Si Popeye Suka Makan Bayam

"I AM JUST A LITTLE GIRL WHO NEVER STOP DREAMING"

November 26, 2015

FAREWELL

Bagaimana Perasaanku? Siapa yang bisa menjawab? Apakah senang? Apakah sedih? Atau biasa-biasa saja? Semuanya tidak pasti. Tidak bisa digambarkan. Seandainya ada warna yang pas untuk mewakili perasaanku ini, warna itu pasti tidak akan menarik. Mungkin tidak merah, tidak hijau, tidak biru, ataupun hitam. Kotor.

Coba lihat saja sekeliling ini. Sudah berdatangan orang-orang untuk menyelamati kami. Tapi itu malah membuatku serba salah. Apakah senang ataukah sedih? Sekali lagi tidak bisa terjawab. Hari ini terakhir. Besok ujungnya. Berjalan memakai baju yang indah, sepatu mahal, make up paling cantik bahkan senyuman terbaik pun belum bisa menenangkan hati ini.

Aku berpikir, apa gunanya senyuman terbaik? Apa gunanya sepatu mahal? Apa gunanya menjadi yang terbaik besok kalau ujungnya tidak bersama lagi? Menyenangkan memang bisa mengakhiri semuanya dengan senyuman. Tapi apakah masih tetap menyenangkan kalau tidak bisa saling mengejek satu sama lain lagi? Apa masih tetap menyenangkan jika tidak bisa saling menertawakan lagi? Apa enaknya tidak bisa saling bertemu dan bertegur sapa? Apa serunya jika tidak bisa saling marah lagi?

Disini tempat kita pertama kali bertemu sebagai orang asing. Disini juga akan menjadi tempat perpisahan kita sebagai sahabat yang akan saling kehilangan. Kalau aku bilang jangan pergi, apa hakku? Siapa aku? Pada akhirnya hari esok harus tetap terjalani, suka atau tidak suka. Dan entah kapan lagi bisa bertemu. Bisa jadi ini hanya awal, bisa jadi juga ini adalah akhir.

Terasa sesak di dada ini. Mau teriak takut dilempari orang. Mau menangis sudah terlalu cengeng. Mau marah nanti dikira stress. Tapi diam saja membuat hati ini terganjal. Serasa telinga ini sudah tersumbat. Pekak. Terlalu banyak hal yang otakku teriakkan sampai tidak ada suara lain lagi yang bisa kudengar.

Mungkin rasa ini hanya aku..... Hanya aku.....

November 10, 2015

MENCINTAIMU SAMPAI DETIK INI

Taukah kamu bahwa aku sedang memposisikan diriku sebagai seseorang yang memujamu dari ujung kaki sampai ujung kepala? Kamu memang gambaran yang sempurna yang mampu aku bayangkan sampai detik ini. Manis, berwibawa, memesona, pandai dan misterius. Singkatnya, aku tidak bisa menolak untuk mencintaimu. Aku selalu berharap kamu tau dan melihat bagaimana rasa yang kumiliki padamu. Namun nyatanya kamu menganggapku sama seperti perempuan lainnya yang memposisikanmu sebagai pengagum, bukan pecinta. Padahal kalau boleh jujur sedikit padamu, aku bukan sekedar fans yang hanya bersorak saat kamu gemilang. Aku penggemar nomor satumu yang mengagumimu karena apa adanya kamu.

Tahukah kamu rasanya menjadi seorang perempuan yang diam-diam memperhatikan seluruh sosial mediamu hanya untuk mengobati perih dan sakitnya rindu? Yang bisanya hanya berprasangka, hanya bisa mengira, hanya bisa menerka bagaimana perasaanmu padaku selama ini. Kamu tau tidak rasanya menjadi perempuan yang setiap hari kerjanya bertanya-tanya, kesana-kemari, mencari bayanganmu, sementara kamu melenggang seenaknya seakan kamu tidak melihat betapa aku memperhatikamu? Kamu tau bagaimana sesaknya menahan diri untuk tidak menghubungimu lebih dulu karena aku tau diri bahwa memang tidak pernah ada sesuatu diantara kita? Bagaimana capeknya menjadikan diri sebagai orang yang terus berharap meskipun tidak ada jaminan bahwa kamu akan melihatku suatu hari nanti, kamu tau rasanya?

Mungkin, kamu bertanya-tanya kenapa aku bisa dengan mudah jatuh cinta kepadamu. Bisa jadi ceritanya panjang kali lebar kali tinggi. Tapi cobalah duduk sebentar dan lihat mataku dalam-dalam. Aku memang sudah memperhatikanmu sejak lama, bertahun-tahun, meskipun aku tidak tau bagaimana kamu, bagaimana kehidupan sehari-harimu, latar belakangmu, siapa saja kekasih atau gebetanmu. Aku mencintaimu mungkin karena kamu tampan, mungkin karena kamu pandai, mungkin karena kamu gemilang, mungkin karena kamu tinggi. Semua itu hanya mungkin. Tapi yang aku tau pasti aku mencintaimu karena itu adalah kamu. Seandainya itu bukan kamu, pasti aku tidak akan menyukaimu. Meski kamu, sekali lagi, tidak akan pernah tau alasanku itu.

Sebenarnnya dadaku begitu sesak. Tapi tetap kutahan tangisku supaya tidak jatuh saat mereka selalu menyebut namamu di sekitarku. Namamu itu seperti candu bagiku, menyenangkan, memabukkan tetapi mematikan. Aku bergembira saat mendengar namamu disebut, tetapi aku juga tidak bisa menahan diriku tertusuk amarah yang sebenarnya tidak aku pahami. Karena sangat susah untukku meraba-raba hatiku sendiri dan hatimu. Apakah hatiku akan baik-baik saja atau malah teriris luka kalau aku mencintaimu.

Seandainya kamu tau, sakitnya bukanlah sakit yang paling sakit. Lebih dari itu. Adakah yang lebih menyakitkan daripada ditinggal orang yang paling kamu sayang? Tentu saja ada! Mencintai seseorang yang begitu dekat, tapi cinta yang terus bertumbuh itu tidak pernah menyentuh dan menjamah. Saat aku dekat denganmu, tapi tidak bisa kuungkapkan perasaanku. Aku hanya perempuan yang gemar menunggu, selalu menunggu, berharap kamu datang dan tersenyum padaku. Terlalu tinggikah harapanku? Terlalu berdramakah aku? Terlalu membawa perasaan kah aku? Apa mungkin kamu terlalu tinggi untukku? Atau terlalu sempurna untuk ku miliki? Aku tidak tau.

Seandainya kamu sadar bahwa kamu selalu membuatku tersenyum ketika aku membayangkanmu. Kamu sering membuatku tertawa dalam hati saat aku mengingat tingkahmu. Dan kamu membuat jantungku berdebar saat kurangkai tatapan matamu dalam pikiranku. Tapi kamu, orang yang membuatku tertawa paling kencang adalah orang yang membuatku menangis paling kencang juga akhir-akhir ini. Aku jatuh cinta sendiri.

Aku senang menulis tentang kamu karena dalam tulisanku sosokmu bisa abadi.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
This is my private life, but I am glad to share it with you guys. If you are willing, let's hear the song together heheh..... It is a nice song.... Please check the link below ^.^

November 02, 2015

IT IS ALWAYS HARD TO SAY GOOD BYE

Hari itu waktu hujan cuma turun lima menit lalu berhenti, turun lagi lima menit lalu berhenti lagi dan begitu seterusnya, temanku berkata, "Ah, Tuhan cuma bohong nih." Aku tertawa lalu kujawab, "Mungkin Dia bergurau." Tapi sudah puas bagiku mencium bau tanah basah yang hanya sebentar saja. Rasa rinduku terhadap hujan selama ini terobati.

Sekarang aku punya hobi baru yang sebenarnya lama. Jalan-jalan. Hanya jalan-jalan saja mengikuti kemanapun langkah kaki mau pergi. Aku jadi suka jalan kaki sejauh-jauhnya sampai kaki capek. Paling tidak bisa menghilagkan stress terkurung di kamar. Lagi pula menyenangkan sekali bisa menghabiskan waktu bersama orang-orang aneh ini. Sekalian menghindari acara bergosip ria yang biasanya menjadi aktifitas rutin di kamar oleh orang-orang yang suka membuat orang lain jadi lebih populer. Kalo aku lebih suka jadi populer daripada menjadikan orang lain populer, makanya aku nggak suka gosip. Eh, tapi aku suka gosip juga sih, asal nggak bikin penyakit. Kalo sama orang-orang aneh ini topik bergosipnya beda, mulai dari masalah negara sampai masalah film yang tidak lulus sensor di negeri ini. Lebih menyenangkan dibandingkan menggosipkan teman sendiri bukan?

Mungkin orang berkata kalo aku ini 'si kaki gatal', 'kuda lepas dari kandang', atau apa lagi yang mereka pikir kenapa aku jadi suka pergi-pergi, ya itu sih urusan mereka. Aku memang begitu kok. Yang penting waktu yang tersisa kurang dari satu bulan ini bisa jadi hal yang nggak akan membuatku menyesal karena melakukannya. Kalo sebagian besar orang sudah berpikir tentang pekerjaan, aku malah berpikir bagaimana memanajemen waktuku supaya hari-hari yang singkat ini jadi lebih panjang. Bukannya nggak mikir kerjaan, tapi kalo sudah kerja nggak akan ada lagi haha-hihi bersama orang-orang ini. Kerja itu pasti, tapi momen yang begini nggak akan bisa diulang lagi. Dan itu pasti sangat menyebalkan.

Ada acara kami jalan-jalan sejauh berkilo-kilo meter cuma untuk membeli Crepes seharga 1500 rupiah, sudah puas meski tidak membuat kenyang. Lalu minum es kelapa seharga 2500 rupiah, meski kurang gula tapi tetap terasa manis karena kami sambil menertawakan satu sama lain. Lalu pulang lagi lewat jalanan yang gelap dan banyak bangunan-bangunan kosong yang mungkin dihuni oleh kawanan hantu. Hantu? Iya hantu, barang halus tak kasat mata yang banyak ditakuti oleh manusia. Sejujurnya kami takut juga, untung tidak ketemu mereka betulan. Teman A berkata kalo dia tidak takut hantu karena dia tidak pernah ketemu hantu. Kalo aku percaya mereka ada karena aku pernah lihat mereka. Teman B berkata percaya mereka ada tapi nggak pernah lihat. Paling konyol Teman C, dia percaya kalo hantu itu ada karena semua temannya adalah hantu. Temannya siapa? Ya kami ini. Ah, sial! Dasar manusia langka!

Teman A berkata kalau setelah akhir bulan ini dia pasti bakalan merasa sendiri lagi seperti empat tahun lalu. Dia akan sedih waktu nanti mengantarkan sahabat-sahabatnya ke bandara untuk pulang ke tempat masing-masing. Meskipun menurutku dan banyak orang lain kalo bandara itu keren karena bisa naik pesawat, tapi menurut si kawan ini bandara adalah tempat paling sedih. Karena bandara adalah tempat perpisahan dengan orang-orang terdekat kita untuk waktu yang sangat lama. "Kalau begitu stasuin juga dong?" tanyaku. "Stasiun itu cuma mengantar orang ke beda kota dalam satu pulau. Kalau bandara mengirim orang ke beda kota di beda pulau bahkan beda negara," begitu jawabnya sedih. Asal tidak beda dunia saja pikirku. Aku jadi ikut sedih. Ah, teman, kenapa harus ada perpisahan? Karena ada pertemuan jawabnya. Enteng sekali jawabannya, tapi berbobot.

Masih banyak hal-hal yang terekam di memori ini bersama dengan mereka. Dulu yang kami saling tidak kenal menjadi sangat akrab di akhir waktu-waktu ini. Pergi ke rumah si teman A yang punya sapi sebesar gajah. Ah, bahkan sapi yang akan dibikin sate nantinya saja bisa gemuk, aku susah sekali gemuk. Lalu naik gunung. Itu pertama kalinya aku naik gunung pakai motor. Adrenalin guys! Makan di tempat mewah padahal duit cuma tinggal 20.000 rupiah. Ah, masih banyak lagi. Semua membuatku semakin tidak ingin pergi. Aku hanya berharap setelah akhir dari bulan ini kami masih bisa meluangkan waktu untuk berkumpul bersama lagi.

Kalau si Kawan bilang ada perpisahan di setiap pertemuan, aku berharap di setiap perpisahan akan selalu ada pertemuan kembali. Itu saja. Dan semoga mereka tidak akan lupa terhadap si kayu arang* ini.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*Arang dan Berlian, Sama Unsur Beda Nasib. Tunggu ceritanya disini!! ^-^

October 25, 2015

SEKEDAR CERITA

Sulit untuk menjelaskan perasaan seperti apa yang merasuk ke diriku saat ini. Aku tidak yakin apakah malam itu akan menjadi yang terakhir buat kami. Kalau memang malam itu adalah terakhir kami bisa berkumpul bersama, berarti waktu yang tersisa untuk kami kurang lebih hanya sekitar satu bulan. Itu pun kalau kami benar-benar bisa menggunakan waktu sebulan kami secara utuh. Setelah itu entah kapan lagi kami bisa berkumpul bersama-sama lagi.

Mungkin aku saja yang terlalu melankolis menganggap bahwa ini adalah akhir dari sebuah perjalanan yang kulalui bersama dengan mereka. Beberapa tahun aku bersama-sama dengan mereka. Suka, duka, jengkel, kecewa, kasih, pengorbanan dan pengampunan itulah semua hal yang aku pelajari dari mereka. Meninggalkan tempat ini bagiku serasa meninggalkan sarang yang selama ini membuatku hangat. Seumpama seekor anak rajawali yang sudah bisa terbang, dia harus keluar dari sarang meninggalkan tempat berlindungnya, meninggalkan orang tuanya, meninggalkan semua kenyamanannya. Mencari makan sendiri, terbang sendiri, menghadapi bahaya dengan keyakinan sendiri. Semua serba sendiri.

Selain itu, setidaknya kalau disini aku masih bisa melihatnya. Aku tidak tau bagaimana ceritaku akan berakhir. Kami sedang saling diam, sunyi. Menanti apa yang akan memecah sunyi. Entah tangis atau tawa. Semua orang sudah tau. Biar saja. Tinggal sebulan lagi, tidak jadi masalah. Setelah itu baru akan aku putuskan apakah aku akan bertahan atau menyerah saja. Karena sekeping hatiku sempat berujar, "Mungkin ini bukan cinta." Jika sekeping yang lain menegaskan, "Memang bukan", sudah. Tamat.

Terasa semakin jauh, bukan karena kita jauh. Terasa hilang padahal aku tidak pernah memiliki. Bagaimana bisa aku mengharapkannya kembali, sementara dia masih ada di sini? Di hati yang tak pernah menganggapnya pergi. Dari jauh aku beruacap sombong, "Jangan pedulikan aku." Seakan-akan kamu pernah peduli pada aku. Konyol.

Malam itu, aku suka matanya meski dia tidak melihatku. Aku suka suaranya, meski bisa dihitung jari berapa kali dia berbicara padaku selama ini. Aku suka senyumnya, meski senyuman itu bukan untukku. Aku suka dia, meski hanya punggungnya saja yang menjadi bagianku selama ini. Seandainya masih banyak waktu yang tersisa, aku mau terus disini saja. Ah, konyol. Aku berhasil patahkan kata, membungkam suara, memendam rasa, namun gagal menyumbat tangis.

Kamu; sejuk udara pagi yang hilang termakan siang.

Kamu; api pada pucuk lilin yang rentan mati.

Kamu; lembaran cerita yang hilang sebelum terbaca dalam sebuah novel cinta.

Aku; air laut yang menguap sebelum membasahi pasir pantaimu, lalu hilang di antara awan mendung.

Aku; kebahagiaan sesaat di saat dekat, kemudian hitam pekat saat jauh dan tak terlihat.

October 14, 2015

IRONI WAKTU DAN ORANG ITU

Ternyata sudah di ujung tahun ini. Serasa waktu terlalu cepat berlalu setelah aku sampai di titik sini. Hari ini akan segera berlalu seperti hari kemarin. Padahal aku mengharapkan sebaliknya.  Berulang kali ku ucapkan ingin membekukan waktu supaya aku bisa tetap di momen ini. Sadar bahwa waktu ini akan segera berlalu, hati ini serasa memberontak tidak setuju. Senang tetapi sedih. Karena aku tidak tau apa yang akan terjadi setelah masa ini berlalu. Bukan tidak percaya masa depan, tetapi sangat susah untuk melepaskan masa kini.
Satu persatu dari orang-orang ini telah pergi menuju masa yang baru yang kelihatannya akan sangat berbeda dengan masa kini. Berjuang untuk mandiri, bertahan meski tanpa ada kami-kami lagi yang saling merangkul dan menuntun. Semuanya berawal dari nol kembali di tempat asing yang jauh berbeda dari tempat ini. Tempat yang mungkin setiap orang membesarkan egonya masing-masing, saling makan, saling terkam. Kalian sebut pengalaman baru, aku sebut proses yang baru.
Yang kupikirkan saat ini adalah bagaimana aku menjalani hari-hari ini dengan tidak sia-sia. Karena jika hari ini aku masih bisa berhaha-hihi dengan kumpulan orang ini, mungkin besok aku menangis dengan diriku sendiri. Waktu tidak bisa kugenggam, sehingga tiap-tiap orang ini akan segera hilang juga bersama dengan detik-detik sang waktu yang tidak pernah berhenti berputar. Setiap hal yang ada hari ini akan menjadi kenangan esok hari.
Bagi beberapa orang mungkin hari-hari ini sangat menjenuhkan. Aku juga merasa begitu. Yang berbeda adalah meski aku merasa jenuh tapi aku tetap semangat menjalani setiap momen yang terjadi hari-hari ini. Bahkan aku berharap tidak ada yang namanya libur. Inilah pertama kalinya aku agak membenci hari libur. Aku tau karena tidak banyak waktu lagi yang tersisa bersama orang-orang ini dan bersama orang itu. Ya, orang itu. Meski keadaan kami masih tetap sama tidak saling bicara. Aku menyapanya tentu saja, tapi orang itu diam saja karena aku hanya menyapanya dalam hati. Mungkin dia tidak dengar hati ku berteriak.
Yang kusyukuri adalah aku masih bisa mendengar suara orang itu hari-hari ini. Aku masih bisa melihat orang itu berlalu di depanku meski hanya punggungnnya saja yang terlihat oleh ekor mataku. Sekilas aku masih bisa melihat senyum orang itu mengembang meski aku tidak yakin apakah itu memang benar-benar senyuman atau bukan. Mungkin setelah hari-hari ini suara orang itu tidak akan terdengar sampai ke telngaku lagi. Mungkin juga senyum orang itu tak akan bisa terlihat oleh pandanganku lagi. Atau bahkan bayangan orang itu saja tidak akan pernah lagi tertangkap oleh sudut mataku. Kalau ingat hal itu, betapa aku bersyukur Tuhan masih memberikan hari ini kepadaku.
Mereka dan orang itu tidak tau betapa aku sangat bergembira hari-hari ini. Mereka dan orang itu juga tidak akan pernah tau kalau aku menyembunyikan kebiruanku dalam tawaku. Aku mencoba untuk tertawa bersama mereka dan menikmati setiap candaan bersama mereka. Tapi jika sepi itu datang lagi, tawa yang renyah di mulutku itu terasa hambar, dingin dan sendu. Tawa kah ini, atau sekedar suara haha-hihi palsu yang dimanipulasi oleh pita suaraku? Aku tidak tau.
Bagi orang itu mungkin aku hanya hembusan angin yang sekedar lewat kemudian hilang. Mungkin begitu. Aku sadar juga. Hanya saja aku masih beharap hembusan angin yang tidak seberapa ini sempat membuat orang itu merasa sejuk untuk sesaat. Meskipun bukan orang yang  menyenangkan, tapi bagiku orang itu adalah sesuatu semacam anugerah kecil yang bisa membuatku tersenyum meski hanya memikirkannya.
Ironi, anugerah kecil yang membuatku bersyukur sekaligus bersungut. Ironi, aku sangat menikmati hari-hari ini meskipun aku merasa sangat jenuh dan bosan. Ironi, masih memandang orang yang bisa membuat ku tersenyum dan menangis di saat yang bersamaan. Ironi, aku menyimpan rasa itu hingga sekarang meskipun sudah usang dan membusuk. Ironi, cerita ini ironis.

---------------------------------------------------------------------------------------------------
So this is the old song from Tablo ft. Taeyang (Bigbang). I love this song. If you want to hear it, please check the link below.

August 04, 2015

LET’S NOT FALL IN LOVE

This is the translation of Let's Not Fall In Love (우리 사랑하지 말아요), the new single of Bigbang in MADE Series "E". I am in love with this song. This is one of my favorite songs of Bigbang (i.e. Haru Haru, Love Song, Fantastic Baby, Bang Bang Bang, We Like 2 Party, If You, etc).

They have a good taste in their lyrics. So do I, I have a good taste in a good song hahaha.... I have been loving them from the first time I knew them 7 years ago, and I am still in love with Bigbang now. Some people say that their image as the bad boys make them unworthy to become an idol. They are probably right. But for me, they are still my bias. I love their songs, I appreciate their works out of their personal life. We will never find the perfect person until we can see the imperfect person perfectly.

I have a good edvice for people who judge them bad: Everyone has a story left untold, so never judge someone as if you know their entire life story because the truth is, you probably don't. Your life is not necessarily better than theirs. If you like the song then listen to it, but if you don't so just ignore it. Just make it simple. :)

Okay then, for BIGBANG Oppas, I love you all, I love your works. I am your big fangirl and forever I am. ;)

I have the English lyrics, I don't know the Hangul version..... (Love, VIP).

Let's Not Fall In Love (우리 사랑하지 말아요)
By. BIGBANG

Let’s not fall in love, we don’t know each other very well yet
Actually, I’m a little scared, I’m sorry
Let’s not make promises, you never know when tomorrow comes
But I really mean it when I say I like you

Don’t ask me anything
I can’t give you an answer
We’re so happy as we are right now

Don’t try to have me
Let’s just stay like this
You’re making it more painful, why?

Goodbyes after our frequent meet-ups
Repetition of broken hearts
I can’t find a purpose in these foolish feelings
A mistake with the mask of love
All the feelings are the same now
But in this moment, I want you to stay

Let’s not fall in love, we don’t know each other very well yet
Actually, I’m a little scared, I’m sorry
Let’s not make promises, you never know when tomorrow comes
But I really mean it when I say I like you

Don’t smile at me
If I get attached to you, I’ll get sad
I’m afraid that pretty smile will turn into tears

Don’t try to trap us
In the word, love
Because it’s a greed that can’t be filled

At first, it was half excitement, half worries
But in the end, it became an obligation, trial and error
Day by day, I get nervous, your innocence is too much pressure on me
But tonight, I want you to stay

Don’t expect too much from me
I don’t wanna lose you either
Before things get too deep, before you get hurt
Don’t trust me

You’re always like that
Selfish bastard

Let’s not fall in love, we don’t know each other very well yet
Actually, I’m a little scared, I’m sorry
Let’s not make promises, you never know when tomorrow comes
But I really mean it when I say I like you
_________________________________________________________________________
This is the Music Video of Let's Not Fall In Love. If you love the song or just wanna try to hear it, please check the link below. If you don't like (or maybe you are haters) just skip it. :) Just kidding.
Please enjoy it.
https://www.youtube.com/watch?v=pN3qHbwfcrE&feature=share

July 26, 2015

PEREMPUAN KACA DAN LAKI-LAKI MAYA

Sebuah pertemuan singkat yang bisa merubah suasana hati secara mendadak. Meski tanpa sapa dan tanpa bicara. Cukup puas bagiku melihatmu ada di sebelah sana. Ah…. Menyenangkan sekali meskipun hanya beberapa saat. Serasa ada ratusan kupu-kupu beterbangan dalam hati. Menggelitik sekaligus asik. Si perempuan kaca kembali terpesona dengan keindahan laki-laki maya dalam pantulan cerminnya sendiri.

Wah, relativitas waktu bekerja secara nyata saat aku melihatmu hari ini. Aku makhluk fana merasakan kekekalan sesaat ketika ada dirimu disekitarku. Entah bagaimana logikaku berjalan, sungguh aku tidak bisa menutupi kegiranganku. Bahkan mungkin kamu sudah bosan dengan tingkahku, tapi inilah aku yang tergila-gila padamu.

Seandainya saja hidup tidak berevolusi, seandainya saja sebuah momen dapat selamanya menjadi fosil, seandainya saja waktu mampu berhenti di satu titik, maka tanpa ragu aku akan memilih satu detik bersamamu untuk diabadikan. Cukup satu detik. Hanya satu detik, untuk mengendapkan kenangan-kenangan itu dan menjadikannya prasasti yang cukup pantas untuk dikenang.

Memang benar, aku bukan orang yang pandai merangkai kata. Apalagi seperti pujangga yang pandai melukiskan keindahan ke dalam bait-bait prosa. Yang kubisa hanya diam. Namun dalam diamku, aku mendengar banyak sekali suara. Diamku berkata-kata. Menceritakan tentang wajahmu, matamu, senyummu dan bahkan cara jalanmu yang hening seperti angin semilir. Aku diam bukan karena aku tidak ingin berbicara denganmu, tapi aku menyapamu dalam hatiku.

Aku tetap menginginkamu, tapi tidak lagi dengan keserakahanku. Karena lebih baik memandangmu dari jauh sebagai karya yang maha agung. Lebih indah. Lebih mewah. Meski tidak begitu memuaskan hati ini. Aku cukup tahu diri untuk menyadari bahwa aku pasti akan berhenti dengan semua ini pada satu titik suatu saat nanti. Maka, sebelum semua layak untuk dilupakan, akan lebih baik aku menceritakannya. Tentang perempuan kaca dan laki-laki maya yang sudah terputus tali penghubungnya. Supaya ketika aku lelah suatu hari nanti, aku bisa berhenti dan menoleh kembali bahwa pernah ada cerita tentang kita yang meniti jalan berbeda.

Ada dunia di sekelilingku. Ada kamu di sekitarku. Namun, aku mendamba rasa sendiri itu. Yah, semua hanya obsesi pribadiku.

_____________________________________________________________________________ .
NB: There is a song that I love. Actually two songs, but I'm not sure about the Korean song's meaning. I just love the video and of course it has a beautiful voice.... Just enjoy it. :D Happy Listening.....
https://www.youtube.com/watch?v=76WzNEkJvuA (Lilo&Stitch "Can't Help Falling In Love With You")
https://www.youtube.com/watch?v=RCYAncxTvfI (Davichi "Move Out")

July 20, 2015

VAMPIRE DAN 'TEMAN BENERANNYA'

Hari ini banyak banget hal yang terjadi yang bikin ngakak sampe terkencing-kencing di celana. Entah hari istimewa apa ini, cuma yang gue ingat ini adalah malam Selasa. Yang kata orang sih 'barang-barang begituan' biasa muncul nampakin diri.

Jadi ceritanya dimulai dari tadi siang yang gue isi dengan bermakeup ala cosplay vampire, setelah sejak pagi kerjanya cuma tiduran main game di hape yang nggak seberapa itu. Makeup yang gue pake cuma ala kadarnya aja sih kayak yang biasa gue pake, tapi berhasil juga bikin temen kamar sebelah teriak ngelihat penampakan gue siang bolong tadi.

Awalnya sih cuma karena pengen gambar-gambar sesuatu aja, tapi nggak mau di buku gambar. Malam sebelumnya gue udah gila aja mainan makeup di muka, coret-coretin kayak wayang gaul gitu. Eh, kepikiran gimana kalo bikin vampir aja. Lagian belum pernah juga makeup ekstrim kayak begini. Hehhm, habis sudah gue bikin muka gue nih! coret sana coret sini akhirnya jadi lah bentuk yang seperti ini....

Awalnya gue ngerasa kayak 'wah ini keren', tapi habis gue upload di sosial media gue jadi kayak 'nggak bener nih'. Jadi banyak yang komen. Gue malu sendiri, bukan karena makeup yang gue bikin jelek, masalahnya gue yang makin kelihatan jelek disitu. Hadeeeehhh..... Mau dihapus juga udah terlanjur, ya mendingan nungguin seminggu lagi aja, sampe orang lupa. 

Temen sebelah kamar gue yang tomboy abis bisa teriak juga rupanya pas dia lihat gue jalan di lorong. Padahal siang bolong tuh. Nggak nyalahin juga sih, soalnya gue juga ilfeel sendiri lihat tampang gue waktu itu. Agak bangga aja bisa bikin orang teriak ketakutan hahah.... Mission complete!! Yayy!!

Habis seneng ngerjain temen pake makeup gila itu, akhirnya anak gue yang bungsu (anak gue yang umurnya cuma beda setahun sama gue hahah) dan temennya ngajak jalan. Dia merdeka banget jalan sama gue kemana aja selama kakaknya, anak sulung gue (yang usianya lebih tua setahun dari gue) pulang ke kampung halamannya.

Habis mandi dan siap-siap dandan rapi, kami bertiga jalan ke salah satu tempat makan yang agak jauh dari rumah. Secara dari siang belum pada makan akhirnya kami cari tempat yang bisa makan puas pake ayam hahahah.... Setelah kenyang makan dan sharing, kami melanjutkan perjalanan ke salah satu mall yang nggak jauh dari tempat makan tadi.

Di mall itu kami cuma muter-muter aja, rencana mau beli diskonan ternyata nggak ada yang diskon. Akhirnya kami cuma lihat-lihat barang doang nggak beli. Terus kami berhenti di rak susu botol. Lagi asik kami ngobrol-ngobrol, datanglah anak kecil sama bapaknya. Anak itu cantik banget, cina-cina gitu. Dia malu-malu lihat kami sambil senyum-senyum. Entah kenapa dia kayak gitu, namanya juga anak kecil. Eaaahhh, pas lihat Papanya!! Waduh sodara! Ganteng banget papanya! Temen anak gue yang nggak biasa melongo kalo liat cowok pun jadi ikut-ikutan terpaku gara-gara papa si anak kecil cantik tadi! Udah tau punya anak pun, papa muda itu tadi juga salah tingkah di depan kami. Makin aneh lah kami rasa. Lucu.

Akhirnya dia ngajak anaknya pergi ke arah kanan, kami pergi ke arah kiri sambil masih nengok-nengok ke papa gaul itu tadi. Anak gue (emang dasar keturunan) heboh banget dibuatnya. Udah berapa kali kami balik-balik ke standnya susu kalo nggak ke snack cuma mau lihat si papa gaul doang. Udah keluar dari kasir pun, anak gue masih sempet cari-cari tuh papa gaul dari luar.

Emang dasar jodoh yang nggak bisa bersatu aja, akhirnya ketemu juga sama si papa gaul. Anak gue sama papa gaul bertemu mata. Si papa gaul salah tingkah, anak gue makin salah tingkah sampe lari entah ke arah mana. Sementara gue sama temen anak gue sama-sama bermata stereo (heh??) masih nggak lihat dimana sih papa gaul yang jelas-jelas ada di depan kami. Pas tau kalo ternyata si papa gaul ngelihatin kami sambil senyum-senyum salting gitu, baru lah kami malu sendiri lalu ikutan lari. Bego banget pokoknya kami bertiga tadi.

Masih nyeritain si papa gaul dan anaknya, kami foto-foto di air mancur depan sebuah gedung kosong 10 lantai. Padahal kami masih ketawa-ketawa eh temennya anak gue nyeletuk,"Ngerasa nggak sih kayak ada yang ngeliatin kita dari lantai sembilang gedung kosong itu?" Mulai parno deh anak gue. Pada dasarnya dia emang agak penakut. Gue sih cuek aja, soalnya gue nggak lihat apa-apa. Toh kalo beneran ada orang disana mata gue juga nggak bakal lihat. Itu salah satu keunggulan mata minus hahah. Suasananya agak bergeser menuju ke creepy gitu. Tapi gue masih belum ngerasa apa-apa. Gue masih santai aja, gue mah gitu orangnya. 

Tiba sampe di deket rumah besar yang halamannya luas, gelap dan banyak ditumbuhi pepohonan nggak jauh dari gedung kosong sepuluh lantai tadi, anak gue baru bilang kalo ada yang aneh sama anaknya papa gaul di mall tadi. "Ada yang ngerasa disenyumin anak kecil tadi nggak sih? Dia senyum sama siapa?" Kami sama-sama merasa nggak disenyumin anak itu, soalnya arah matanya nggak ke salah satu dari kami rupanya. Jadi dia senyum sama siapa? "Jangan-jangan dia memang nggak senyum sama salah satu dari antara kita lagi.... Jangan-jangan kita nggak bertiga, tapi berempat!" kata anak gue bercanda. Di waktu yang bersamaan terdengar tawa cewek yang mirip banget di film-film Susana jaman dulu. Tapi gue masih positif aja, soalnya di deket kami jalan ada bapak-bapak yang kaca mobilnya kebuka yang mungkin mereka cuma ganjen ngusilin kami aja. Biasa kalo om-om jablay godain cewek. Gue cuek aja. Tapi ternyata anak gue sama temennya nggak denger suara tadi. Ya udah lah pikirku nggak penting juga.

Nggak jauh dari rumah tadi ada halte yang sepi orang. Cuma ada dua orang duduk di kursi halte, dan seorang ibu duduk di trotoar pas di depan halte itu. Kami masih ngomongin hal-hal ganjil tentang anak tadi, tiba-tiba si ibu melambai tangan seperti orang menari tapi melambai ke arah kami sambil ketawa seperti suara Susana di film itu. Refleks anak gue langsung teriak dan lari sekencang-kencangnya. Sementara gue yang sedari tadi sudah memperhatikan si ibu dari jauh benar-benar shock dan sempet mematung selama tiga detik bertatap muka sama si ibu itu. Baru temen anak gue teriak, gue juga ikut teriak. Sialnya gue nggak bisa lagi lari soalnya perut udah mules banget karena shock tambah lagi jadi kebelit pipis tiba-tiba. Ah, udah lah kalo tertangkap sama si ibu gila itu ya udah pikirku.

Gue sempet nengok ke arah dua orang yang duduk di halte tadi. Anehnya mereka nggak ngelihat ke ibu tadi, malah mereka aneh melihat kami. "Ngopo lho bocah-bocah kuwi?" kata salah satu dari mereka. Gue nengok lagi ke arah ibu tadi, dia mematung tanpa ekspresi ke arah kami yang udah berlarian kayak semut buyar. Baru gue sadar gimana muka si ibu itu dengan jelas. Dia pake baju putih entah kemeja entah kaos, yang pasti warna kulitnya sama dengan warna bajunya, putih. makeupnya natural aja alisnya naik ke atas. Tapi mukanya nggak berekspresi sama sekali. Kalo dia niat ngerjain kami pasti dia ketawa setelah lihat kami ketakutan sampe lari begitu, tapi ini dia cuma diam beku menatap kami bertiga yang berlari-lari ketautan. Berarti dia nggak ada niat sama sekali ngerjain kami. Tapi kenapa??

Aigoo.... Setelah jauh dari tempat itu lah baru kami berhenti berlari dan baru gue sadar juga kalo gue ngompol! Astaga!! Seumur-umur nggak pernah gue ngompol karena hal begituan. Tapi kali ini beda banget. Baru lah gue ingat timing ibu tadi ketawa sama suasana kami saat menceritakan hal-hal horor sangat tepat. Padahal kami yakin ibu itu nggak denger apa yang kami bilang. Lalu ekspresinya itu yang nggak bisa gue lupain. Kayak batu pualam. Putih, dingin nggak berekspresi. Gue juga baru ingat, ternyata yang tertawa waktu kami di depan rumah besar itu tadi ya si ibu itu.

Gue jadi mikir aneh. Soalnya gue lihat langsung ke mukanya. Auranya beda. Gue nggak lihat jelas apa itu orang ato bukan, apa dia punya bayangan ato nyentuh tanah. Positif yang masih bisa gue pikirkan adalah ibu tadi gila. Tapi semua buyar setelah ingat dua orang duduk di haltet tadi. Mereka nggak merasa aneh dengan ibu tadi, tapi malah aneh sama kami. Aturannya ibu tadi malah lebih aneh, dan wajar kita teriak dan lari dari sana. Seakan mereka nggak lihat si ibu gila itu. Kami bertanya-tanya, "Apakah cuma kami yang lihat ibu tadi, sementara mereka nggak?" Kalo mereka nggak lihat dan nggak denger ibu tadi berarti ibu tadi memang ada yang salah. Berarti ibu tadi bukan orang. Sial!!

Hal ini masih misteri.


July 17, 2015

IF YOU

Freak banget sih tu cewek. Malu-maluin aja,” gerutu Reza pada seorang cewek yang duduk di seberang bangkunya.

“Kenapa sih lu, Bro? Segitunya banget. Lagian kalo diperhatikan dia manis juga tau,” sahut Romi, salah satu temennya yang duduk sama dia. Jadi mereka itu punya band yang namanya ‘The Unknown’, suka manggung di kafe-kafe gitu. Lumayan elit lah. Kadang-kadang juga manggung di acara kampus.

Annoying aja gitu,” jawab Reza sambil memutar matanya.

“Hati-hati lho, dari benci ntar jadi suka,” sahut Johan, teman Reza yang lainnya.

Mereka lagi ngomongin cewek yang ngefans berat sama band mereka, terutama vokalisnya yang nggak lain adalah si Reza. Kata Reza cewek itu freak banget. Suka sih wajar aja, tapi kalo ketemu cewek itu bawaannya ada suasana horror yang tiba-tiba mencekam sekelilingnya. Lebay. Nama cewek itu Siska, mahasiswa fakultas seni. Beberapa kali Siska membuat karikatur dan lukisan Reza. Gara-gara hal itu lah beredar rumor kalo si Siska itu naksir berat sama si Reza. Secara Reza lumayan terkenal juga di kampus, semua orang jadi tau kalo dia punya fans berat dari fakultas seni. Itu yang bikin Reza nggak suka, soalnya dia nggak tertarik sama cewek aneh itu.

Suatu hari ada event kampus dimana band The Unknown tampil menjadi salah satu guest star-nya. Bisa ditebak Siska juga ikut datang ke acara itu. Tapi kali ini dia lebih memilih bangku penonton yang jauh dari panggung.

“Siska, ayo kita ke depan aja. Nggak kelihatan orangnya kalo disini,” ajak Anna temen dekatnya.

“Nggak ah. Disini aja. Lagian kan kelihatan juga dari big screen tuh,” jawab Siska pelang sambil nunjuk screen yang ada disisi kiri dan kanan panggung. Screen-nya memang lumayan gedhe, mungkin bulu hidungnya si MC pun bakal kelihatan kalo di-zoom in haha….

“Udah nggak ngefans lagi lu sama mereka? Tumben banget, biasanya juga milih di tempat paling mencolok biar bisa dilihat sama Reza?”

“Ah, males aja gue kedepan. Panas banget gini. Lagian kayaknya Reza nggak suka deh kalo aku deket-deket dia. Yah, daripada bikin dia ilfeel mendingan gue aja yang ngasih jarak. Udah puas gue lihat dia dari screen doang hehe,” jawab Siska lalu tertawa terkekeh.

“Akhirnya setelah hampir empat tahun loe buang juga si Reza haha. Ya udah deh, kalo gitu gue aja yang ke depan. Loe serius nggak mau ikut?”

“Nggak. Udah sana deh, keburu penuh bangku depan,” kata Siska memersilahkan.

Hampir satu jam nunggu akhirnya giliran The Unknown muncul juga. Hati Siska masih bergetar menyaksikan penampilan mereka. Memang selalu begitu dari sejak pertama kali dia melihat penampilan The Unknown di salah satu kafe yang pernah dia kunjungi. Hanya saja ada sedikit penyesalan dia nggak bisa deket-deket lagi sama mereka. Siska mendengar dari beberapa orang kalo kehadirannya mengganggu Reza banget. Cowok itu nggak suka kalo diejekin sama Siska. Alhasil si Siska mengundurkan diri lah.

Setelah acara selesai Siska dan Anna pergi makan siang di kafetaria kampus. Mereka memesan es teh dan nasi rames seperti biasa. Anak kos kalo tanggal-tangal tengah begini memang duitnya cuma cukup buat makan beginian.

“Sis, loe kenapa sih akhir-akhir ini agak aneh kalo ketemu The Unknown? Ada masalah?” tanya Anna masih penasaran dengan perubahan sikap Siska yang tiba-tiba.

“Tau aja loe kalo gue sumber masalah. Gue mah gitu orangnya,” ujar Siska sekenanya.

“Serius nih. Loe orangnya bercandaan mulu gitu sih. Kalo ada masalah bilang dong, kayak sama siapa aja loe sama gue.”

“Logika lah, gimana bisa ada masalah sama mereka kalo gue aja nggak deket-deket amat sama sekumpulan orang-orang itu? Gue nggak ada masalah. Cuma memang nggak nyaman aja sekarang kalo terlalu deket sama mereka.”

“Ya udah deh kalo gitu. Tapi kayaknya loe menjauh gara-gara ada omongan orang yang baru-baru ini beredar deh kalo Reza nggak suka dimata-matain sama loe.”

“Nah, itu tau. Ngapain tanya!” jawab Siska dengan jengkel. “Kalo memang beneran gitu ya mendingan gue nggak usah deket-deket dia dari dulu. Emang kelihatan banget ya kalo gue terlalu memperhatikan dia?” tanya Siska tiba-tiba nadanya berubah menjadi memelas.

“Wah, nggak usah nangis juga kali. Kayak cuma dia aja cowok di kampus sini. Move on lah. Lagian loe keliatan banget sih kalo suka sama orang. Pelajaran tuh lain kali,” kata Anna mencoba menenangkan Siska.

Beberapa bulan terakhir Siska nggak kelihatan di sekitar The Unknown lagi. mungkin dia beneran patah hati atau gimana. Kayaknya dia nggak pengen lihat lagi orang-orang The Unknown terutama vokalisnya. Yang aneh si Reza malah agak kepikiran kok si freak Siska nggak kelihatan nongol di depan mereka. Reza merasa free sih, tapi kayak ada yang nggak biasanya.

Hari Rabu jam makan siang, Reza dkk memutuskan untuk makan siang di kafe sebelah kampus yang biasa mereka nampil disana. Soalnya udah kenal sama manajernya, jadi biasa dikasih harga special. Pas udah sampe ternyata Siska lagi ngopi disana juga. Reza agak terkejut ketemu sama Siska disini. Sebenarnya Reza mau menyapa, cuma gengsi aja kalo dilihat sama temn-temennya, ntar dikira suka juga sama si freak itu.

Akhirnya Reza melewatinya begitu aja. mereka duduk di ujung kafe dekat jendela. Reza sengaja memilihkan tempat itu supaya dia bisa sesekali melirik Siska yang lagi coret-coret bikin sketsa di ujung kafe yang lainnya. Kayaknya dia belum sadar kalo Reza dkk datang di kafe itu juga.

“Wei, lu kenapa, Bro? Diajakin ngobrol malah bengong aja. Kurang lucu ya gue ngebanyol?” tanya Romi.

“Eh, gimana? Sorry, gue lagi blank,” respon Reza gelagapan.

“Halah, tau deh gue lu lagi ngeliatin siapa. Tuh cewek yang lu bilang freak kan? Haha udah melihat sisi lain dari ke-freak-annya?” ejek Johan yang sedari tadi sudah menyadari arah pandangan Reza.

“Apaan sih lu. Gue aja baru liat dia duduk di sana kok,” gerutu Reza dengan sebal.

Rupaya suara Reza terlalu jelas terdengar oleh Siska. Dia yang baru menyadari anak-anak The Unknown juga makan siang disana, akhirnya dengan buru-buru dia merapikan semua peralatannya dan mencoba setenang mungkin pergi keluar kafe. Reza yang melihat hal itu, menjadi aneh karena nggak biasanya Siska kayak gitu. Jangan-jangan Siska udah nggak tertarik lagi sama dia. Banyak pertanyaan yang muncul di otaknya sekarang.

“Haha menyesal kan lu berkurang fans lu,” ejek Romi lagi.

“Apaan sih? Emangnya cuma dia fans gue?” jawab Reza jengkel.

“Gue? Iya deh elu. Yang sabar yah….” ujar Johan lagi-lagi ikut mengejek yang hanya ditanggapi lirikan sinis oleh Reza.

“Eh, gue jadi punya ide buat bikin lagu nih! Judulnya ‘kembalilah’. Jadi ceritanya tentang penyesalan seorang cowok yang menyesal telah mengabaikan cewek yang menyukainya. Dia merasa kehilangan cewek itu setelah dia menyadari bahwa cewek itu pergi gara-gara selama mereka dekat, si cowok nggak pernah memerlakukan istimewa perasaan si cewek. Gimana?” kata Romi menjelaskan panjang lebar imajinasinya.

“Ah, itu sih kamu ngikutin single-nya Bigbang yang If You. Dasar penjiplak,” gurau Johan.

Sementara kedua temannya asik bergurau, Reza masih kepikiran dengan sikap aneh Siska. Apa yang salah dengan dia? Atau malah ada yang aneh dengan Reza sendiri? Reza masih belum percaya, pikirnya mungkin Siska memang freak, jadi semua yang dia lakukan adalah hal-hal yang freak juga. Wajar aja.

Bulan-bulan berikutnya Siska bener-bener seperti nggak kenal sama The Unknown. Kalo pun sempat ketemu dijalan, dia hanya say hello lalu langsung pergi gitu aja. Nggak ada lagi gosip-gosip aneh yang bilang kalo cewek fakultas seni ngejar-ngejar vokalisnya The Unknown. Siska sendiri mulai belajar melupakan The Unknown, terutama si Reza. Makanya dia nggak mau menunjukkan diri di depan mereka secara sengaja, kalo bisa pun malah nggak usah ketemu lagi biar nggak aneh begini suasananya. Mereka jadi kelihatan kayak musuhan, padahal nggak ada perang apapun. Akhir-akhir ini Siska lebih menyukai boy band Korea-Korea gitu. Alasan aja supaya dia cepet lupa sama lagu-lagu The Unknown, meski kadang-kadang masih sempet ternyanyikan secara nggak sengaja juga.

Suatu siang seusai kuliah, Siska cepat-cepat keluar dari kampus karena ada proyek yang harus dia kerjakan siang itu juga. Di tangannya penuh dengan setumpuk berkas-berkas contoh desain yang akan dia presentasikan. Siska harus ketemu salah satu manajer dari suatu kafe yang memintanya untuk membuat ilustrasi-ilustrasi desain di kafenya. Jadi Siska bener-bener terburu-buru siang itu, udah nggak sempet lagi makan siang pikirnya.

Sampai di persimpangan jalan tiba-tiba ada kecelakaan yang terjadi. Seketika tubuh Siska gemetaran. Rasanya petir menyambar dirinya di siang bolong. Dia berteriak sekencang-kencangnya saat melihat tubuh cowok yang tergeletak bersimbah darah di depan matanya. Tanpa berpikir panjang dia melemparkan berkas-berkas yang ada di tangannya dan berlari menuju ke arah cowok itu. Siska nggak peduli lalu lalang kendaraan dan bunyi klakson-klakson di sekitarnya. Dia menerjang keramaian jalan untuk menjangkau cowok itu dengan susah payah. Reza! Tubuhnya tidak bergerak terkapar di tengah jalan. Orang-orang hanya berteriak melihat kejadian itu.

Siska memastikan keadaan Reza sambil menangis tersedu-sedu. Reza nggak sadarkan diri, tapi jantungnya masih berdetak lemah. Semua orang yang ada di sana hanya melihat tanpa ada yang berani menyentuh cowok itu. Karena mereka pikir dia pasti sudah mati. Tapi Siska mencoba melakukan pertolongan pertama pada cowok itu sambil terus memanggil-manggil namanya. Belum ada respon. Akhirnya dia melakukan CPR tanpa berpikir tentang sekelilingnya. Yang dia pikirkan hanya bagaimana  Reza bisa kembali sadar.

Usahanya sedikit berhasil. Tiba-tiba Reza terbatuk-batuk meskipun dia belum membuka matanya. Nafasnya kembali. Dengan lemas Siska melepaskan pelukannya dari cowok itu. Ketika tubuhnya sendiri masih gemetaran, dia meminta seseorang yang ada di dekatnya untuk segera menelpon ambulans. Dia sendiri sebenarnya sangat ingin datang dan memastikan bahwa Reza akan baik-baik saja. Tapi tidak ada rasa percaya diri untuk menunjukkan mukanya di depan cowok yang dia sukai itu.

Orang-orang segera membawa Reza ke rumah sakit segera setelah ambulans datang. Siska hanya memandangi ambulans itu pergi menerjang keramaian. Dia hanya berharap Reza akan baik-baik saja.

Setelah beberapa hari Reza dirawat di rumah sakit, akhirnya dia sadar juga. Dia tidak ingat sama sekali apa  yang terjadi pada dirinya. Dia hanya ingat kalau dia sedang menyeberang jalan sebelum akhirnya ada sebuah mobil box yang melaju kencang kearahnya. Dia bertanya bagaimana dia masih bisa hidup.

“Cewek yang suka sama lu itu yang nyelametin lu, Bro,” jawab Romi sambil mengupas buah apel di tangannya.

“Maksudnya?” tanya Reza masih belum paham

“Siska,” jawab Romi berhenti sejenak menatap temannya yang masih terbaring lemah itu. “Dia melakukan pertolongan pertama buat lu yang nggak kepikir sama kami. Bahkan mungkin orang-orang di skitar yang ada di TKP pun belum tentu bisa ngelakuinnya. Keren banget deh pokoknya, Bro. Lu harus berterimakasih banget sama dia.”

“Oh ya? Masak sih? Gimana dia nyalemtin gue?” tanya Reza masih penasaran.

CPR. Lu tau kan?” ujar Romi hati-hati.

What?!” seru Reza kaget banget.

“Santai, Bro. Lu masih dalam perawatan intensif nih. Jangan banyak gerak,” tegur Romi menenangkan Reza, dia udah tau reaksinya bakal kayak gitu. “Kalo nggak gara-gara dia ngelakuin CPR sama lu, udah deh nggak tau lagi lu masih ada disini atau nggak. Dia kelihatan paling panik lho pas kejadian itu.”

“Masak sih?”

“Sampe dia nggak memperhatikan banyak kendaraan yang lewat depan dia, yang dia lihat cuma lu. Denger-denger juga gara-gara nolongin lu siang itu, proyeknya gagal total. Kasian banget deh tu cewek,” sambung Romi mengingat kejadian yang masih terasa ngeri di benaknya itu.

Reza jadi mikir, bener juga kalo nggak karena Siska itu pasti dia udah mati mungkin. Tapi masalahnya Reza nggak suka sama cewek itu. Bukan karena dia nggak tertarik, tapi baginya Siska itu freak banget. Terlalu jelas banget kalo Siska suka sama Reza. Dan hal itu bener-bener mengganggunya. Terus ini dia ngelakuin CPR? Oh my God! Harus gimana?

Akhirnya setelah sembuh dari pemulihannya dari rumah sakit, Reza memutuskan menemui si cewek freak yang udah nyelametin hidupnya itu. Dia menemukan Siska di perustakaan lagi asik baca buku.

“Siska,” sapa Reza canggung.

Mereka terdiam sejenak berpandangan. Reza merasa aneh menyapa duluan si Siska yang selama ini dia anggap sebagai the most annoying person. Sedangkan Siska terkejut dan bingung bagaimana cara menghindari Reza yang tiba-tiba ada di depannya. Nggak lucu kan kalo dia tiba-tiba lari gitu aja.

Sorry, waktu itu kamu yang nyelametin aku ya?” kata Reza grogi.

Siska Cuma diam aja, nggak tau mau gimana. Mau jawab atau nggak, mau lari atau diam aja kayak gitu.

“Hey, aku makasih banget udah nyelametin aku,” ucap Reza yang tiba-tiba merasa aneh ketika menyebut dirinya sendiri ‘aku’. “Tapi masalah CPR itu, aku sedikit terganggu. Gimana ya, maksudnya.... Aku makasih banget masih hidup begini, tapi kamu lupain aja masalah CPR itu.”

“Lalu?” ujar Siska sedikit terkejut dengan perkataan Reza yng segitunya.

“Lalu? Lalu.... Ya lupain aja,” kata Reza semakin salah tingkah. Karena dia sadar kalau dia salah ngomong. Nggak seharusnya dia bilang begitu. Tapi ya sudah lah, udah terlanjur juga.

Straight to the point aja deh. Kamu merasa rugi aku kasih CPR sama kamu?”

Reza terkejut dengan ucapan Siska. Dia hampir aja tersedak mendengarnya. Aduh! Beneran salah ngomong deh. Reza nggak bisa menjawab sepatah katapun.

“Lalu mau kamu apa? Kamu mau aku kembaliin nafas buatan yang aku kasih ke kamu itu lagi? Kamu mau ciuman sekali lagi?” tantang Siska sedikit tersinggung.

“Apa?” kata Reza semakin terkejut dan semakin canggung dibuatnya.

“Hey, Kawan. Bukan cuma kamu yang rugi. Aku juga rugi udah kasih kamu CPR. Tanpa kamu minta pun aku udah lupain masalah-masalah CPR itu. Lagi pula, sepertinya kamu yang berniat nggak mau ngelupain masalah CPR itu,” ujar Siska lagi tanpa segan-segan.

Dia terpaksa mengungkapkan kekesalan hatinya yang selama ini dia simpan sendiri. sekali lagi Reza menjadi kebingungan sendiri dengan perkataan Siska. Anehnya dia nggak merasa marah atau kecewa mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Siska. Dia malah merasa menyesal dengan semuanya.

“Maaf kalo selama ini aku udah mengganggu kamu. Tapi aku janji cukup sampai hari ini aja aku kenal sama kamu. Selanjutnya aku akan menganggap kalo aku nggak pernah kenal sama kamu. Dan maaf soal CPR itu,” kata Siska langsung pergi.

“Siska! Nggak begitu maksudku!” seru Reza sehingga semua orang menoleh ke arahnya dan menyuruhnya menjaga suara di ruang perustakaan.

Sampe di rumah Reza marah-marah sendiri. karena dia nggak tau harus ngapain lagi. Dia merasa kalo apa yang dikatakan Siska itu bener juga, tapi sebagai cowok dia nggak mau ngalah gitu aja. Tapi dia jadi kepikiran kalo Siska beneran bakalan ga kenal sama dia lagi. Bikin bad mood banget!

“Kenapa lu, Bro?” tanya Johan.

“Gila, tengil banget cewek itu tau!”

“Cewek? Maksud lu Siska?”

“Ya itulah. Masak dia bilang gue nggak berniat neglupain masalah CPR itu sih?! Songong banget deh. Baru kali ini ada cewek ngomong gitu sama gue.”

“Tapi kayaknya iya deh....” ujar Johan sambil lalu.

“Maksud lu apa?!”

“Lagian, ngapain juga lu datang ke dia ngungkit-ngungkit masalah CPR. Cukup bilang makasih aja beres. Kalo lu ngungkit-ungkit masalah CPR ya jelas kelihatan banget lu nggak bisa lupain ciuman cewek itu tau! Jangan-jangan kamu mulai suka nih sama dia?”

“Apaan sih?!” Reza jadi bingung sendiri.

“Bro, jangan nyesel aja kalo tiba-tiba Siska pergi gitu aja dari lu. Nggak usah gengsi suka sama cewek freak. Lu juga freak kok orangnya,” kata Romi dari belakang menepuk punggung Reza yang diikuti anggukan oleh Johan tanda setuju.

Lalu??

---END---

NB: Sebenernya judul sama isi nggak nyambung heheh.... Gue cuma terinspirasi sama IF YOU, single terbarunya Bigbang aja hahah.... Mianhaeyooo.... :D 
Please check the link below to hear the song>>>
https://www.youtube.com/watch?v=p84KzuffsC8

May 28, 2015

KUNCUP BUNGA ITU

Musim gugur sudah dimulai beberapa minggu lalu. Dedaunan mulai berguguran memenuhi jalan, serasa segala sesuatu menguning. Namun begitu kuncup bunga terakhir yang baru muncul akhir musim lalu di pohon itu masih tetap menempel kuat pada rantingnya. Dia masih kelihatan keras kepala untuk tetap bertahan disana meskipun sekelilingnya sudah jatuh terhembus angin semilir. 

Setidaknya dia sudah melihat sekelilingnya. Bagaimana dedaunan mulai berguguran melepaskan harapan dan berggabung menyemarakkan musim yang pilu itu. Tak ada yang meminta kuncup bunga itu tetap bertahan disana.Sepertinya kuncup bunga itu akan selalu begitu sampai ada angin yang cukup kuat untuk membuatnya menyerah.

Entah apa yang dipikirkan kuncup bunga yang hampir layu itu. Mengapa dia masih mencengkeram ranting pohon itu. Mengapa dia tidak membiarkan dirinya jatuh tertiup angin seperti yang lainnya. Akan sangat sulit baginya untuk bertahan di tengah musim yang seperti ini. Bahkan mungkin menjatuhkan diri sendiri terlihat lebih masuk akal. Apakah dia memiliki alasan untuk tetap berada disana? Mungkin begitu. Keras kepala.

Tapi mungkin perjuangan kuncup bunga itu sangat berharga. Dia hanya ingin mekar sebelum gugur. Tidak akan ada artinya jika kuncup bunga yang baru tumbuh lalu kemudian gugur karena musim berganti. Ah, tidak masuk akal. Lihatlah dia mulai lelah. Dia mulai layu. Dia mulai khawatir apakah dirinya bisa mekar sebelum jatuh. Tidak ada yang bisa membantunya bertahan. Tidak ada yang menyemangatinya untuk tetap berjuang. Mungkin kuncup bunga itu sendiripun bertanya-tanya sampai kapan dia akan terus berada disana. Atau juga dia bertanya-tanya apakah dia akan bisa mekar sebelum angin menghembusnya jatuh ke tanah yang jauh.

Tidak ada alasan, tidak ada kekuatan dan tidak ada harga untuk tetap mempertahankan cabang yang akan menopangnya selamanya. Mungkin kuncup bunga itu hanya menunggu alasan yang benar untuk melepaskan ranting itu. Kalau tiba saatnya dia harus menjatuhkan dirinya sendiri, biarlah aku menjadi orang pertama yang tau dan aku akan mengucapkan selamat tinggal padanya. Tentu saja dengan senyuman.

February 20, 2015

MY DRAWING'S SPEAK

Die wahre Lebenskunst besteht darin, im Alltäglichen das Wunderbare zu sehn


Drawings are not only the things that people create to show the beauty of the nature and the world. More than that, drawing can speak about yourself, your feelings, your love, etc. Something that you can't reveal in front of people, you can express it into a drawing/painting.

I draw when I am feeling happy. I draw something when I am falling in love. I draw when I hate someone and in the same time I also miss him. I draw something when I am lonely. I also drawing something when I try to forget something hurt me. Believe it or not, I can draw someone by my mind when I really fall in love with him. Really? I am not pretty sure, but that was the fact! Okay, forget it.

Just wanna show my drawings update here that I have made it between August 2014-February 2015. All of my feelings, all of my emotions, and all of my melodies. I dedicated it for YOU..... :)

August '14
When I enjoy my vacation in my hometown.
August '14
I didn't know what kind of feeling that was,
I only wanted a new hair cut. That was not the right time.

August '14
I was inspired by Opa and Oma who came from Jakarta
and stayed for several days in my house.
They have been married for 53 years and still go together
when they have vacation.
They remind me of UP Movie. :)




September '14
Let It Go!
Actually I really miss something,
but i have to let "it" go.

August '14
I saw her on yhe way back home to Jogja.



October '15
I wanted to refresh my mind after everything happened.









October '14
How hard I tried to forget,
this feeling was always bigger than ever.

Hat nie geliebt und nie gehasst.

Maybe on November '14
My friends and I hang out together.
Something crazy always happen to us if we are together.




December '14
Christmas is coming!!
Finally I drew Olaf anymore. I also love Sven.
Actually this is my Faculty Project.

December '14
Happy Mother's Day!
I dedicated it to all of Moms in this world. Thankyou for
being Mom for your children.
This is also my Faculty Project.



February '15
I am happy to be me!
I wanted to give a break to myself and refresh
the odd tired feelings inside.
february '15
I'm feeling sexy and free! Hahaha
It sounds like a good music for my ears when
I heard Lorde and black Eyed Peas was singing.

February '15
The last but not the least.
I drew it this afternoon when I remind you.
I wonder you can hear my sound inside.
Hey, my heart's a stereo. IT BEATS FOR YOU,
so listen close.
Ya, you. :)

That's all my drawings. But I am still doing the other project after this. Just remember that DRAWING CAN SPEAK. I love you even greater each day. Gbu.

January 30, 2015

THE BEST LEADER

Tidak ada pertemuan yang abadi. Seperti pertemuan, tidak ada perpisahan yang abadi. 
–First Love, Sani.

Begitu banyak orang bisa mengawali sesuatu dengan kesetiaan. Tapi sangat sedikit yang berhasil mengakhirinya dengan kesetiaan juga,” itulah kalimat pertama yang diucapkannya ketika membuka sharing perpisahan kami sore itu.

Masih dengan haru birunya perpisahan dengan seorang pemimin, orang tua, sahabat dan juga penasehat yang luar biasa. Aku nggak tau kalau akan seharu ini melepaskan seseorang yang selama ini banyak sekali memberikan semangat saat aku sedang berada di dasar jurang maupun saat aku sedang ada di atas gunung. Yang berhasil mencuci otakku dengan paradikmanya tentang hidup menjadi pemimpin yang melayani.

Sesosok pribadi yang menggambarkan seorang bapa yang penuh kasih namun juga adil. Seorang pemimpin sekaligus hamba yang bijaksana. Dia bukan seorang yang bisa berpura-pura baik untuk mendapatakan perhatian orang. Dia bukan orang yang lemah lembut. Bahkan banyak orang yang tidak terlalu suka pada gayanya. Tapi dia adalah orang yang penuh kasih, bahkan kasihnya lebih jauh besar daripada setiap kedisiplinan yang dia terapkan. Dia adalah salah satu sosok yang otentik, tidak dibuat-buat, dan original.

Banyak hal yang aku pelajari dari orang tua ini. Setiap pengalamannya menginspirasi hidupku untuk menjadi lebih baik bahkan lebih dahsyat dari apa yang dia ajarkan. Darinya aku belajar life is simple, but it is not as easy as we think. “Apapun yang kamu kerjakan, kerjakanlah dengan ketaatan dan kesungguhan hati. Bukankah seorang hamba tidak peduli siapa yang mendapatkan kemuliaan? Dia hanya melakukan bagiannya untuk membuat tuan yang dilayaninya semakin diberkati,” katanya pada suatu ketika saat menasehatiku bagaimana menjadi seorang hamba yang benar.

Dari bapak inilah aku belajar untuk menghormati pemimpin, bahkan ketika pemimpinku salah. “Belajarlah tunduk kepada otoritasmu. Karena mereka adalah orang-orang yang dipakai Tuhan untuk membentukmu semakin luar biasa dan tahan uji. Karena kewajiban seorang hamba adalah menghormati pemimpinnya. Seperti Daud yang selalu menghormati Saul, orang yang akan membunuhnya,” jelasnya pada kami anak-anaknya pada suatu hari.

Dari pribadi yang suka melayani inilah aku belajar untuk menjadi orang yang memiliki api yang tidak pernah padam. “Ada 3 tipe orang di generasi ini. Pertama, dia dingin. Tidak mau tau dan tidak mau bergerak bahkan ketika orang-orang di sekelilingnya sedang berebut mencari apinya masing-masing. Kedua, dia suam-suam kuku. Dia bergerak mengikuti arus. Dia panas ketika dia berada di komunitas yang semangat. Tetapi suatu saat ketika tidak ada lagi kegerakan yang terjadi, maka apinya menjadi padam dan dia tidak berfungsi sama sekali. Ketiga, dia adalah orang yang panas. Dimanapun dia berada dia selalu membuat kegerakan. Ada saatnya dia berkumpul dengan komunitas yang semangat, api dalam dirinya berkobar. Namun ketika dia ada di suatu komunitas yang dingin tidak ada api sama sekali, dia tetap berkobar bahkan menularkan api yang ada pada dirinya sehingga dia menjadi sarana untuk membuat kegerakan. Orang yang manakah kamu?” ujarnya lai pada suatu ketika di sore hari saat kami sedang sharing.

Orang tua rohani yang bijaksana ini mengajariku untuk menjadi orang yang berani berbeda dari yang lainnya. “Saya sudah dua kali dalam hidup saya melakukan hal-hal yang freak, di luar zona yang seharusnya dipatuhi. Dan saya akan melakukannya lagi untuk yang ketiga kalinya. Jadilah orang-orang yang berani tampil beda, dalam arti membawa visinya Tuhan bahkan ketika orang lain memandangmu aneh. It’s ok,” ungkapnya pada kami sore tadi waktu kami berkumpul untuk menyalaminya pergi.

Masih banyak hal yang dia sampakan yang begitu memotivasi hidupku. Dia juga adalah orang yang berhasil mengubah cara pandangku terhadap dirinya, bahwa dia bukanlah seorang pemimpin yang kejam seperti yang sering kami anggap. Tetapi dia adalah sosok pemimpin yang mengasihi dan mau berkorban buat anak buahnya, meskipun sering kali hal itu tidak terekspos di media. Sebagian besar keputusan yang diambilnya terlihat seperti memberatkan, tetapi sejatinya dia adalah tipe orang yang selalu memikirkan kesejahteraan orang lain terlebih dahulu. Biarpun dalam bahasanya dia selalu bilang,”Saya tidak jahat. Tetapi saya sadis.”

Entah berapa banyak hal yang bapak itu sudah sharingkan sama kami. Entah berapa banyak orang yang diubahkan melalui nasehatnya. Tidak penting berapa banyak orang yang tidak menyukainya, tetapi dia adalah figur pemimpin yang luar biasa dimataku, dan aku mengucap syukur untuk hal itu. Dia manusia biasa yang penuh kekurangan, tapi dalam kekuranganna itulah aku melihat bahwa dia adalah anak Tuhan yang luar biasa. Aku mengucap syukur telah mengenalnya meski hanya dalam waktu yang singkat. Aku mengucap syukur untuk segala sesuatu teladan yang berhasil aku ambil darinya.

“Disini hanyalah tempat kalian untuk simulasi. Ini adalah Goa Adulam bagi kalian dimana kalian harus bertemu dan berkumpul dengan orang-orang yang tidak berpengharapan, sakit hati, kepahitan. Tapi jadilah seperti Daud yang berani beda dan bahkan menjadi seorang leader yang mampu mengubahkan hidup orang-orang tidak berpengharapan seperti itu menjadi pahlawan yan gagah berani. Jangan lari dari Goa Adulam, tapi takhlukkanlah itu. Sehingga saat kamu keluar dari dalamnya, kamu menjadi seorang history maker yang luar biasa,” ungkapnya yang menjadi penutup pertemuan kami hari ini.