Terlalu erat angin yang Tangan itu genggam. Angin? Bisakah si Tangan menggenggam hembusan nafas sang semesta? Ada-ada saja. Mungkin begitulah
kamu di Tangan itu. Ada tapi tidak ada. Hanya sebuah hembusan tapi tak terlihat
wujudnya.
Sudah cukup sebenarnya aku ikat kamu erat. Sudah saatnya ku
lepas supaya kamu menari bebas. Saat aku minta pendapat yang tepat, Sang Waktu
mengangguk setuju. Tapi Hati Mungil itu termenung ragu-ragu. Mau bagaimana lagi
kalau Hati itu sudah memilih. Waktu, Pikiran dan Raga pun hanya diam tak berani
berkoar.
Tangan itu terbuka saat Hati Mungil memandang kamu. Yang bisa
dilakukan oleh Tangan itu hanya melambai ke arahmu entah sudah berapa juta kali
dan tidak pernah ada balasan dari tanganmu. Ada kala tangan itu lelah melambai,
tapi Hati Mungil berkata,“Ayo, semangat!” Hanya untuk Hati Mungil itulah si Tangan tidak pernah berhenti melambai ke arahmu.
Suatu ketika Sang Waktu menginterupsi lambaian tangan itu. Dia
berkata, “Sudah berhenti saja.” Kepala pun mengangguk setuju. Mata pun mulai
terprovokasi dan enggan mencari sosokmu. Tapi Hati Mungil yang keras kepala itu
berseru,”Tunggu sebentar!” Telapak Tangan pun enggan untuk tertutup. Dia berkata,”Saat
aku menerimanya dengan tangan terbuka, akan sulit bagiku untuk membalikkan
telapak tanganku. Hati Mungil itu pernah berkata jika memilih untuk mengasihi
atau melupakan tidak segampang dilakukan seperti aku membalikkan telapak
tanganku.”
Sang Waktu pun bergeming. Hanya Kepala yang berkata,”Sampai kapan
tanganmu akan terbuka dan hatimu berhenti menunggu? Supaya aku tau kapan aku
harus menghapus memori itu.” Hati Mungil menyela,”Bukan bagianmu menghapus
sebuah memori dalam hidup ini. Itu bagianku.” Mata pun menggerutu dan berkata,”Aku
juga sudah lelah mencari-cari dimana sosoknya berada. Apalagi si Kacamata sudah
memecahkan dirinya sendiri tidak mau menjadi partnerku lagi.” Si Tangan menjawab,”Aku sih tidak akan berhenti
sampai Hati Mungil memintaku berhenti.”
Entah apa yang ditunggu si Hati Mungil yang keras kepala itu. Tidak
ada yang tau jawabannya selain Hati Mungil itu sendiri.
No comments:
Post a Comment