Hari itu waktu hujan cuma turun lima menit lalu berhenti, turun lagi lima menit lalu berhenti lagi dan begitu seterusnya, temanku berkata, "Ah, Tuhan cuma bohong nih." Aku tertawa lalu kujawab, "Mungkin Dia bergurau." Tapi sudah puas bagiku mencium bau tanah basah yang hanya sebentar saja. Rasa rinduku terhadap hujan selama ini terobati.
Sekarang aku punya hobi baru yang sebenarnya lama. Jalan-jalan. Hanya jalan-jalan saja mengikuti kemanapun langkah kaki mau pergi. Aku jadi suka jalan kaki sejauh-jauhnya sampai kaki capek. Paling tidak bisa menghilagkan stress terkurung di kamar. Lagi pula menyenangkan sekali bisa menghabiskan waktu bersama orang-orang aneh ini. Sekalian menghindari acara bergosip ria yang biasanya menjadi aktifitas rutin di kamar oleh orang-orang yang suka membuat orang lain jadi lebih populer. Kalo aku lebih suka jadi populer daripada menjadikan orang lain populer, makanya aku nggak suka gosip. Eh, tapi aku suka gosip juga sih, asal nggak bikin penyakit. Kalo sama orang-orang aneh ini topik bergosipnya beda, mulai dari masalah negara sampai masalah film yang tidak lulus sensor di negeri ini. Lebih menyenangkan dibandingkan menggosipkan teman sendiri bukan?
Mungkin orang berkata kalo aku ini 'si kaki gatal', 'kuda lepas dari kandang', atau apa lagi yang mereka pikir kenapa aku jadi suka pergi-pergi, ya itu sih urusan mereka. Aku memang begitu kok. Yang penting waktu yang tersisa kurang dari satu bulan ini bisa jadi hal yang nggak akan membuatku menyesal karena melakukannya. Kalo sebagian besar orang sudah berpikir tentang pekerjaan, aku malah berpikir bagaimana memanajemen waktuku supaya hari-hari yang singkat ini jadi lebih panjang. Bukannya nggak mikir kerjaan, tapi kalo sudah kerja nggak akan ada lagi haha-hihi bersama orang-orang ini. Kerja itu pasti, tapi momen yang begini nggak akan bisa diulang lagi. Dan itu pasti sangat menyebalkan.
Ada acara kami jalan-jalan sejauh berkilo-kilo meter cuma untuk membeli Crepes seharga 1500 rupiah, sudah puas meski tidak membuat kenyang. Lalu minum es kelapa seharga 2500 rupiah, meski kurang gula tapi tetap terasa manis karena kami sambil menertawakan satu sama lain. Lalu pulang lagi lewat jalanan yang gelap dan banyak bangunan-bangunan kosong yang mungkin dihuni oleh kawanan hantu. Hantu? Iya hantu, barang halus tak kasat mata yang banyak ditakuti oleh manusia. Sejujurnya kami takut juga, untung tidak ketemu mereka betulan. Teman A berkata kalo dia tidak takut hantu karena dia tidak pernah ketemu hantu. Kalo aku percaya mereka ada karena aku pernah lihat mereka. Teman B berkata percaya mereka ada tapi nggak pernah lihat. Paling konyol Teman C, dia percaya kalo hantu itu ada karena semua temannya adalah hantu. Temannya siapa? Ya kami ini. Ah, sial! Dasar manusia langka!
Teman A berkata kalau setelah akhir bulan ini dia pasti bakalan merasa sendiri lagi seperti empat tahun lalu. Dia akan sedih waktu nanti mengantarkan sahabat-sahabatnya ke bandara untuk pulang ke tempat masing-masing. Meskipun menurutku dan banyak orang lain kalo bandara itu keren karena bisa naik pesawat, tapi menurut si kawan ini bandara adalah tempat paling sedih. Karena bandara adalah tempat perpisahan dengan orang-orang terdekat kita untuk waktu yang sangat lama. "Kalau begitu stasuin juga dong?" tanyaku. "Stasiun itu cuma mengantar orang ke beda kota dalam satu pulau. Kalau bandara mengirim orang ke beda kota di beda pulau bahkan beda negara," begitu jawabnya sedih. Asal tidak beda dunia saja pikirku. Aku jadi ikut sedih. Ah, teman, kenapa harus ada perpisahan? Karena ada pertemuan jawabnya. Enteng sekali jawabannya, tapi berbobot.
Masih banyak hal-hal yang terekam di memori ini bersama dengan mereka. Dulu yang kami saling tidak kenal menjadi sangat akrab di akhir waktu-waktu ini. Pergi ke rumah si teman A yang punya sapi sebesar gajah. Ah, bahkan sapi yang akan dibikin sate nantinya saja bisa gemuk, aku susah sekali gemuk. Lalu naik gunung. Itu pertama kalinya aku naik gunung pakai motor. Adrenalin guys! Makan di tempat mewah padahal duit cuma tinggal 20.000 rupiah. Ah, masih banyak lagi. Semua membuatku semakin tidak ingin pergi. Aku hanya berharap setelah akhir dari bulan ini kami masih bisa meluangkan waktu untuk berkumpul bersama lagi.
Kalau si Kawan bilang ada perpisahan di setiap pertemuan, aku berharap di setiap perpisahan akan selalu ada pertemuan kembali. Itu saja. Dan semoga mereka tidak akan lupa terhadap si kayu arang* ini.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*Arang dan Berlian, Sama Unsur Beda Nasib. Tunggu ceritanya disini!! ^-^
No comments:
Post a Comment