Tempat yang paling menyenangkan
bagiku saat ini adalah depan teras sambil menikmati suara bisingnya hujan. Menghirup
aroma tanah basah yang baunya masih semenyegarkan seperti dulu. Memandangi tetes
demi tetes air yang berjatuhan dari angkasa sana di balik barisan besi yang
membatasiku dan hujan itu. sesekali percikan hujan itu menyapa kulitku. Hmmm,
sensasi yang menyenangkan.
Hujan itu selalu menyenangkan
untuk dinikmati. Hawa dinginnya, suara gemuruhnya, membuat segalanya basah…. Segar….
Damai….
Aku ingin turun ke sana…. Mandi hujan….
Mengalirkan semua kesumpekan yang hampir seminggu ini terendam dalam benak
pikiran. Biar wajahku basah…. Rambutku basah…. Kepalaku basah…. Otakku basah…. Biar
netral pikiranku.
Jalan itu menjadi basah dan lebih
gelap daripada biasanya. Aku mau duduk disana, berjingkrak diatasnya. Seperti
waktu dulu aku masih kanak-kanak. Biar kunikmati sekali lagi masa dimana
aku bebas berekspresi. Tidak takut
kelihatan jelek, tidak takut diejek. Tidak ada topeng yang melekat dan selalu
semangat.
Dingin…. Suara halilintar yang
tertahan diatas sana terdengar lebih agung. Suaranya semakin dekat kemari, tepat
diatas sana. Membuat pepohonan yang tadinya berdiri tegak dengan angkuhnya,
seakan menunduk menghormati suara mega konser angkasa raya. Kilatan-kilatannya
seperti pencahayaan maha dahsyat oleh Sang Pencipta.
Aku ingin bertanya kepada sang
Langit. Apa yang ia rasakan saat ini? Apakah arti hujan ini? Apakah sang langit
sedang bersedih sehingga Sang Mega merengek dan menangis? Ataukah ia sedang
bergembira diatas sana sehingga yang ada dibawah sini adalah butiran hujan haru
biru Sang Semesta?
Hmmm…. Langit tetap tidak
menjawab. Hanya ada satu yang kurang…. Aku tidak bersama cangkir kopiku di kala
hujan sore ini.
No comments:
Post a Comment