“Tuhan, jika cintaku pada Sinta terlarang,
kenapa Engkau bangun begitu megah perasaan ini di dalam sukmaku….”
Begitulah ungkapan cinta Rahwana, si raksasa bermuka sepuluh, untuk Dewi Sinta.
Seperti
yang sudah banyak kita tau tentang cerita Ramayana yang intinya seputar cinta
segitiga antara Sri Rama, Dewi Sinta dan Prabu Rahwana. Alur utamanya, si jahat
menculik putri cantik, akhirnya dikalahkan oleh si ganteng yang baik hati.
Selama
yang sudah diketahui sebagian besar rakyat Indonesia memuji cinta agung antara
Rama dan Sinta. Tetapi mengesampingkan betapa murni cinta Rahwana untuk seorang
Dewi Sinta yang bahkan ndak pernah mikirin dia. Kalo orang selalu melihat Rahwana
sbegai toko antagonis yang bengis, maka saya ingin mengajak pembaca melihat
dari segi Rahwana yang berhati Hello Kitty.
Potongan
ceritanya berawal dari pengasingan Rama-Sinta ditemani Lesmana yang penuh
perjuangan hidup di Hutan Dandaka. Singkat cerita Rahwana dendam terhadap Rama
dan Lesmana yang telah menewaskan adik perempuannya bernama Sarpanaka
memutuskan untuk menculik Sinta. Meski memendam dendam, namun perasaan Rahwana
terhadap Sinta justru berbeda. Rahwana dengan tulus mencintai Dewi Sinta dan
terus berusaha untuk menggaet hati sang titisan Dewi Widowati itu. Sebelumnya
saya mau cerita bahwa sang Rahwana sangat tekun dalam bertapa sampai dengan
50.000 tahun lamanya, dan setiap 5 ribu tahun kepalanya terpenggal satu dan
tumbuh lagi sampai seterusnya, sehingga ia disebut juga sang Dasamuka, sang
berkepala sepuluh. Atas terlalu rajin bertapa itu, turunlah Bathara Narada yang
kemudian memberikan anugerah berupa kesaktian tanpa batas dan Dewi Widowati,
sang putri kahyangan, kepada Rahwana. Dewi Widowati inilah yang kemudian
menitis pada Dewi Sinta. Dari sinilah sudut pandang ini saya mengatakan bahwa
memang adalah hak Rahwana untuk memiliki Dewi Sinta, sebagai wujud janji dari
pada Dewa. Ya tho?
Sebagai
manusia kan hal yang wajar naksir sesorang, jadi sah-sah saja kalo Rahwana
pengen memperistri Dewi Sinta. Salahnya, saat itu Dewi Sinta sudah menjadi
istri Ramawijaya. Raja Rahwana yang julukan aslinya adalah 'King of the Forest
Blood', dari sebuah kerajaan adidaya yang sangat terkenal di seantero jagat
maya dengan sebutan 'The Great Alengka Kingdom'. Rahwana, seorang 'manusia
berdarah rimba raya' telah jatuh cinta! Ini merupakan suatu fenomena yang
sangat luar biasa yang amat sangat langka, yang diliput oleh semua stasiun
televisi di seluruh dunia sebagai sebuah peristiwa besar! Yang patut dinobatkan
menjadi 'the greatest man of the year'.
Rahwana
selalu berkata, bahwa ia menculik Dewi Sinta karena rasa cintanya yang tiada
tara. Untuk tindakannya itu, Rahwana selalu meminta maaf kepada Dewi Sinta. Ia
juga selalu mengatakan kepada Dewi Sinta, bahwa ia bersedia berkorban apa saja,
asalkan Dewi Sinta bersedia dimuliakan dan dipersunting menjadi permaisurinya.
Semua kata cinta dan rayuan (dari yang paling romantis sampai yang paling alay)
sudah diutarakan Rahwana, tapi Sinta tetap bergeming. Setiap kali ia bertanya
kepada Dewi Sinta, Rahwana selalu mendapat penolakan yang membuat hatinya remuk
redam. Tiap kali Rahwana mendapat jawaban penolakan seperti itu, setiap kali
pula ia terdiam. Dan, perlahan-lahan ia berjalan meninggalkan Dewi Sinta
sendirian tanpa mengucapkan sepatah katapun. Bagaimana selama 12 tahun Rahwana
tidak mau menyentuh Dewi Sinta sebelum sang Sinta sendiri yang bersedia untuk
menerima cintanya.
Singkatnya,
Sinta meminta untuk dikembalikan kepada Rama dan Rahwana lebih baik minta maaf
kepada Sinta. “Jika engaku benar-benar mencintaiku, maka kembalikanlah aku
kepada suamiku, Sri Ramawijaya,” kata Sinta sambil terisak dalam tangisannya.
Mendengar hal itu hancurlah hati sang raja. Tapi tentu saja sang Rahwana
menolaknya, karena memang walaupun secara akal dia salah tapi secara naluri
cintanya kepada Sinta tidaklah salah. Sebagai seorang satria, cara meminta maaf
adalah dengan perang secara jantan, dijemputnyalah ajalnya dengan menyongsong
datangnya Rama. Rahwana hanya terdiam kemudian membalikkan badannya menyembunyikan
kekecewaan di wajahnya, disentuhnya pundak raja raksasa itu oleh sang Sinta.
Pertama kalinya mereka bersentuhan dalam 12 tahun penculikan itu. Sang Rahwana tidak
menoleh, itulah rasa yang indah cinta yang dirasakannya. “Sepi sebetulnya, hanya sejuta kata yang tak terucap sampai kepintu
hatimu, Sinta,” kata Rahwana dalam benaknya.
Terjadilah
perang antara pasukan monyetnya Rama dan pasukan raksasanya Rahwana. Sampai
akhirnya panah Sang Sri Rama melesat membunuh sang Raja Raksasa. Matilah raja
yang begitu menjujung kemurnian cinta itu di tangan Sri Rama. Ketika berhasil
mengalahkan Alengka, Rama menyuruh Hanuman untuk mengambil Sinta di taman
Asoka. Konon cerita mengatakan Sinta kecewa karena Rama tak menjemput Sinta
seorang diri. Rupanya Rama meragukan kesucian Sinta yang sekian lama disekap di
markas musuh. Untuk membuktikannya Sinta masuk terjun ke dalam api yang
berkobar, namun berkat pertolongan Dewa Agni dan ijin Dewa Bratha, Sinta tidak
terbakar sehingga terbukti kesuciannya masih terjaga dan dijamin para dewa.
Cerita
usai kematian Rahwan masih berlanjut. Bahkan setelah Sinta hamil (anak dari
Rama sendiri), Dewi Sinta dibuang lagi ke hutan Dandaka oleh suaminya, dengan
diantar oleh Lesmana. Sinta berujar kepada calon anak kembarnya, yang kemudian
dinamai Kusa dan Lawa, agar kelak mereka memiliki nyalang mata indah milik
Rahwana yang penuh sorot cinta murni. Nah loe!
Cerita
ini aku dekonstruksi (diputarbalikkan faktanya) sesuka hatiku supaya kita semua
bisa melihat bahwa ndak ada manusia yang sempurna. Sebaik apapun manusia itu,
ya namanya juga manusia pasti ada jeleknya. Dan ndak selamanya antagonis selalu
jahat, antagonis juga bisa baik hati kok. Dunia ini hanya panggung sandiwara,
semua hanya acting semata. Yang tau kebenaranya hanya hati nurani kita dan
Allah Bapa. So, let’s do not judge a book by its cover only, but read all the
the complete stories inside it.
Dalam
kesendirian Sinta berkata, “Tuhan,
jagalah dia untuk aku yang tak pernah Engkau inginkan bersamanya.”
Jlebb!