yang terjadi. Seketika tubuh Siska gemetaran. Rasanya petir menyambar dirinya di siang bolong. Dia berteriak sekencang-kencangnya saat melihat tubuh cowok yang tergeletak bersimbah darah di depan matanya. Tanpa berpikir panjang dia melemparkan berkas-berkas yang ada di tangannya dan berlari menuju ke arah cowok itu. Siska nggak peduli lalu lalang kendaraan dan bunyi klakson-klakson di sekitarnya. Dia menerjang keramaian jalan untuk menjangkau cowok itu dengan susah payah. Reza! Tubuhnya tidak bergerak terkapar di tengah jalan. Orang-orang hanya berteriak melihat kejadian itu.

Siska memastikan keadaan Reza sambil menangis tersedu-sedu. Reza nggak sadarkan diri, tapi jantungnya masih berdetak lemah. Semua orang yang ada di sana hanya melihat tanpa ada yang berani menyentuh cowok itu. Karena mereka pikir dia pasti sudah mati. Tapi Siska mencoba melakukan pertolongan pertama pada cowok itu sambil terus memanggil-manggil namanya. Belum ada respon. Akhirnya dia melakukan CPR tanpa berpikir tentang sekelilingnya. Yang dia pikirkan hanya bagaimana  Reza bisa kembali sadar.

Usahanya sedikit berhasil. Tiba-tiba Reza terbatuk-batuk meskipun dia belum membuka matanya. Nafasnya kembali. Dengan lemas Siska melepaskan pelukannya dari cowok itu. Ketika tubuhnya sendiri masih gemetaran, dia meminta seseorang yang ada di dekatnya untuk segera menelpon ambulans. Dia sendiri sebenarnya sangat ingin datang dan memastikan bahwa Reza akan baik-baik saja. Tapi tidak ada rasa percaya diri untuk menunjukkan mukanya di depan cowok yang dia sukai itu.

Orang-orang segera membawa Reza ke rumah sakit segera setelah ambulans datang. Siska hanya memandangi ambulans itu pergi menerjang keramaian. Dia hanya berharap Reza akan baik-baik saja.

Setelah beberapa hari Reza dirawat di rumah sakit, akhirnya dia sadar juga. Dia tidak ingat sama sekali apa  yang terjadi pada dirinya. Dia hanya ingat kalau dia sedang menyeberang jalan sebelum akhirnya ada sebuah mobil box yang melaju kencang kearahnya. Dia bertanya bagaimana dia masih bisa hidup.

“Cewek yang suka sama lu itu yang nyelametin lu, Bro,” jawab Romi sambil mengupas buah apel di tangannya.

“Maksudnya?” tanya Reza masih belum paham

“Siska,” jawab Romi berhenti sejenak menatap temannya yang masih terbaring lemah itu. “Dia melakukan pertolongan pertama buat lu yang nggak kepikir sama kami. Bahkan mungkin orang-orang di skitar yang ada di TKP pun belum tentu bisa ngelakuinnya. Keren banget deh pokoknya, Bro. Lu harus berterimakasih banget sama dia.”

“Oh ya? Masak sih? Gimana dia nyalemtin gue?” tanya Reza masih penasaran.

CPR. Lu tau kan?” ujar Romi hati-hati.

What?!” seru Reza kaget banget.

“Santai, Bro. Lu masih dalam perawatan intensif nih. Jangan banyak gerak,” tegur Romi menenangkan Reza, dia udah tau reaksinya bakal kayak gitu. “Kalo nggak gara-gara dia ngelakuin CPR sama lu, udah deh nggak tau lagi lu masih ada disini atau nggak. Dia kelihatan paling panik lho pas kejadian itu.”

“Masak sih?”

“Sampe dia nggak memperhatikan banyak kendaraan yang lewat depan dia, yang dia lihat cuma lu. Denger-denger juga gara-gara nolongin lu siang itu, proyeknya gagal total. Kasian banget deh tu cewek,” sambung Romi mengingat kejadian yang masih terasa ngeri di benaknya itu.

Reza jadi mikir, bener juga kalo nggak karena Siska itu pasti dia udah mati mungkin. Tapi masalahnya Reza nggak suka sama cewek itu. Bukan karena dia nggak tertarik, tapi baginya Siska itu freak banget. Terlalu jelas banget kalo Siska suka sama Reza. Dan hal itu bener-bener mengganggunya. Terus ini dia ngelakuin CPR? Oh my God! Harus gimana?

Akhirnya setelah sembuh dari pemulihannya dari rumah sakit, Reza memutuskan menemui si cewek freak yang udah nyelametin hidupnya itu. Dia menemukan Siska di perustakaan lagi asik baca buku.

“Siska,” sapa Reza canggung.

Mereka terdiam sejenak berpandangan. Reza merasa aneh menyapa duluan si Siska yang selama ini dia anggap sebagai the most annoying person. Sedangkan Siska terkejut dan bingung bagaimana cara menghindari Reza yang tiba-tiba ada di depannya. Nggak lucu kan kalo dia tiba-tiba lari gitu aja.

Sorry, waktu itu kamu yang nyelametin aku ya?” kata Reza grogi.

Siska Cuma diam aja, nggak tau mau gimana. Mau jawab atau nggak, mau lari atau diam aja kayak gitu.

“Hey, aku makasih banget udah nyelametin aku,” ucap Reza yang tiba-tiba merasa aneh ketika menyebut dirinya sendiri ‘aku’. “Tapi masalah CPR itu, aku sedikit terganggu. Gimana ya, maksudnya.... Aku makasih banget masih hidup begini, tapi kamu lupain aja masalah CPR itu.”

“Lalu?” ujar Siska sedikit terkejut dengan perkataan Reza yng segitunya.

“Lalu? Lalu.... Ya lupain aja,” kata Reza semakin salah tingkah. Karena dia sadar kalau dia salah ngomong. Nggak seharusnya dia bilang begitu. Tapi ya sudah lah, udah terlanjur juga.

Straight to the point aja deh. Kamu merasa rugi aku kasih CPR sama kamu?”

Reza terkejut dengan ucapan Siska. Dia hampir aja tersedak mendengarnya. Aduh! Beneran salah ngomong deh. Reza nggak bisa menjawab sepatah katapun.

“Lalu mau kamu apa? Kamu mau aku kembaliin nafas buatan yang aku kasih ke kamu itu lagi? Kamu mau ciuman sekali lagi?” tantang Siska sedikit tersinggung.

“Apa?” kata Reza semakin terkejut dan semakin canggung dibuatnya.

“Hey, Kawan. Bukan cuma kamu yang rugi. Aku juga rugi udah kasih kamu CPR. Tanpa kamu minta pun aku udah lupain masalah-masalah CPR itu. Lagi pula, sepertinya kamu yang berniat nggak mau ngelupain masalah CPR itu,” ujar Siska lagi tanpa segan-segan.

Dia terpaksa mengungkapkan kekesalan hatinya yang selama ini dia simpan sendiri. sekali lagi Reza menjadi kebingungan sendiri dengan perkataan Siska. Anehnya dia nggak merasa marah atau kecewa mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Siska. Dia malah merasa menyesal dengan semuanya.

“Maaf kalo selama ini aku udah mengganggu kamu. Tapi aku janji cukup sampai hari ini aja aku kenal sama kamu. Selanjutnya aku akan menganggap kalo aku nggak pernah kenal sama kamu. Dan maaf soal CPR itu,” kata Siska langsung pergi.

“Siska! Nggak begitu maksudku!” seru Reza sehingga semua orang menoleh ke arahnya dan menyuruhnya menjaga suara di ruang perustakaan.

Sampe di rumah Reza marah-marah sendiri. karena dia nggak tau harus ngapain lagi. Dia merasa kalo apa yang dikatakan Siska itu bener juga, tapi sebagai cowok dia nggak mau ngalah gitu aja. Tapi dia jadi kepikiran kalo Siska beneran bakalan ga kenal sama dia lagi. Bikin bad mood banget!

“Kenapa lu, Bro?” tanya Johan.

“Gila, tengil banget cewek itu tau!”

“Cewek? Maksud lu Siska?”

“Ya itulah. Masak dia bilang gue nggak berniat neglupain masalah CPR itu sih?! Songong banget deh. Baru kali ini ada cewek ngomong gitu sama gue.”

“Tapi kayaknya iya deh....” ujar Johan sambil lalu.

“Maksud lu apa?!”

“Lagian, ngapain juga lu datang ke dia ngungkit-ngungkit masalah CPR. Cukup bilang makasih aja beres. Kalo lu ngungkit-ungkit masalah CPR ya jelas kelihatan banget lu nggak bisa lupain ciuman cewek itu tau! Jangan-jangan kamu mulai suka nih sama dia?”

“Apaan sih?!” Reza jadi bingung sendiri.

“Bro, jangan nyesel aja kalo tiba-tiba Siska pergi gitu aja dari lu. Nggak usah gengsi suka sama cewek freak. Lu juga freak kok orangnya,” kata Romi dari belakang menepuk punggung Reza yang diikuti anggukan oleh Johan tanda setuju.

Lalu??

---END---

NB: Sebenernya judul sama isi nggak nyambung heheh.... Gue cuma terinspirasi sama IF YOU, single terbarunya Bigbang aja hahah.... Mianhaeyooo.... :D 
Please check the link below to hear the song>>>
https://www.youtube.com/watch?v=p84KzuffsC8

1 comment: