Setelah entah berapa tahun saya nggak mampir buat nulis-nulis di sini, akhirnya hari ini saya kembali. Sudah lama mau menulis lagi, tapi ragu karena selain udah terlanjur lama hiatus, juga karena bingung apa yang hal yang relevan dengan keadaan saat ini yang bisa saya ceritakan. Jujurly, kalo mau nulis soal cinta kayaknya udah nggak cocok sama saya hahaha.... Jadi saya memutuskan untuk menulis kesaksian saya yang sudah lama saya ingin bagikan tapi selalu tertunda karena berbagai hal. So, here is my story, my journey with Him. Enjoy!
Beberapa waktu lalu saya mengikuti pelatihan karyawan baru di tempat saya bekerja. Hari kedua saya mengikuti pelatihan itu, saya merasa sangat antusias dengan materi yang disampaikan. Saya bukan orang yang sangat religius sebetulnya, tapi diskusi tentang hal-hal rohani, kesaksian tentang bagaimana Tuhan itu baik, bahkan cerita-cerita Alkitab di sekolah minggu selalu membuat saya tertarik. Pada dasarnya saya memang menyukai hal-hal yang berhubungan dengan iman dan Tuhan, dalam konteks keingintahuan saya mengenai hal-hal rohani supranatural yang terjadi kepada beberapa orang.
Hari itu kami diminta untuk membaca dan merenungkan sebuah artikel tentang dimensi iman. Awalnya saya malas mau membacanya. Cuma karena itu adalah perintah dan keharusan, maka saya melakukannya. Ternyata isinya not bad pada bagian awal. Saya lanjut baca sampai akhirnya saya selesaikan artikel itu. Pertama, stage 0/1: the rise of imagination. Kedua, stage 2: making meaning. Ketiga, stage 3: forming identity. Keempat, stage 4: reflective faith. Kelima, stage 5:connective faith. Keenam, stage 6: embraced and embracing faith.
Setelah membacanya, saya sendiri jadi mempertanyakan pada tahap dimensi yang mana iman saya berada. Apakah hanya rutinitas cukup sejauh saya aktif melayani di gereja, berlaku baik di lingkungan dan pekerjaan atau memang spiritualitas saya itu sudah menjadi natural dan nafas hidup. Pengalaman berjalan dengan Tuhan pasti ada, tapi saya kembali me-review bagian mana yang membuat saya benar-benar menyadari bahwa saya butuh Tuhan dan Tuhan hadir dalam setiap aspek kehidupan saya.
Dengan kerendahan hati setelah panjang saya berpikir dan merenung, mungkin saya berada pada Stage Five: Connective Faith. Mengapa saya mengkategorikan diri saya pada tahap tersebut? Sedikit kesaksian; pandemi membuat saya belajar banyak mengenai iman dan pengharapan dalam Tuhan. Saya kembali ke tempat kerja saya sekarang ini setelah satu tahun saya "belajar" di tempat lain merupakan suatu anugerah tersendiri buat saya.
Singkat cerita, di tahun 2020, tahun dimana saya tidak pernah membayangkan akan terjadi sesuatu hal yang dasyat di seluruh dunia. Pandemi datang mengubah wajah dunia. Semua aspek sosial dan ekonomi terkena imbas. Banyak lapangan kerja ditutup, karyawan diberhentikan, dan "sialnya" hal itu juga terjadi kepada saya. Karena saya masih terhitung pegawai kontrak, maka mau tidak mau saya pun ikut di-cut dari tempat kerja. Padahal satu bulan kemudian seharusnya saya akan diangkat sebagai pegawai tetap saat itu. Tapi sekali lagi, manusia berencana, Tuhan yang melaksanakannya.
Saya keluar dari tempat ini saat itu dengan rasa yang campur aduk. Saya bingung, sedih, marah, kecewa, tapi saya tidak tau harus menyalahkan siapa. Saya sempat bertanya dan protes sama Tuhan. Saya sudah mulai settle di tempat itu, kenapa Tuhan suruh saya pergi dari sana? Apa Tuhan tidak tau situasi saya? Apa Tuhan tidak peduli pergumulan saya? Dan masih banyak 'apa Tuhan, apa Tuhan' yang lainnya. Tapi puji Tuhan, saya ditempatkan di antara orang-orang yang luar biasa dimana mereka tidak hanya menguatkan saya tetapi juga membukakan pikiran saya bahwa Tuhan itu tetap baik mau apapun yang terjadi.
Saya mulai menerima keadaan dan situasi saya, tentu setelah beberapa waktu dengan pergumulan yang menguras emosi dan pikiran. Yang saya pegang adalah janji Tuhan bahwa Dia tidak pernah tinggalkan saya dalam keadaan terburuk sekalipun. Saya menjalani waktu-waktu saya dengan ucapan syukur dan tetap percaya pada penyertaan Tuhan. Dan Tuhan buktikan kesetiaan-Nya, saya tidak kekurangan damai sejahtera dalam hidup saya.
Lewat info dari teman saya, saya langsung masukkan lamaran ke satu tempat. Tanpa berpikir, tanpa prasangka, bahkan tanpa emosi saat itu. Saya sedikit paksa Tuhan waktu saya mau kirim surat lamaran itu. Saya bilang, "Tuhan, ini saya nggak masukin lamaran kemana-mana selain tempat ini. Pokoknya Tuhan buka jalan supaya saya diterima disana. Saya butuh kerja, saya janji kalo diterima disana, I will love that place as much as I love this place." Dan singkatnya ternyata betul saya diterima. Prosesnya cepat nggak pake ribet. Selesai kontrak saya di tempat lama, saya langsung masuk ke tempat baru.
Saya jalani hari-hari saya di tempat baru dengan ucapan syukur. Saya bukan orang yang mudah adaptasi sebetulnya, tapi Tuhan ajari saya untuk belajar membuka diri dan membaur dengan sekitar saya. Saya belajar banyak sekali hal disana. Dan yang terpenting setelah semuanya berlalu, saya pikir adalah saya lebih bersandar sama Tuhan dan merendahkan diri saya serendah yang saya bisa di hadapan-Nya. Ternyata betul, saya ini bukan siapa-siapa, pengalaman saya means nothing, bahkan kecerdasan itu tidak bisa mempertahankan posisi saya ketika menghadapi virus kecil yang nggak terlihat tiba-tiba menginvasi bumi. Disitulah saya yakin, bahwa pandemi ini tidak hanya terjadi begitu saja. Tapi Tuhan ijinkan terjadi supaya kita belajar sesuatu untuk mengenal Dia lebih dalam.
Dan pertengahan 2021 saya kembali dipanggil ke tempat kerja saya yang lama dengan hati yang baru. Well, bukan berarti saya tidak mengasihi tempat kerja saya sebelumnya, tapi saya punya ikatan tersendiri dengan tempat kerja saya disini sejak awal. Saya bersyukur Tuhan ijinkan saya sempat belajar di ladang yang lain dimana saya bisa belajar melihat anugerah Tuhan dari sisi yang lain juga. Tuhan tetap baik, bahkan ketika keadaan sangat tidak baik.
Mungkin cerita saya adalah hal biasa bagi beberapa orang, tapi buat saya pengalaman yang satu ini membawa saya kepada satu tingkat lebih tinggi dalam pengenalan akan Tuhan. Bukan apa kata orang, tapi saya benar-benar merasakan God is good all the time, and all the time God is good. Sehingga ketika saya kembali ke tempat ini, saya lebih siap untuk melayani sepenuh hati dan mensyukuri apa yang Tuhan sudah berikan untuk saya kembangkan dalam pelayanan saya di tempat ini. Saya belajar untuk menghargai segala sesuatu yang ada disekeliling saya saat ini. Baik itu sahabat-sahabat saya, komunitas, keluarga, pekerjaan bahkan waktu yang ada. Karena ketika salah satunya hilang, barulah saya mengerti seberapa besar artinya buat saya.
Oh ya, satu lagi untuk menutup kesaksian online saya ini. Saya bersyukur untuk keluarga yang saya miliki. Terutama Papi saya yang saya baru paham bahwa di dalam dirinya yang kaku itu, dia sangat mengasaihi dan memperhatikan anak-anaknya tentu dengan caranya sendiri yang agak nyentrik. Jadi waktu saya diberhentikan dari kerjaan saya saat itu, saya telfon orang tua sambil nangis-nangis. Saya merasa bersalah dan menjadi beban buat mereka. Saya bilang ke papi,"Sorry ya Pi, aku bikin kecewa Papi sama Mami. Tapi sekarang ini aku takut, pandemi begini aku harus ngapain kalo aku nggak bisa langsung dapet kerjaan baru?" Dengan ademnya Papi jawab,"Nggak apa-apa. Kamu nggak bikin kecewa kok. Kamu pulang. Kita berdoa. Kalo orang lain Tuhan perhatikan, masak iya anak-Nya nggak Tuhan tolong? Nggak usah takut. Papi tanggung seumur hidupmu!"
Bagian akhir dari kata-kata papi itu yang buat saya tergugah, God loves me so much so He gave me everything I need. I have my family that support me. I have a community that strengthen me. I have God who never gives up on me when others possibly do. Jadi buat temen-temen yang mungkin saat ini sedang mengalami pergumulan yang berat, percaya ada Tuhan yang memperhatikanmu. Tetap berharap sama Tuhan dan terus bersyukur meskipun berat. Hati yang bersyukur akan selalu mengetuk hati Tuhan untuk membuka jalan buat masalah kita. Mungkin saat ini kita tidak melihat sesuatu yang baik dalam prosesnya, tapi setelah semuanya selesai kita akan bisa tersenyum melihat maksud Tuhan dalam mengajari kita lewat masalah yang kita alami saat ini.
Be faithful! God bless you!
No comments:
Post a Comment