Do you have a dream?
Hari ini waktu ngajar anak-anak PPA ada hal yang membuat aku berpikir. Mereka sedang diajar tentang cita-cita. Sambil mendengarkan, aku mencermati betul-betul apa yang sedang mereka bicarakan.
Ada yang ingin jadi dokter hewan. Yang lain ada yang ingin jadi pilot, katanya mau ngebut di awan-awan. Kalo ngebut di jalan raya udah biasa. Satu lagi anak ingin jadi astronot. Temannya yang lain mau jadi guru.
Banyak sekali yang sudah memikirkan (paling tidak sudah membayangkan saja) mau jadi apa ketika mereka besar nanti. Lalu mentornya tiba-tiba tanya juga sama aku yang lagi mendampingi salah satu anak disitu, "Mbak Olive kalo sudah besar mau jadi apa?" Memang mereka taunya namaku itu Olive. Lucu juga kalo ditanya kalo besar aku mau jadi apa. Emang sekarang belum besar?
Bukan itu sih masalahnya. Aku agak sedikit berpikir ketika ditanya tentang cita-citaku saat itu. Aku jawab sekenanya saja. Ku bilang aku mau jadi guru. Soalnya dari mereka anak-anak muridku kebanyakan menyebutkan ingin jadi guru. Toh, aku juga saat itu lagi mengajar mereka sebagai guru. Hanya saja itu bukan jawabanku yang sebenarnya.
Bagaimana mengatakannya ya? Kadang aku berpikir terlalu rumit. Waktu aku kecil aku pernah pengen jadi pendeta. Soalnya bapakku seorang pendeta. Kayaknya asik gitu jadi pendeta ngomong terus. Namanya juga anak-anak. Terus waktu SD entah kelas berapa waktu itu, aku berubah pikiran pengen jadi pelukis. Itu karena hobiku memang coret-coret gambar gitu dari kecil sampe gedhe gini. Cita-cita yang satu itu aku bawa sampe aku kelas 2 SMP sambil mengikuti berbagai lomba melukis. Lumayan.
Pas udah naik ke kelas 3 SMP, aku merubah cita-citaku jadi seorang arsitek. Alasannya karena guru Fisika yang ngerangkap guru Matematika di sekolah itu ganteng banget kayak Ben Joshua (beneran! ga bohong!). Itulah kenapa nilai fisika kelas 3 SMP sampe 3 SMA (aku juga anak IPA) selalu diatas rata-rata lah bisa dibilang, biarpun nilai matematika biasa-biasa aja. Ya karena guru itu yang bikin otak jadi fresh haha.
Selain itu kenapa aku pengen banget jadi arsitek dari kelas 3 SMP sampe aku lulus SMA? Yang paling make sense adalah aku deket sama cowok yang cita-citanya jadi arsitek. Naif banget gitu lho! gara-gara dia juga aku jadi semangat banget pengen mewujudkan cita-cita yang satu ini. Dia juga bilang jadi arsitek itu banyak duitnya. Modalnya cuma kertas, pensil, kreativitas dan sedikit pikiran yang serius. Gambarannya sih keren. Ending-nya dia beneran jadi arsitek sekarang, sementara aku melepaskan mimpiku untuk yang keberapa kalinya.
Mungkin kalo dulu aku ditanya tentang hal yang sama aku bakalan cepet banget menjawabnya. Sekarang harus pake mikir dulu. Jawaban yang terucap tidak semudah jawaban yang terpaku dalam otak. Entah mungkin memang pemikiran yang berkembang atau ada sesuatu yang lain yang muncul dalam diri ini. Yang jelas aku cuma pengen kerja di tempatku sendiri, dengan waktuku yang bisa ku buat-buat sendiri dan aku bisa mengerjakan misi yang lain sambil memantau pekerjaanku yang itu. Ribet? Sama. Aku juga.
Yang terpikir di benakku saat ini cuma itu tadi aja. Ga ada yang lain. Gimana caranya cita-citaku yang satu ini bisa tercapai, sekaligus aku bisa menjangkau hal lain yang bahkan lebih penting dari cita-cita itu sendiri.
Akhirnya, blog ini cuma muter-muter ga berujung seperti ini. Huuuaaaahh....
No comments:
Post a Comment