Si Popeye Suka Makan Bayam

"I AM JUST A LITTLE GIRL WHO NEVER STOP DREAMING"

March 24, 2016

ANUGERAH: MELIHAT SEBUAH CONTOH LAIN

Mungkin dari judulnya Anda tidak tertarik untuk membaca postingan yang satu ini. Terlalu rohani atau mungkin bukan hal yang seru untuk diperbincangkan. But, trust me! Ini tidak akan terlalu membosankan untuk dibaca! Ceritanya lebih dramatis dibandingkan dengan sinetron televisi. Dan yang pasti ini bukan hanya fiktif belaka, tapi ini berdasarkan cerita nyata beberapa ribu tahun yang lalu. Kalau boleh saya sarankan jika Anda memiliki Alkitab di samping Anda, bacalah 2 Samuel 9:1-13 terlebih dahulu. Karena lebih indah kalau Anda menyaksikan ceritanya secara langsung dibandingkan hanya mendengar cerita dari orang lain. Kalau tidak ada Alkitab di samping Anda saat ini, baiklah mari kita membaca ceritanya di bawah ini.

Banyak ilustrasi indah tentang anugerah dalam Alkitab yang selalu membuat kita terpesona saat membacanya, termasuk yang terbesar diantaranya tentu Kristus yang menganugerahkan kita hidup kekal melalui pengorbanan diri-Nya di kayu salib. Namun kali ini saya ingin menceritakan kisah Daud dimasa-masa kejayaannya. Cerita ini melibatkan seorang pria yang tidak dikenal, bahkan namanya hampir tidak bisa dieja, Mefiboset (Mephibosheth). Menurut saya, kisah ini adalah kisah yang indah dan tidak terlupakan.

Alright, sebelumnya mari kita lihat apa arti kata anugerah. Kata grace atau anugerah dalam Bahasa Inggris memiliki beberapa pengertian. “Grace” bisa menunjuk kepada penari yang “lemah gemulai”. Rasa “ucapan syukur” kita pada waktu makan. Bisa berarti juga “semarak” seorang raja atau ratu. Dan lebih umum juga dikenal sebagai kata yang menunjuk kepada “martabat” dan “keagungan”. Tetapi yang terpenting, “anugerah” (grace) dapat berarti kasih karunia yang tidak terukur, kemurahan istimewa yang diberikan kepada seorang yang tidak layak mendapatkannya, yang tidak berusaha mendapatkannya, dan tidak sanggup untuk membalasnya.

Pada pasal sebelumnya diceritakan kehidupan Daud yang damai dan tenang menikmati semua berkat yang dimilikinya. Di hari-hari tenang itulah mungkin Daud mulai mengingat masa lalu dan kasihnya kepada Yonatan, sahabatnya. Teringatlah Daud akan janjinya kepada sahabatnya itu (see: 1 Samuel 20:13-16). Kemudian dia berkata kepada bawahannya,

”Masih adakah orang yang tinggal dari keluarga Saul? Maka aku akan menunjukkan kasihku kepadanya oleh karena Yonatan.” (2 Sam 9:1)

Biasanya ketika seorang raja dari dinasti baru mengambil alih tahta, maka seluruh keluarga dari dinasti lama akan dimusnahkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya pemberontakan (setidaknya seperti itu yang saya baca dari buku atau lihat di tv). Tapi Daud mengingat janjinya dan hal itu menggerakkan hatinya untuk menganugerahkan kasihnya. Perlu dicatat Daud tidak berkata,”Masih adakah seorang yang layak?” atau “masih adakah seseorang yang memenuhi syarat?” Si pria hebat ini tidak peduli siapapun atau bagaimanapun mereka, tapi yang dia tanyakan hanya SESEORANG tanpa embel-embel apapun. Dan ya, mereka mengenal seseorang.

“Adapun keluarga Saul mempunyai seorang hamba, yang bernama Ziba. Ia dipanggil menghadap Daud, lalu raja bertanya kepadanya: “Engkaukah Ziba?” Jawabnya: “Hamba tuanku.” Kemudian berkatalah raja: “Tidak adakah lagi orang yang tinggal dari keluarga Saul? Aku hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah.” Lalu berkatalah Ziba kepada raja: “Masih ada seorang anak laki-laki Yonatan, yang cacat kakinya.” Tanya Raja kepadanya: “Dimanakah ia?” Jawab Ziba kepada raja: “Dia ada di rumah Makhir bin Amiel, di Lodebar.” (2 Sam 9:2-4)

Mungkin si Ziba ingin menasihatkan kepada Daud kalau orang itu tidak pantas berada di sekitar istana untuk mendapatkan anugerah karena dia cacat. Daud tidak bertanya,”Separah apakah dia?” Tetapi raja yang bijaksana ini bertanya, “Dimanakah dia?” Itulah sifat anugerah. Tidak memilih-milih. Anugerah tidak mencari hal-hal yang telah diperbuat sehingga layak mendapatkannya. Anugerah ialah Allah memberikan diri-Nya sendiri sepenuhnya kepada seseorang yang tidak layak menerimanya dan tidak pernah berusaha dan tidak akan pernah memapu untuk membalasnya. Inilah yang menjadikan kisah Daud dan Mefiboset menjadi mengesankan. Seorang raja besar yang terkenal membungkuk kepada seseorang yang sama sekali tidak berarti di masyarakat. Mefiboset adalah seorang yang tinggal dalam pelarian. Tinggal di tempat yang jauh, tandus dan mungkin tidak tercatat di peta, untuk bersembunyi menghindari raja baru yang mungkin saja juga akan memusnahkannya suatu hari.

“Yonatan, anak Saul, mempunyai seorang anak laki-laki, yang cacat kakinya. Ia berumur lima tahun, ketika datang kabar tentang [kematian] Saul dan Yonatan dari Yizreel. Inang pengasuhnya mengangkat dia pada waktu itu, lalu lari, tetapi karena terburu-buru larinya, anak itu jatuh dan menjadi timpang. Ia bernama Mefiboset.” (2 Sam 4:4)

Menyedihkan bukan? Akibat dari jatuh tersebut ia menjadi cacat selamanya dan terus bersembunyi dalam ketakutan. Seorang cucu raja terdahulu yang pernah hidup berkelimpahan, harus menyembunyikan dirinya di tanah asing. Tidak memiliki apa-apa, tidak layak mendapat apa-apa, bahkan tidak berani menunjukkan keberadaannya ke hadapan dunia, Bisa bayangkan betapa sangat suramnya hidup orang ini? Seberapa burukpun situasi Anda, pasti tidak akan lebih buruk dari keadaan pria malang ini. Dan saat utusan raja mengetuk pintunya, bisa bayangkan betapa terkejutnya Mefiboset? Ia mungkin menatap wajah tentara-tentara Daud yang berkata kepadanya, “Raja ingin bertemu denganmu.” Pasti dia berikir, “Inilah akhirnya. Aku pasti mati.” Kemudian orang-orang itu membawa si timpang ke Yerusalem untuk bertemu langsung dengan raja.

“Dan Mefiboset bin Yonatan bin Saul masuk menghadap Daud, ia sujud dan menyembah. Kata Daud: “Mefiboset!” jawabnya: “Inilah hamba tuanku.” Kemudian berkatalah Daud kepadanya: “Jangan takut, sebab aku pasti akan menunjukkan kasihku kepadamu oleh karena Yonatan, ayahmu; aku akan mengembalikan kepadamu segala ladang Saul, nenekmu, dan engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku.” (2 Sam 9:6-7)

Saya suka adegan ini. Alkitab menjelaskan dengan sangat jelas saat indah itu. Pria cacat ketakutan ini bersujud di hadapan raja yang memiliki segala hak berkuasa, bahkan atas hidupnya. Seandainya saya di posisi Mefiboset, saya tidak akan bisa membayangkan hal indah yang mungkin terjadi. Pastilah yang muncul adalah kemungkinan yang paling buruk. Mungkin dia membayangkan tiba-tiba pedang menancap di lehernya. Tetapi yang didengarnya adalah kata-kata penerimaan yang menyejukkan dari Raja Daud. Bayangkan seakan tumpukan beban yang selama ini Anda pikul tiba-tiba lenyap hanya dengan satu hembusan nafas. Keadaannya semakin membaik. Lihatlah!

“Lalu sujudlah Mefiboset dan berkata: “Apakah hambamu ini, sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku?” Lalu raja memanggil Ziba, hamba Saul itu, dan berkata kepadanya: “Segala sesuatu yang adalah milik Saul dan milik seluruh keluarganya kuberikan kepada cucu tuanmu ini. Engkau harus mengerjakan tanah baginya, engkau, anak-anakmu dan hamba-hambamu, dan harus membawa masuk tuaiannya, supaya cucu tuanmu itu ada makanannya. Mefiboset, cucu tuanmu itu, akan tetap makan sehidangan dengan aku.” Ziba mempunyai lima belas orang anak laki-laki dan dua puluh orang hamba. Berkatalah Ziba kepada raja: “Hambamu ini akan melakukan tepat seperti yang diperintahkan tuanku raja kepadanya.” Dan Mefiboset makan sehidangan dengan Daud sebagai salah seorang anak raja. Mefiboset mempunyai seorang anak laki-laki yang kecil, yang bernama Mikha. Semua orang yang diam di rumah Ziba adalah hamba-hamba Mefiboset. Demikianlah Mefiboset diam di Yerusalem, sebab ia tetap makan sehidangan dengan raja. Adapun kedua kakinya timpang.” (2 Sam 9:8-13)

Suatu kisah yang luar biasa bukan?! Ilustrasikan sendiri kehidupan Mefiboset selanjutnya di istana Daud. Makan sehidangan bersama seluruh keluarga raja. Saat jam makan malam tiba, semua anak-anak Raja Daud, pangeran-pangeran kerajaan yang semarak, datang bersamaan mengerumuni meja. Ada Amnon yang pandai dan cerdas. Kemudian Absalom yang tampan dan mewah dari ujung kepala sampai ujung kakinya. Diikuti oleh Salomo yang ramah dan bijaksana. Tentu saja disana juga ada Tamar, putri Daud yang cantik dan lembut. Serta anak-anak Raja Daud yang lainnya. Semua tampak sempurna luar biasa. Tetapi kemudian mereka mendengar suara gedebak-gedebuk dari Mefiboset! Ia berjalan terpincang-pincang menggunakan penopang menuju meja makan. Ia tersenyum dan dengan rendah hati dia duduk di kursi di antara para pangeran dan putri sebagai salah seorang putera raja! Wah, pemandangan unik yang sangat indah bukan?!

Cerita ini tidak berakhir begitu saja. Masih berlanjut dan direfleksikan sampai ke kehidupan kita saat ini. Kita yang dulu pernah sangat dekat dengan Allah, tiba-tiba harus melarikan diri dari hadapan-Nya karena kecacatan spiritual kita. Terlibat dalam hidup yang sia-sia, berpindah dari pengalaman yang salah kepada pengalaman yang lain, menghabiskan hari-hari yang membingungkan, sambil bertanya-tanya kemana semua ini akan memimpin kita. Kita putus asa karena tidak bisa menawarkan apa-apa kepada Allah. Tidak memiliki apapun untuk diberikan kepada-Nya. Tetapi Sang Raja mengarahkan hati-Nya kepada kita. Ia menganugerahkan pengampunan yang tidak bisa kita usahakan, tidak layak kita terima dan tidak akan sanggup kita bayar. Saat Dia menemukan kita, Dia berkata, “Sekarang kau adalah milik-Ku. Aku mengambilmu sebagaimana adanya engkau. Pincang, disia-siakan, dalam kelemahan dan sebagainya.” Cukuplah kasih karunia-Nya bagi kita.

Kecacatan Mefiboset merupakan peringatan yang terus-menerus akan anugerah kasih karunia. Ia tidak memiliki apapun, cacat dan tidak layak, tetapi ia diangkat menjadi anak raja. Begitu juga dengan kita. Kesulitan dan kelemahan kita merupakan peringatan akan karunia kasih-Nya. Jika bukan karena anugerah, bahkan saat ini jantung kita sudah berhenti berdetak. Jika bukan karena anugerah, tidak ada hari ini buat kita. Jika bukan anugerah, postingan ini pun tidak akan memberkati saya dan sodara.

Kalau Mefiboset makan sehidangan dengan anak-anak Raja Daud, mari kita juga menunggu waktu dimana kita akan makan dalam satu meja dengan Allah dan anak-anak yang dikasihi-Nya. Bayangkan Anda duduk berhadapan dengan Paulus dan Petrus. Mungkin Anda meminta Yohanes untuk mengambilkan ayam goreng. Atau mungkin tertawa bersama Ester, Musa, Samuel dan juga Daud? Berbagi sambal dengan Timotius? Ngopi bareng Abraham? Saya sangat menantikan saat-saat itu terjadi. Hanya anugerah-Nya yang mampu melakukannya. Dia memulihkan keadaan kita yang hina dan sama sekali tidak layak, membawa kita ke dalam kekekalan bersama-sama dengan Dia untuk selamanya.

Saya akhiri cerita yang panjang lebar ini dengan satu senyuman. Satu ungkapan yang bisa saya sampaikan, “Terima kasih, Bapa, karena menemukanku ketika aku tidak sedang melihat. Karena mengasihiku ketika aku bahkan tidak berani mengharapkannya. Dan menjadikan aku milik-Mu meski aku tidak layak menerimanya. Anugerah-Mu benar-benar menakjubkan.”


March 23, 2016

IN LOVING MEMORY

Aku baru saja kehilangan satu lagi orang yang berarti dalam hidupku. Kakekku. Setelah dia bergumul dengan sakitnya selama beberapa tahun terakhir ini, akhirnya Tuhan membawanya pulang kembali ke tempat darimana dia berasal. Tentu saja hati kami bersedih dengan kepulangan Kakek tercinta ke rumah Bapa, tapi kesedihan itu tidak membuat kami terlarut dalam duka. Adalah momen yang sangat mengharukan ketika kita bisa mendampingi salah satu orang yang kita kasihi pergi dalam damai.

Hari itu, hari dimana kami harus melepaskannya pergi, aku melihat senyum simpul di wajah kakek. Aku bersyukur memiliki kesempatan untuk merawatnya selama ini. Aku bersyukur aku bisa menungguinya, memegang tangannya dan menyeka keringatnya disaat terakhirnya. Kami memang tidak bisa menggantikan rasa sakitnya, tapi paling tidak ketika kami ada di samping kakek, dia bisa merasakan bahwa dia dikasihi.

Aku akui diantara semua anggota keluarga yang lain mungkin akulah yang paling sering membuat kakekku itu jengkel sewaktu dia masih hidup. Dari kecil kakeklah yang mengurusku. Aku adalah cucu yang paling dekat dengannya. Semua hal pertama yang aku lakukan, aku pelajari dari dirinya. Semua cerita-cerita yang menginspirasiku, dialah yang menceritakannya padaku. Dia bukan orang yang sempurna sama sekali. Dia bahkan orang yang paling bisa membuat jengkel kami semua. Tapi dia tetap menjadi bagian terpenting dari kami yang sangat kami kasihi.

Waktu kondisinya semakin menurun, ada banyak hal yang tidak masuk akal yang dia katakan pada kami. Dia punya tas ransel yang selalu ditaruh di samping ranjangnya. Tidak seorangpun boleh membuka atau menyentuhnya. Kami pikir ada barang berharga apa di dalam situ sampai kami tidak boleh mendekatinya sama sekali. Aku sendiri jadi berpikir betapa pelit kakek ini. Tapi setelah dia meninggal, baru kami merasa sangat konyol sendiri. Ternyata di dalam tas itu hanya ada satu agenda kosong dan sebuah Alkitab. Aku senang melihat hanya ada Alkitab di tas itu, bukan hal yang lain.

Hal terakhir yang bisa ku lakukan untuk kakek hanyalah memakaikan jas dan merapikan dasi pada jenazahnya. Satu hal yang aku sesali adalah aku tidak mengatakan bahwa aku sangat mengasihinya meski aku tau kakek sendiri mengetahuinya. Waktu sudah terbaring seperti itulah baru aku menyadari satu frasa “aku mengasihimu” bisa menjadi sangat penting untuk dikatakan. Selama masih ada kesempatan untuk mengatakannya, akan sangat lebih baik dikatakan sebelum semuanya terlambat.

Satu pengharapan yang kami miliki adalah suatu hari kami akan berjumpa kembali dengan kakek di tempat yang penuh kemuliaan. Hidup dan kematiannya sangat indah. Kami melepaskannya pergi, kembali ke tempat seharusnya dia berada. Tidak ada lagi sakit, air mata dan duka cita. Semuanya sempurna bagi kakek. Dia sudah mengalami sendiri rasanya makan sehidangan dengan Musa, Abraham, Paulus dan bahkan Tuhan Yesus sendiri. Dan kami disini, menantikan hal yang sama terjadi pada kami pada waktunya nanti.

Good bye, Grandpa. Your love will be in our heart as always. Thank you for being part of our life. God loves you more than we do. We believe that you deserve a better place in the heaven, to be part of His family. See you soon in eternity.

March 01, 2016

BE SMART! OPINI SAYA, OPINI GILA

Hujan mulai deras di luar sana. Kalau aja jam belum menunjuk ke angka sepuluh aku sudah berlari ke teras untuk menikmatinya sekarang. Aku hanya bisa menikmati suara rintikannya dan bau tanah basah yang menyeruak menghampiri hidungku dari dalam sini. Sedikit membosankan hanya duduk disini sendirian menatap layar kaca yang sedari tadi menyuguhkan sinetron-sinetron yang tidak begitu aku nikmati ceritanya. Ku pencet-pencet remot mencari channel yang bagus, tetapi tetap aja tidak ada yang keren. Semua ceritanya hampir sama, kisah cinta segi tiga, segi empat, segi lima sampai pitagoras anak-anak ABG alay.

Televisi kubiarkan menyala. Sesekali kuperhatikan pertunjukan apa yang sedang disuguhkannya. Tidak begitu menarik, sama sekali tidak menarik. Mungkin karena pikiranku sedang tidak sepenuhnya bersamaku malam ini. Aku sendiri tidak tau apa yang kupikirkan. Nggerambyang istilah orang Jawa. Sempat terpikir tentang para artis itu yang terpaksa memakai topeng agar kelihatan terus ceria untuk menghibur para penikmat pertunjukan munafik di hampir seluruh penjuru negeri ini. Kasihan sekali. Mereka harus menipu diri sendiri hanya untuk menyenangkan hati orang lain. Di dalam episode-episode sinetron saja mereka menampilkan senyum bias yang entah apa maksud lainnya selain hanya untuk digandrungi pemirsa di rumah kemudian mengumpulkan pundi-pundi rupiah buat kantongnya. Kemudian tidak berapa lama mereka akan masuk acara gosip-gosip pagi dengan berita yang berbanding terbalik dari akting mereka di layar kaca. Ada yang diliput karena prestasinya, tapi banyak juga yang diliput karena kontroversinya. Hidup itu memang hanya drama.

Lucunya lagi, segala sesuatu yang muncul di televisi harus disensor sana-sini. Hey, please lah, kita tidak sedang hidup di abad ke-3 yang susah membedakan mana yang pantas mana yang tidak! Memangnya dengan penyensoran yang dilakukan bisa mengajari bangsa ini apa? Toh, cerita yang disajikan pun juga tidak begitu mendidik. Sama saja seperti menutupi bagian dada, tapi mengumbar bagian paha. Artisnya disuruh menutup aurat, tapi mereka membuat cerita yang menyelipkan prostitusi dan anarki di dalamnya.

Aku secara pribadi sebenarnya hanya memperhatikan kualitas akting dan jalan cerita suatu film saja, tapi kalo ada sesuatu yang diblur segala sudut pandangnya jadi beda. Yang tadinya hanya menilai kualitas akting artisnya, akibat adanya penyensoran di beberapa bagian tubuh tertentu hampir bisa dipastikan pikiran jadi terbagi dengan menilai bagian-bagian tubuh artisnya. Yang lebih aneh, film kartun pun juga ikut-ikutan disensor dan diblur. Pertanyaannya, memangnya ada orang yang nafsu sama kartun? Kalau ada pun cuma 1 diantara 100. Gara-gara sensor pun orang bisa jadi berubah yang awalnya polos jadi mesum. Kenapa? Bisa jadi malah membayangkan apa yang ada dibalik sensor itu. Menyensor tidaklah membuka wawasan malah akan menutup gagasan.

Yang paling aneh lagi adalah reality show yang menguak misteri alam lain. Tidak cukup puas mengorek-ngorek kehidupan sesama manusia, kini para manusia juga tertarik mengorek kehidupan orang mati. Apa untungnya sih kepo sama kehidupan hantu? Orang hidup aja sudah banyak persoalan yang harus diurusi, ini malah nambah ngurusin urursan hantu gentayangan. Untuk apa? Menunjukkan nyali? Fungsinya?

Biasanya akan ada satu bintang tamu atau penonton live yang mulai menggelepar-gelepar kesurupan. Lalu salah satu host akan bertanya mengenai masa lalu si hantu, lalu hantu itu akan mulai curhat. Parahnya si host dan kru-nya percaya aja tuh. Bukankah setan itu bapaknya para pendusta, namanya pendusta ya apapun yang dibilang sudah pasti bohong doang isinya. Konyolnya si manusia percaya. Lama-lama si setan kena star syndrome juga deh. Berasa artis gitu dikepoin sama manusia. Bisa jadi pas kita asik menonton hantu di tv, eh, si hantu juga asik nontonin kita yang mau-mau aja dibegoin sama acara sejenis itu. Parahnya kita doyan banget nonton yang begituan. Ngaku deh walaupun jam tengah malam, kita on time mantengin channel itu sampe habis.

Gimana pun juga akui saja, kita memang mau-mau aja dibohongi sama cerita-cerita di tv itu. Emosi kita berhasil dicampur aduk dengan jalan cerita yang berbelit-belit dan tidak tau kapan tamatnya. Kita bersorak kalo si antagonis menerima azab karena ulahnya yang selalu jahat kepada si protagonis. Ikut-ikutan menangis kalau tokoh utamanya mengalami ketidakadilan. Bahkan memperebutkan aktor utama yang berpenampilan kekar dan tampan padahal kita kenal sama dia aja enggak. Dan kalau kita sudah masuk terlalu jauh dalam alurnya, kita sok jadi penasehat yang unggul di depan televisi seakan nasehat-nasehat kita itu bakalan didengar sama si aktor di dalam layar itu aja. Memang sebuah fenomena tersendiri.

Meski begitu, masih ada juga acara-acara yang mendidik. Nggak melulu semua reality show, film atau sinetron membawa dampak buruk buat pemirsa. Sebutkan saja berita, acara petualangan nusantara, acara pencarian bakat, kuis-kuis yang bisa bikin pintar bangsa juga ada. Yang baru ada juga reality show ngelawak (yang harus saya sensor namanya biar nggak menimbulkan sensasi) buat menghibur kita-kita yang galau dan susah tertawa. Sebenarnya acara gosip kadang juga bermanfaat buat kita. Dari acara gosiplah kebanyakan kita tau perkembangan jaman, fashion, istilah sekeren LGBT sampai sianida. Intermezo sedikit nih, ngomong-ngomong soal berita ada satu news anchor yang gantengnya sampai tumpah-tumpah. Aku rela mantengin satu stasiun tv yang programnya sebagian besar hanya berita semua itu cuma mau lihatin si Mas News Anchor yang keren. Namanya diblur ya biar nggak bikin kontroversi.

Film pun banyak yang bagus kalau nggak banyak disensor sana-sini, tergantung cara pandangnya. Aku tipe orang yang suka film berat yang mengusung tema kriminal, psikopat dan sebagainya, dan sebagainya. Film-film kayak gitu biasanya akting pemainnya akan kelihatan jelas bagus enggaknya. Apalagi yang akting psikopat begitu biasanya kalau nggak bagus, nggak akan laku filmnya. Dia harus berani total. Cuma ada beberapa artis yang masuk daftar akting terbaik di catatanku. Sebenarnya nggak hanya film berat aja yang jadi konsumsiku. Semua genre film aku suka, asal nggak setengah-setengah. Kalo romance ya romance banget sekalian, kalo horror ya horror sekalian. Jangan horror dikolaborasikan dengan erotic romance. Nggak akan masuk box office lah film begituan apalagi masuk Oscar. Mustahil. Film begituan penikmatnya cuma segerombolan geng jomblo kesepian yang 85% otaknya mesum doang.

Ini hanya sekedar opini sepihak dari saya saja. Opini saya, opini gila. Tapi kalau tidak gila, tidak bisa jadi apa adanya. Yang pasti kalau suatu saat kita berkesempatan menjadi sutradara, jadilah sutradara yang baik dan menghasilkan karya-karya yang berkualitas biar bisa dibanggakan ke dunia luar. Jangan cuma mengimpor film dari negara tetangga sebelah, tapi kalau bisa mengekspor film ke luar negeri malah lebih baik. Kalau jadi anggotan “Ka Pe I” ya sensorlah yang perlu disensor saja, jangan semua hal disensor sampai muka artisnya pun nggak kelihatan karena terlalu banyak diblur. Penyensoran yang berlebihan pun tidak serta merta membuat bangsa pandai kok kalau cerita filmnya sendiri tidak mendidik. Dan kalau nanti kita jadi artis, ya jadilah artis yang bisa akting mahal, supaya tidak dijual murah. Tidak hanya membanggakan sensasi tetapi tidak memiliki prestasi. Biar nggak diblur mukanya sana-sini. :D :D